KABARBURSA.COM – Lonjakan kinerja industri logam dasar pada triwulan III 2025 mengungkap sisi lain dari pertumbuhan manufaktur nasional dan menunjukkan indikasi ketergantungan terhadap ekspor bahan mentah dan produk setengah jadi.
Sub-sektor ini tumbuh hingga 18,62 persen year-on-year (y-on-y), terutama didorong oleh peningkatan permintaan ekspor besi dan baja yang diduga belum banyak terserap oleh industri hilir dalam negeri seperti otomotif dan elektronik.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), sektor industri pengolahan nonmigas (IPNM) tumbuh 5,58 persen (y-on-y), lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 5,04 persen. Kontribusinya terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) mencapai 17,39 persen pada triwulan III 2025, naik dari 16,92 persen pada kuartal sebelumnya.
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menegaskan bahwa sektor manufaktur kembali menjadi penggerak utama perekonomian nasional.
“Pertumbuhan sektor manufaktur pada triwulan III tahun 2025 kembali lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi nasional,” ujarnya dalam keterangannya di Jakarta, Rabu, 5 November 2025.
Kinerja kuat industri logam dasar memang menopang capaian tersebut, namun sebagian besar aktivitasnya diduga masih berorientasi pada ekspor bahan mentah dan produk setengah jadi.
Ketergantungan ini menandakan rantai nilai industri domestik belum sepenuhnya terbentuk karena peningkatan produksi belum diikuti oleh pertumbuhan signifikan di sektor pengguna akhir seperti otomotif, elektronik, dan mesin.
Selain logam dasar, sejumlah subsektor juga mencatat pertumbuhan tinggi, seperti industri kimia, farmasi, dan obat tradisional (11,65 persen), serta industri mesin dan perlengkapan (11,74 persen). Namun, lonjakan dua digit di logam dasar menjadi penopang utama pertumbuhan manufaktur pada periode ini.
“Pertumbuhan yang solid di berbagai subsektor ini menunjukkan bahwa strategi pemerintah dalam mendorong industrialisasi sumber daya alam, perlindungan pasar domestik dari gempuran banjir produk impor, penguatan teknologi produksi, pengembangan tenaga kerja industri dan memperkuat ekosistem rantai pasok nasional telah berjalan efektif,” klaim Menperin.
Pemerintah berkomitmen melanjutkan momentum tersebut melalui Strategi Baru Industrialisasi Nasional (SBIN), peningkatan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN), serta transformasi menuju industri hijau.
Namun, tanpa percepatan pengembangan industri hilir, ketergantungan pada ekspor logam mentah berpotensi menahan nilai tambah dan menghambat target pembentukan struktur industri yang kuat dan berkelanjutan di dalam negeri.(*)