Logo
>

Kota Homs Suriah Jatuh, Rezim Bashar Assad di Ujung Tanduk

Ditulis oleh Moh. Alpin Pulungan
Kota Homs Suriah Jatuh, Rezim Bashar Assad di Ujung Tanduk

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM- Serangan kilat kelompok pemberontak di Suriah mencapai puncaknya pada Sabtu, 7 Desember 2024. Mereka kini berada di gerbang ibu kota, sementara pasukan pemerintah dilaporkan meninggalkan kota Homs. Pemerintah membantah rumor yang menyebut Presiden Bashar Assad melarikan diri dari negara itu.

    Dilansir dari Apnews, Ahad, 8 Desember 2024, hilangnya Homs menjadi pukulan telak bagi Assad. Kota ini adalah simpul strategis yang menghubungkan Damaskus dengan provinsi pesisir Latakia dan Tartus—basis pendukung Assad dan lokasi pangkalan angkatan laut Rusia.

    Stasiun radio pro-pemerintah Sham FM melaporkan pasukan pemerintah telah mengambil posisi di luar Homs tanpa memberikan detail lebih lanjut. Rami Abdurrahman, kepala Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia yang berbasis di Inggris, menyebut pasukan pemerintah dan aparat keamanan telah meninggalkan kota itu. Sementara itu, pemberontak mulai memasuki sebagian wilayah Homs.

    Keberhasilan merebut Homs menjadi kemenangan besar bagi pemberontak. Sebelumnya, mereka telah menguasai Aleppo, Hama, serta sebagian besar wilayah selatan dalam serangan yang dimulai pada 27 November. Para analis menilai jatuhnya Homs ke tangan pemberontak mengubah peta konflik Suriah secara signifikan.

    Damaskus di Ambang Bahaya

    Langkah pemberontak di sekitar Damaskus terjadi setelah pasukan pemerintah menarik diri dari sebagian besar wilayah selatan. Ini membuat beberapa ibu kota provinsi kini dikuasai oposisi. Untuk pertama kalinya sejak perang sipil dimulai, pemerintah Assad hanya menguasai tiga dari 14 ibu kota provinsi: Damaskus, Latakia, dan Tartus.

    Kemajuan pemberontak dalam sepekan terakhir adalah yang terbesar dalam beberapa tahun terakhir. Serangan ini dipimpin oleh Hayat Tahrir al-Sham (HTS), kelompok yang berakar dari Al-Qaeda. Mereka hampir tidak menemui perlawanan berarti dari pasukan Assad.

    Kemenangan pemberontak, ditambah dengan minimnya dukungan dari sekutu Assad, menjadi ancaman serius bagi kelangsungan kekuasaannya.

    Reaksi Internasional

    Utusan Khusus PBB untuk Suriah, Geir Pedersen, menyerukan perundingan darurat di Jenewa untuk memastikan transisi politik yang tertib. Dalam Forum Doha di Qatar, ia mengatakan situasi di Suriah berubah setiap menit. Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov menyampaikan keprihatinannya atas nasib rakyat Suriah.

    Di Damaskus, warga panik membeli kebutuhan pokok. Ribuan orang bergerak ke perbatasan Lebanon untuk mengungsi. Sebagian besar toko tutup, sementara yang masih buka menaikkan harga hingga tiga kali lipat.

    “Situasinya sangat aneh. Kami tidak terbiasa seperti ini,” kata seorang warga yang enggan disebutkan namanya karena khawatir dengan pembalasan.

    Assad Terpojok

    Media pemerintah Suriah membantah rumor di media sosial yang menyebut Assad telah meninggalkan negara itu. Assad, menurut laporan tersebut, masih menjalankan tugasnya di Damaskus.

    Namun, dukungan dari sekutunya melemah. Rusia tengah sibuk dengan perang di Ukraina. Hezbollah di Lebanon, yang sebelumnya mengirim ribuan pejuang untuk membantu Assad, melemah akibat konflik dengan Israel. Sementara Iran menghadapi serangan udara rutin yang melemahkan jaringan proksinya di kawasan.

    Pada Sabtu, diplomat dari delapan negara utama, termasuk Rusia, Turki, dan Iran, bertemu di sela-sela KTT Doha untuk membahas situasi Suriah. Mereka menyerukan solusi politik untuk mengakhiri konflik, melindungi warga sipil, dan meningkatkan bantuan internasional bagi rakyat Suriah.

    PBB berencana menggelar perundingan di Jenewa dalam waktu dekat. Agenda tersebut mencakup pembentukan badan pemerintahan transisi, perancangan konstitusi baru, dan pemilu yang diawasi PBB.

    Pemberontak Mengepung Damaskus

    Rami Abdurrahman, kepala Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia yang berbasis di Inggris, mengatakan pemberontak telah berada di pinggiran Damaskus, termasuk Maadamiyah, Jaramana, dan Daraya. Ia menambahkan, pasukan oposisi tengah bergerak menuju Harasta, salah satu kawasan strategis di dekat ibu kota.

    Komandan pemberontak, Hassan Abdul-Ghani, mengumumkan melalui aplikasi Telegram bahwa pasukan oposisi telah memasuki “tahap akhir” ofensif mereka dengan mengepung Damaskus.

    Kelompok Hayat Tahrir al-Sham (HTS), yang menguasai sebagian besar wilayah barat laut Suriah, sejak 2017 telah membentuk “pemerintahan penyelamat” untuk mengelola urusan sehari-hari di wilayah itu. Pemimpin HTS, Abu Mohammed al-Golani, berupaya memperbaiki citra kelompoknya dengan memutus hubungan dengan Al-Qaeda, mengganti pejabat garis keras, serta menyatakan komitmen terhadap pluralisme dan toleransi beragama.

    Serangan Kilat Oposisi

    Serangan mendadak yang dimulai 27 November telah membuat pemberontak merebut kota Aleppo di utara, kota terbesar di Suriah, serta Hama, kota terbesar keempat di negara itu. Aktivis oposisi melaporkan, pada Jumat lalu, pemberontak juga memasuki Palmyra, situs arkeologi berharga yang sebelumnya berada di bawah kendali pemerintah sejak direbut dari kelompok ISIS pada 2017.

    Di selatan, pasukan pemerintah meninggalkan sebagian besar wilayah provinsi Quneitra, termasuk Baath City, menurut laporan aktivis. Observatorium Suriah juga mencatat bahwa pasukan pemerintah telah mundur dari sebagian besar provinsi selatan.

    Pernyataan militer Suriah menyebut bahwa mereka melakukan reposisi di Sweida dan Daraa setelah pos-pos pemeriksaan mereka diserang “teroris.” Militer menyatakan sedang membangun “sabuk pertahanan dan keamanan yang kuat” untuk melindungi Damaskus dari arah selatan. Sejak konflik pecah pada Maret 2011, pemerintah Suriah kerap menyebut pemberontak sebagai teroris.

    Diplomasi di Doha

    Para menteri luar negeri Iran, Rusia, dan Turki bertemu di Qatar untuk menyerukan penghentian pertempuran. Turki, pendukung utama pemberontak, menegaskan pentingnya upaya politik untuk mengakhiri konflik.

    Diplomat Qatar, Sheikh Mohammed bin Abdulrahman Al Thani, mengkritik Assad karena gagal memanfaatkan jeda konflik dalam beberapa tahun terakhir untuk menangani masalah mendasar negara. “Assad tidak menggunakan kesempatan ini untuk mulai berdialog dan memulihkan hubungannya dengan rakyatnya,” ujarnya.

    Sheikh Mohammed mengaku terkejut dengan kecepatan pergerakan pemberontak dan memperingatkan ancaman nyata terhadap “integritas wilayah” Suriah. Ia menambahkan, perang dapat “menghancurkan sisa-sisa yang masih ada” jika tidak segera dimulai proses politik.(*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Moh. Alpin Pulungan

    Asisten Redaktur KabarBursa.com. Jurnalis yang telah berkecimpung di dunia media sejak 2020. Pengalamannya mencakup peliputan isu-isu politik di DPR RI, dinamika hukum dan kriminal di Polda Metro Jaya, hingga kebijakan ekonomi di berbagai instansi pemerintah. Pernah bekerja di sejumlah media nasional dan turut terlibat dalam liputan khusus Ada TNI di Program Makan Bergizi Gratis Prabowo Subianto di Desk Ekonomi Majalah Tempo.

    Lulusan Sarjana Hukum Universitas Pamulang. Memiliki minat mendalam pada isu Energi Baru Terbarukan dan aktif dalam diskusi komunitas saham Mikirduit. Selain itu, ia juga merupakan alumni Jurnalisme Sastrawi Yayasan Pantau (2022).