Logo
>

Kinerja Pertamina NRE Sukses Penuhi Target, Laba dan Produksi Melonjak

Deretan performa positif Pertamina NRE tahun 2025. Dari laba hingga produksi listrik yang didorong kinerja optimal afiliasi dan proyek energi hijau baru.

Ditulis oleh Harun Rasyid
Kinerja Pertamina NRE Sukses Penuhi Target, Laba dan Produksi Melonjak
Produksi listrik Pertamina NRE tembus 6,5 juta MWh di triwulan III 2025, didorong kinerja optimal afiliasi dan proyek energi hijau baru. Foto: dok. Pertamina NRE

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Pertamina New & Renewable Energy (Pertamina NRE) menutup triwulan III tahun 2025 dengan kinerja gemilang.

    Performa positif Pertamina NRE terjadi di beberapa aspek, baik dari sisi operasional maupun keuangan. Seluruh capaian dilaporkan berhasil melampaui target yang telah ditetapkan dalam RKAP (Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan) tahun 2025.

    Pencapaian Pertamina NRE periode Triwulan III yakni total produksi listrik konsolidasi mampu mencapai 6.524.753 Megawatt hour (MWh), atau 19,2 persen di atas target triwulan III.

    Lonjakan ini didorong oleh kinerja optimal PT Jawa Satu Power (JSP) yang mencatat produksi 2.690.693 MWh, atau melampaui target hingga 48 persen.

    Sementara itu, Pertamina Geothermal Energy (PGE) berkontribusi menyumbang 3.745.357 MWh, melampaui target sebesar 5 persen.

    Adapun Pertamina Power Indonesia (PPI) mampu memproduksi 88.703 MWh, atau terhitung hampir menyentuh target sebesar 90.166 MWh.

    Kapasitas Terpasang Naik, Proyek Baru Dorong Pertumbuhan

    Lebih lanjut, kapasitas terpasang konsolidasi Pertamina NRE secara kumulatif dapat mencapai 3.083 Megawatt (MW). Angka tersebut tercatat meningkat signifikan dibandingkan periode sebelumnya.

    Tambahan kapasitas ini didorong oleh afiliasi Pertamina NRE dan CREC (Citicore Renewable Energy Corporation), sebuah perusahaan energi terbarukan di Filipina.

    Proyek hasil afiliasi dua perusahaan ini pada September lalu resmi mengoperasikan PLTS (Pembangkit Listrik Tenaga Surya) dengan baseload 197 MW serta Battery Energy Storage System (BESS) 320 MWh.

    Dengan tambahan proyek tersebut, total kapasitas terpasang hingga triwulan III dikabarkan mencapai 526 MW.

    Selain itu, Pertamina NRE juga mencatat Equivalent Availability Factor (EAF) sebesar 98,28 persen, naik 7 persen dibandingkan tahun lalu. Sementara Equivalent Forced Outage Rate (EFOR) tercatat nihil alias tanpa gangguan tak terencana, menandai keandalan sistem pembangkit berjalan prima.

    Selain itu, aset operasional Pertamina NRE juga berada pada kondisi optimal. Pencapaian zero low integrity asset menunjukkan seluruh aset dapat berfungsi baik tanpa risiko kegagalan, atau potensi gangguan terhadap keselamatan operasional.

    Pendapatan dan Laba Bersih Lampaui Target

    Dari sisi keuangan, kinerja Pertamina NRE tak kalah impresif. Hingga akhir triwulan III 2025, perusahaan membukukan pendapatan sebesar USD325,4 juta, EBITDA (Laba Sebelum Bunga, Pajak, Depresiasi, dan Amortisasi) USD215,6 juta, dan laba bersih USD85,13 juta.

    Realisasi pendapatan tercatat 2 persen di atas target. Sementara EBITDA dan laba bersih masing-masing melampaui target 2 persen dan 1 persen.

    “Di tengah situasi ekonomi dan politik yang penuh tantangan, capaian positif ini menjadi bukti kerja keras seluruh tim Pertamina NRE. Tentunya hal ini juga berkat dukungan kuat dari pemegang saham dan para pemangku kepentingan,” ujar Rizki Vistiari, Pjs. Corporate Secretary Pertamina NRE lewat keterangan resmi yang dikutip, Jumat 31 Oktober 2025.

    HSSE Jadi Budaya, Emisi Berhasil Ditekan

    Dalam aspek keselamatan dan lingkungan (HSSE), Pertamina NRE kembali mencatat nihil fatalitas sepanjang triwulan III. Program pengelolaan emisi pun mencatat hasil luar biasa, dengan penurunan 14.994 ton CO₂e (Karbon Dioksida ekuivalen), jauh di atas target tahunan 2.080 ton CO₂e.

    “Di tengah tuntutan peningkatan kinerja bisnis, HSSE tetap menjadi prioritas kami. Pertamina NRE menjadikannya sebagai budaya perusahaan,” tambah Rizki.

    Dukung Transisi Energi Nasional

    Vice President Corporate Communication PT Pertamina (Persero) Fadjar Djoko Santoso menegaskan bahwa pengembangan energi hijau merupakan langkah strategis Pertamina untuk mewujudkan ketahanan energi nasional, sejalan dengan Rencana Umum Energi Nasional (RUEN) pemerintah.

    “Pemanfaatan energi hijau akan terus meningkat. Kami optimistis potensi energi baru terbarukan di Indonesia akan semakin berkembang. Di sinilah peran penting Pertamina NRE,” jelas Fadjar.

    Melalui inovasi teknologi, kolaborasi lintas sektor, dan pengembangan portofolio energi bersih yang terintegrasi, Pertamina NRE terus memperkuat perannya menuju Net Zero Emission (NZE) 2060.

    Perusahaan ini berkomitmen menjadi motor penggerak transisi energi nasional menuju masa depan yang lebih hijau, berkelanjutan, dan berdaya saing global.

    Kontribusi Pertamina Dukung Swasembada Energi Indonesia

    PT Pertamina (Persero) terus mendukung visi Asta Cita dari pemerintahan Presiden Prabowo Subianto lewat upaya ketahanan dan swasembada energi nasional.

    Untuk itu, beragam langkah Pertamina telah lakukan, mulai dari peningkatan produksi migas (minyak dan gas) hingga pengembangan energi hijau berkelanjutan.

    Menurut Simon Aloysius Mantiri, perusahaan tidak hanya berfokus pada profitabilitas, melainkan juga berperan sebagai agen pembangunan nasional (agent of development).

    “Pertamina memiliki tugas untuk memastikan ketahanan, keterjangkauan, dan keberlanjutan energi. Tidak hanya menjadi entitas bisnis yang mengejar laba, tetapi juga berperan sebagai agen pembangunan,” ujar Simon dalam acara Peringatan Satu Tahun Kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka, di Jakarta, dikutip dari keterangan resmi pada Rabu 22 Oktober 2025.

    Sementara disektor hulu, Pertamina terus mengakselerasi peningkatan produksi migas melalui pemanfaatan teknologi mutakhir dan intervensi sumur eksplorasi. Upaya tersebut menjadi bagian dari strategi meningkatkan cadangan energi sekaligus menjaga keseimbangan produksi nasional.

    Simon menjelaskan, Pertamina bersama Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) menargetkan produksi minyak mencapai 1 juta barel per hari pada 2029.

    Hingga kini, Indonesia baru memanfaatkan sekitar 65 cekungan eksplorasi dan 20 cekungan produksi dari total 120 cekungan migas yang ada di Tanah Air.

    “Indonesia masih menyimpan banyak potensi migas. Sebagian besar kini berasal dari kawasan timur dan sudah masuk wilayah laut dalam, sehingga dibutuhkan investasi, teknologi, serta kemitraan dengan perusahaan migas global,” jelas Simon.

    Untuk memperkuat ketahanan energi, Pertamina menerapkan Dual Growth Strategy atau pertumbuhan ganda, yaitu memaksimalkan bisnis migas eksisting sekaligus mempercepat pengembangan energi hijau sebagai sumber energi masa depan.

    Simon menambahkan, Pertamina tetap berkontribusi signifikan terhadap pendapatan negara meskipun perusahaan tengah fokus pada transformasi energi.

    Buktinya hingga Juni 2025, kontribusi Pertamina kepada keuangan negara mencapai Rp225 triliun, melalui pajak, dividen, dan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP).

    “Pertamina adalah instrumen strategis untuk pembangunan nasional,” tegas Simon.

    Ke depan, Pertamina akan terus memperkuat perannya dalam mencapai kemandirian energi nasional, termasuk memperluas eksplorasi dan investasi di wilayah berpotensi tinggi.

    “Pertamina akan terus melakukan perbaikan dan inisiatif untuk mendorong kemandirian bangsa melalui swasembada energi,” tutup Simon.

    Dengan fondasi kuat dan strategi berkelanjutan, Pertamina berkomitmen menjaga keseimbangan antara produksi migas, pengembangan energi baru, dan kontribusi ekonomi nasional. Langkah ini menjadi bukti nyata komitmen Pertamina untuk mendukung kedaulatan energi dan pembangunan berkelanjutan Indonesia. (info-bks/*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Harun Rasyid

    Harun Rasyid adalah jurnalis KabarBursa.com yang fokus pada liputan pasar modal, sektor komersial, dan industri otomotif. Berbekal pengalaman peliputan ekonomi dan bisnis, ia mengolah data dan regulasi menjadi laporan faktual yang mendukung pengambilan keputusan pelaku pasar dan investor. Gaya penulisan lugas, berbasis riset, dan memenuhi standar etika jurnalistik.