KABARBURSA.COM - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melaporkan adanya penurunan rasio pembiayaan bermasalah atau Non Performing Financing (NPF) di sektor industri multifinance Indonesia.
Menurut data terbaru yang dirilis, NPF di bulan Mei 2024 mencapai 2,77 persen. Angka ini menunjukkan penurunan dari level sebelumnya pada bulan April 2024 yang mencatatkan NPF sebesar 2,82 persen.
Adapun emiten yang mengalami penurunan NPF di industri multifinance diantaranya PT Clipan Finance Indonesia (CFIN) Tbk, PT BFI Finance Indonesia (BFIN) Tbk, PT Wahana Ottomitra Multiartha (WOMF) Tbk, PT Adira Dinamika Multi Finance (ADMF) Tbk.
Berdasarkan papan panel saham di RTI Business per tanggal 14 Juli 2024, saham Clipan Finance mengalami penurunan, dalam sepekan turun hingga 0,42 persen hingga rata-rata Rp470 hingga Rp480 per lembar saham
Dalam sepekan, Clifan Finance mencatat volume transaksi hingga 30,6 juta dengan volume saham yang diperdagangkan hingga Rp14,5 miliar. adapun frekuensi perdagangan saham dalam seminggu menyentuh angka 3,824.
Sementara saham PT BFI Finance, dalam sepekan mengalami penurunan yang cukup signifikan hingga 1,14 persen menurut panel RTI Business per tanggal 14 Juli 2024. dalam sepekan, harga saham BFI yang diperdagangkan Rp840 hingga Rp895 per lembar saham.
Begitu juga dengan volume transaksinya, dalam sepekan mencatat transaksi hingga 66,5 juta dengan volume saham yang diperdagangkan hingga Rp58 miliar, BFI juga mencatat frekuensi perdagangan hingga 9,786.
Namun PT Wahana Ottomitra Multiartha, dalam sepekan tidak mengalami penurunan, menurut panel RTI Business per tanggal 14 Juli 2024. Dalam sepekan, harga saham WOMF yang diperdagangkan Rp354 hingga Rp366 per lembar saham.
Dan diketahui volume transaksinya, dalam sepekan mencatat transaksi hingga 38 juta dengan volume saham yang diperdagangkan hingga Rp13,8 miliar, Wahana Ottomitra juga mencatat frekuensi perdagangan hingga 261.
Kemudian PT Adira Dinamika Multi Finance juga terpantau mengalami penurunan 0,21 persen dengan harga saham yang diperdagangkan Rp11,800 hingga Rp12,250 per lembar saham.
Adira Multi Finance juga mencatat volume transaksinya, dalam sepekan transaksinya hingga 194.000 dengan volume saham yang diperdagangkan hingga Rp2,3 miliar, dan mencatat frekuensi perdagangan 452.
Direktur Eksekutif Institute For Development of Economics and Finance (INDEF), Esther Sri Astuti berpandangan, menurunnya tingkat NPF di industri multifinance terjadi akibat performa debitur yang berangsur membaik.
Di sisi lain, Esther menilai turunnya NPF juga dapat terjadi akibat pembatasan yang dilakukan para debitur untuk menghindari jumlah beban kredit yang besar.
“Menurunnya NPF menandai performa debitur juga membaik. Sebagian lain disebabkan karena para debitur menghindari jumlah kredit yang besar,” kata Esther kepada KabarBursa, Sabtu, 13 Juli 2024.
Di samping itu, Esther juga menilai turunnya NPF tidak selalu menggambarkan perbaikan kondisi ekonomi masyarakat. Diketahui, Indeks Kepercayaan Konsumen (IKI) pada bulan Juni 2024 berada turun ke level 123,3 dari bulan sebelumnya sebesar 125,2.
Pembiayaan Paylater Naik 33,64 Persen
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melaporkan bahwa nilai penyaluran perusahaan pembiayaan (PP) untuk skema beli sekarang bayar nanti (BNPL/paylater) mengalami peningkatan sebesar 33,64 persen YoY, mencapai Rp6,81 triliun per Mei 2024.
Kepala Eksekutif Pengawas Lembaga Pembiayaan, Perusahaan Modal Ventura, Lembaga Keuangan Mikro, dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya (PVML) OJK, Agusman, menyatakan bahwa pembiayaan paylater memiliki potensi pasar yang besar seiring dengan perkembangan ekonomi digital.
Rasio Non-Performing Financing (NPF) gross dan netto untuk PP BNPL masing-masing tercatat sebesar 3,22 persen dan 0,84 persen, menunjukkan prospek yang baik untuk sektor ini. OJK saat ini tengah mengkaji aturan terkait paylater, termasuk persyaratan perusahaan pembiayaan, kepemilikan sistem informasi, serta perlindungan data pribadi.
Selain itu, OJK mencatat perkembangan positif dalam pembiayaan syariah, dengan nilai outstanding meningkat sebesar 27,49 persen YoY menjadi Rp26,5 triliun per Mei 2024. Rasio NPF gross dan netto untuk pembiayaan syariah masing-masing tercatat sebesar 1,9 persen dan 0,62 persen.
OJK juga melaporkan peningkatan 12,62 persen YoY dalam piutang pembiayaan kendaraan bermotor, mencapai Rp400,57 triliun per Mei 2024. Agusman menyatakan bahwa penyaluran pembiayaan kendaraan bermotor diproyeksikan masih memiliki peluang tumbuh sebesar 9-11 persen hingga akhir tahun 2024, meskipun terjadi penurunan penjualan kendaraan bermotor.
OJK berkomitmen untuk meningkatkan literasi keuangan syariah dan mendorong inovasi serta diversifikasi produk dalam perusahaan pembiayaan syariah untuk mengembangkan sektor tersebut.
Paylater Semakin Populer di Masyarakat
Supervisor Marketing & Communications Kredivo, Indina Andamari, mengungkapkan paylater semakin populer di kalangan masyarakat. Hal itu turut memengaruhi penggunaan Kredivo yang juga terus meningkat dan tidak hanya terfokus di pulau Jawa.
Dia mengungkapkan selama Ramadan 2024, rata-rata pengguna Kredivo bertransaksi sebanyak lima kali. Dalam periode waktu yang sama, mayoritas pengguna Kredivo menggunakan promo cicilan 0 persen tenor 6 bulan dan promo bebas 1 bulan cicilan untuk tenor 12 bulan dalam melakukan transaksi.
“Penggunaan Kredivo selama Ramadan 2024 mencapai puncaknya pada periode awal hingga pertengahan Ramadan 2024 (12 hingga 31 Maret 2024),” katanya kepada Kabar Bursa.
Lalu, dia melanjutkan, jumlah pengguna paylater masih didominasi oleh generasi muda. Tercatat, 71 persen pengguna Kredivo memiliki umur di bawah 35 tahun, sedangkan umur di atas 35 tahun hanya sebanyak 29 persen.
“Dilihat dari jenis kelamin, pengguna Kredivo aktif pria masih mendominasi sebanyak 58 persen dan pengguna aktif wanita sebesar 42 persen,” ujarnya.
Selanjutnya, penggunaan Kredivo di wilayah non-Jabodetabek mengalami peningkatan sebesar 25 persen dibandingkan dengan periode yang sama di tahun sebelumnya. Di samping itu, jumlah transaksi di luar pulau Jawa juga naik sebesar 37 persen dibanding Ramadan 2023.
Kenaikan ini terutama terlihat di kota-kota prioritas Kredivo, seperti Medan, Batam, Pekanbaru, Balikpapan, Samarinda, Denpasar, Manado, dan Makassar.
“Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan Paylater semakin meluas dan semakin populer di berbagai wilayah,” jelas dia.
Untuk diketahui, paylater telah menjadi alat pembayaran pilihan bagi masyarakat untuk berbelanja berbagai kebutuhan, tidak hanya terbatas pada kebutuhan mendesak.
Dia menunjukkan bahwa sebanyak 56,8 persen pengguna paylater menggunakan layanan ini untuk membayar kebutuhan bulanan dengan cicilan tenor kurang dari 1 tahun, sementara 52,1 persen menggunakannya untuk keperluan yang mendesak.
Selain itu, penggunaan paylater tidak lagi terbatas pada merchant online saja, tapi juga telah merambah ke merchant offline. Hal ini terlihat dari peningkatan jumlah transaksi di merchant offline Kredivo pada tahun 2023 tumbuh hingga 2 kali lipat dibandingkan tahun sebelumnya.
“Promo menjadi alasan terbesar ketiga dari penggunaan paylater,” terangnya. (*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.