KABARBURSA.COM - Vice President Digital Retail Banking PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) Harry Sofri Putranda mengungkapkan bahwa setiap hari ada satu juta kali percobaan serangan siber terhadap infrastruktur digital Bank Mandiri.
Hal itu disampaikan Harry pada momen Media Briefing bertajuk “Securing The Future: Optimalisasi Fintech dan Transformasi Digital jasa Keuangan” yang digelar di The Relief, Sarinah, Jakarta Pusat, Kamis, 19 September 2024.
“Tugas mereka day to day memonitor dan mengantisipasi serangan siber. Ibarat sebuah rumah, kami menyiapkan lapisan keamanan dari satpam, anjing penjaga, pagar, CCTV, alarm, hingga sniper juga ada serangan yang masuk,” ungkap Harry.
Selain menghadapi ancaman serangan siber, Bank Mandiri juga menghadapi ancaman kebocoran data yang dapat membahayakan nasabah serta mengancam kredibilitas Mandiri. Hal ini mendorong pihaknya untuk fokus pada ancaman serangan siber dan kebocoran data.
Guna mengantisipasi ancaman tersebut, Bank Mandiri membentuk tim khusus untuk menanggulangi ancaman ini. Tim khusus beranggotakan 200 orang yang dibentuk sejak tahun 2021 ini bertugas menjadi “satpam digital” untuk memastikan keamanan setiap aktivitas Bank Mandiri.
Harry menuturkan, proses pengamanan dari serangan siber dan ancaman kebocoran data butuh biaya yang tidak sedikit. Oleh karena itu, BMRI mengalokasikan sebanyak 15 persen untuk berinvestasi di bidang IT guna mengamankan ancaman siber.
Harry menyebut, memastikan keamanan siber dan data Bank Mandiri penting untuk dilakukan agar proses digitalisasi tidak menghadapi ancaman siber dan pencurian data.
Digitalisasi ini diperlukan sebuah bank untuk mempermudah nasabah dalam mengakses layanan perbankan dari mana saja dan kapan saja. Sebelumnya, proses pembukaan rekening misalnya, kini cukup dilakukan dengan mengunduh aplikasi Livin by Mandiri.
“Dulu prosesnya dalam hitungan hari. Misalnya kita buka rekening hari ini, baru bisa dipakai keesokan harinya. Tapi melalui aplikasi Livin by Mandiri, cukup 15 menit dan rekening bisa langsung dipakai hari itu juga,” jelas Harry.
Lima Prinsip Fundamental
Harry menuturkan proses transformasi BMRI dilaksanakan melalui lima prinsip fundamental. Prinsip pertama adalah meningkatkan kesiapan digital dengan memperkuat kapasitas dan kapabilitas karyawan Bank Mandiri, memperbaiki performa infrastruktur, serta memanfaatkan model cloud computing.
Prinsip kedua adalah memperkuat struktur organisasi, sumber daya manusia, dan budaya dalam kurun waktu dua tahun. Salah satunya dilakukan dengan membentuk tim digital khusus dan mengadopsi pola pikir dari industri financial technology.
Prinsip ketiga, Bank Mandiri mengembangkan berbagai kanal distribusi untuk menjangkau beragam segmen. Untuk nasabah individu melalui Livin by Mandiri, Kopra by Mandiri untuk korporat, Livin Merchant bagi UMKM, serta Smart Branch untuk layanan offline.
“Prinsip keempat, Bank Mandiri terus memperluas ekosistem digitalnya dengan bermitra dengan lebih dari 600 rekanan dalam pembukaan rekening, transaksi perbankan, dan pinjaman digital,” ujarnya.
Sedangkan untuk prinsip ke lima adalah pemanfaatan data analitic yang didukung oleh kecerdasan buatan (AI) untuk menghasilkan visual analytics dan memperkuat manajemen data.
Keuntungan Aplikasi Livin by Mandiri
BMRI terus melakukan inovasi untuk meningkatkan layanan perbankan bagi para nasabahnya. Salah satu upayanya adalah melalui digitalisasi layanan keuangan lewat aplikasi Livin by Mandiri yang diluncurkan pada 2 Oktober 2021.
Pengguna aplikasi Livin by Mandiri mengalami pertumbuhan yang signifikan. Peningkatan kepercayaan ini mendorong Bank Mandiri untuk memperkuat infrastruktur keamanan siber guna melindungi data nasabah dan perusahaan.
Hingga 2024, Harry menyebutkan bahwa pengguna aplikasi Livin by Mandiri telah mencapai 26 juta orang. Pembukaan rekening juga meningkat tajam hingga 85 persen, dengan total transaksi mencapai Rp1.883 triliun. Dari aplikasi Livin, Bank Mandiri berhasil meraih keuntungan sebesar Rp8 miliar per hari.
Dalam kesempatan yang sama, pengamat dan ekonom senior Faisal Hastiadi menilai dampak langsung dari digitalisasi perbankan dapat berdampak pada peningkatan produktivitas.
“Saat ini, kontribusi sektor digital perbankan mencapai Rp1.000 triliun. Angka itu memang dalam PDB tidak terlalu banyak. Di tahun 2030 diharapkan, kontribusi terus meningkat mencapai Rp4.500 triliun,” ujarnya.
Kendati demikian, ia mengingatkan terkait tantangan agar bank di Indonesia dapat membuat masyarakat merasa nyaman dan melek literasi keuangan. Menurutnya, ketika masyarakat melek literasi keuangan dapat memberi manfaat positif dalam hal membuat layanan perbankan semakin inklusif. Tetapi di sisi lain, masyarakat masih terus terlilit pinjaman online.
“Banyak masyarakat terjerat pinjol. Utang mereka dibayar pakai utang. Habis penghasilan mereka untuk membayar utang. Risiko kurangnya literasi keuangan ini menjadi tanggung jawab semua pihak. Kita harus menciptakan manusia yang paham digital teknologi,” ujarnya. (*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.