KABARBURSA.COM - Fakta bahwa masyarakat Jabodetabek pergi keluar kota atau berlibur di sejumlah hari-hari besar nasional menjadi fenomena menarik di tengah lesunya pertumbuhan ekonomi Indonesia dan konsumsi rumah tangga pada kuartal I 2025.
PT Jasa Marga (Persero) Tbk mencatat sebanyak 529.487 kendaraan meninggalkan wilayah Jabotabek pada H-3 hingga H-1 periode libur hari raya Waisak 2025, 12 dan 13 Mei kemarin.
Corporate Communication & Community Development Group Head Jasa Marga Lisye Octaviana mengatakan, catatan tersebut merupakan angka kumulatif arus lalu lintas dari empat Gerbang Tol (GT) utama.
"Yaitu GT Cikupa (ke arah Merak), GT Ciawi (ke arah Puncak), dan GT Cikampek Utama (ke arah Trans Jawa) dan GT Kalihurip Utama (ke arah Bandung)," kata Lisye dalam rilisnya, dikutip Rabu, 14 Mei 2025
Lisye menyampaikan, total volume lalu lintas yang meninggalkan wilayah Jabotabek itu mengalami kenaikan sebesar17,25 persen jika dibandingkan lalu lintas normal.
Adapun untuk distribusi lalu lintas meninggalkan Jabotabek, kata dia, menuju ke tiga arah yaitu dengan mayoritas sebanyak 250.433 kendaraan (47,3 persen) menuju arah Timur (Trans Jawa dan Bandung), 144.754 kendaraan (27,3 persen) menuju arah Barat (Merak) dan 134.300 kendaraan (25,4 persen) menuju arah Selatan (Puncak).
Tak hanya jalan tol, kereta api juga menjadi transportasi favorit masyarakat saat berlibur pada hari raya Waisak 2025. PT Kereta Api Indonesia/KAI (Persero) mencatat, pada periode libur Waisak rata-rata tingkat keterisian kereta di atas 100 persen.
Pakar Strategi Pariwisata Nasional Taufan Rahmadi menjelaskan, masyarakat tetap membutuhkan liburan untuk melepas penat meski pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal I tengah melambat.
"Sekarang liburan itu bukan lagi sesuatu yang mewah, tapi its about how to balance life (tentang keseimbangan hidup)," ujar dia kepada KabarBursa.com, Rabu, 14 Mei 2025.
Menurut Taufan, saat ini banyak masyarakat yang lebih memilih destinasi wisata yang dekat, terjangkau, dan fleksibel. Artinya, kata dia, mereka tetap mencari cara berlibur meskipun terbatas.
Hal senada juga diungkapkan oleh Sosiolog dari Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta Tantan Hermansah. Menurutnya, melonjaknya wisatawan di hari libur panjang merupakan hal biasa.
Tantan mengatakan, melambatnya pertumbuhan ekonomi dan konsumsi rumah tangga pada kuartal I 2025 tidak berpengaruh terhadap aktivitas masyarakat untuk berlibur.
"Karena sekarang jika dilihat, tempat wisata tidak hanya itu-itu saja dan tidak selalu mahal. Banyak destinasi wisata dengan harga terjangkau," jelas dia kepada KabarBursa.com, Rabu, 14 Mei 2025.
Tantan melihat fenomena banyaknya masyarakat pergi ke luar kota atau berlibur di tangah lesunya ekonomi dimaknai sebagai bentuk pelarian dari stres atas realitas yang mereka hadapi.
"Jadi mereka merasa bahwa piknik atau tidak piknik (ekonomi) tetap lesu. Maka mereka ini yang memutuskan piknik dengan berbagai cara," pungkasnya.
Ekonomi RI Tumbuh 4,87 Persen, Konsumsi Lemah Jadi Alarm
Sebelumnya diberitakan, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I 2025 mencapai 4,87 persen secara tahunan (year-on-year/yoy), didorong oleh performa kuat sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan yang mencatat pertumbuhan tertinggi sebesar 10,52 persen. Meski secara tahunan tumbuh positif, ekonomi nasional terkontraksi 0,98 persen dibandingkan kuartal sebelumnya (quarter-to-quarter/qtq).
Dalam paparan resmi BPS, Direktur Neraca Produksi BPS, Puji Agus Kurniawan, menjelaskan bahwa PDB Indonesia atas dasar harga berlaku pada periode Januari–Maret 2025 tercatat sebesar Rp5.665,9 triliun. Sementara itu, jika dihitung menggunakan harga konstan 2010, nilainya mencapai Rp3.264,5 triliun. Menurutnya, dinamika ekonomi global yang masih dibayangi ketidakpastian, serta pola musiman belanja pemerintah menjadi faktor yang memengaruhi kinerja kuartalan ekonomi nasional.
"Kontraksi secara kuartalan sebesar 0,98 persen disebabkan oleh penurunan signifikan dalam belanja pemerintah, yang tercermin dari kontraksi komponen konsumsi pemerintah sebesar 39,89 persen. Namun, secara tahunan, perekonomian kita masih menunjukkan tren pertumbuhan positif," ujar Puji dalam konferensi pers BRS PDB triwulan I-2025, Senin, 5 Mei 2025.
Dari sisi lapangan usaha, sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan menjadi penopang utama pertumbuhan, menyumbang kontribusi signifikan dalam struktur PDB. Selain itu, lapangan usaha jasa lainnya, jasa perusahaan, serta transportasi dan pergudangan juga mencatat pertumbuhan tinggi, masing-masing sebesar 9,84 persen, 9,27 persen, dan 9,01 persen yoy. Namun, sektor pertambangan dan penggalian justru mengalami kontraksi sebesar 1,23 persen secara tahunan, dan lebih dalam secara kuartalan, yaitu -7,42 persen.
Adapun struktur PDB triwulan I-2025 masih didominasi oleh industri pengolahan dengan kontribusi sebesar 19,25 persen, diikuti oleh perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor sebesar 13,22 persen, serta pertanian, kehutanan, dan perikanan sebesar 12,66 persen.
Sementara itu, dari sisi pengeluaran, komponen ekspor barang dan jasa menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi dengan laju 6,78 persen secara tahunan. Pengeluaran konsumsi rumah tangga (PKRT), yang mencakup lebih dari setengah PDB Indonesia, tumbuh sebesar 4,89 persen. Komponen lainnya yang mencatat pertumbuhan adalah konsumsi lembaga nonprofit (PK-LNPRT) sebesar 3,07 persen dan pembentukan modal tetap bruto (PMTB) sebesar 2,12 persen.
Direktur Neraca Pengeluaran BPS, Pipit Helly Sorayan, menambahkan bahwa pelemahan ekonomi secara kuartalan juga terlihat dari sisi pengeluaran. “Hampir seluruh komponen pengeluaran mengalami kontraksi. Selain konsumsi pemerintah yang turun tajam, ekspor dan impor barang serta jasa juga terkontraksi masing-masing sebesar 6,11 persen dan 10,20 persen,” ujar Pipit dalam kesempatan yang sama.
Secara spasial, kelompok provinsi di Pulau Jawa kembali menjadi motor utama perekonomian nasional dengan kontribusi sebesar 57,43 persen dan pertumbuhan 4,99 persen yoy. Provinsi di Pulau Sulawesi mencatatkan pertumbuhan tertinggi sebesar 6,40 persen, sementara kelompok provinsi di Maluku dan Papua menjadi yang terendah dengan pertumbuhan hanya 1,69 persen.
Kinerja sektoral pada triwulan ini juga memperlihatkan dampak musiman. Sektor jasa pendidikan, misalnya, mencatat kontraksi terdalam secara kuartalan sebesar 8,45 persen, disusul oleh jasa kesehatan dan kegiatan sosial yang turun 6,97 persen. Sementara itu, sektor administrasi pemerintahan dan jaminan sosial tumbuh tinggi sebesar 7,92 persen qtq.
Dengan dinamika tersebut, BPS mencatat bahwa kontribusi konsumsi rumah tangga terhadap PDB tetap dominan di angka 54,53 persen. Sedangkan komponen investasi (PMTB) menyumbang 28,03 persen dan ekspor bersih (ekspor dikurangi impor) memberi kontribusi positif dalam struktur pengeluaran nasional.
Puji Agus menekankan bahwa meski terjadi kontraksi secara kuartalan, Indonesia tetap berada pada jalur pertumbuhan.
“Tantangan global masih tinggi, tapi beberapa indikator konsumsi dan ekspor masih menunjukkan resiliensi. Ini perlu kita perkuat dengan menjaga stabilitas harga dan daya beli masyarakat,” tutupnya.(*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.