KABARBURSA.COM - Masih dipercaya sebagai aset paling aman atau safe-haven, harga emas dunia kembali bersinar. Emas melonjak hampir 1 persen pada penutupan perdagangan Jumat pagi, 25 Oktober 2024, mendekati rekor tertinggi sepanjang masa.
Emas lagi-lagi menampilkan kilaunya di tengah ketidakpastian geopolitik dan meningkatnya permintaan aset safe-haven. Peningkatan ini menggarisbawahi peran emas sebagai instrumen lindung nilai terhadap inflasi dan gejolak ekonomi global.
Harga emas spot naik 0,7 persen menjadi USD 2.736,16 per ons, hanya sedikit di bawah rekor tertinggi USD 2.758,38 per ons yang dicapai sehari sebelumnya. Emas berjangka Amerika Serikat juga mengalami kenaikan yang serupa, ditutup pada USD 2.749,1 per ons.
Direktur Perdagangan Logam di High Ridge Futures David Meger, menegaskan bahwa ketidakpastian global terus memicu arus dana ke emas. Menurutnya, emas tetap menjadi aset pilihan utama untuk lindung nilai terhadap inflasi dan berbagai risiko ekonomi.
"Ketidakpastian global terus mendorong aliran dana ke emas," ujar Meger.
Sejak awal tahun 2024, emas telah melonjak lebih dari 33 persen, mencetak rekor baru seiring dengan ketidakstabilan ekonomi global yang dipicu oleh berbagai faktor. Ekspektasi akan pelonggaran kebijakan moneter oleh bank sentral di berbagai negara, termasuk Amerika Serikat, turut menjadi pendorong utama kenaikan harga emas.
Kekhawatiran Ekonomi
Situasi ekonomi global yang tidak stabil, termasuk ketegangan geopolitik dan ketidakpastian mengenai masa depan kebijakan fiskal di berbagai negara, mendorong banyak investor untuk beralih ke emas. Utang fiskal Amerika Serikat yang terus membengkak memperkuat posisi emas sebagai aset investasi yang aman. Berdasarkan analisis dari ANZ, emas dipandang sebagai pilihan terbaik di tengah meningkatnya kekhawatiran ekonomi.
Sentimen ini didukung oleh kekhawatiran mengenai kemungkinan pelonggaran kebijakan moneter yang lebih agresif, terutama dari Bank Sentral AS (Federal Reserve). Tingginya inflasi global dan langkah-langkah stimulus fiskal yang signifikan memperkuat ekspektasi bahwa bank sentral akan terus melonggarkan kebijakan moneternya. Dalam konteks ini, emas menjadi aset yang semakin menarik karena nilainya cenderung meningkat di tengah kondisi inflasi tinggi.
Lonjakan Harga Paladium
Tidak hanya emas yang mengalami lonjakan signifikan. Harga paladium juga mencatat kenaikan tajam hingga 9,3 persen menjadi USD 1.155,95 per ons, setelah berita tentang potensi sanksi yang akan diberlakukan oleh Amerika Serikat dan negara-negara G7 terhadap Rusia, salah satu produsen paladium terbesar di dunia.
Giovanni Staunovo, analis UBS, menjelaskan bahwa Rusia menguasai sekitar 40 persen dari pasokan tambang paladium global. Jika sanksi benar-benar diberlakukan, hal ini berpotensi menyebabkan harga paladium terus melonjak.
"Sanksi terhadap Rusia dapat mendorong harga paladium lebih tinggi lagi," ujar Staunovo.
Paladium, yang digunakan terutama dalam industri otomotif untuk katalis konverter, menjadi salah satu logam yang paling terpengaruh oleh ketegangan geopolitik global. Peningkatan ini merupakan kenaikan tertinggi sejak Desember 2023.
Sementara itu, harga perak mengalami sedikit penurunan sebesar 0,2 persen menjadi USD 33,67 per ons, setelah sebelumnya mencapai level tertinggi sejak akhir 2012 pada 22 Oktober lalu. Meskipun demikian, analis senior Kitco Metals Jim Wyckoff, melihat potensi kenaikan lebih lanjut bagi perak.
"Perak sering disebut sebagai emasnya orang miskin. Saat emas mendekati rekor tertinggi, perak masih jauh dari puncaknya," ungkap Wyckoff.
Platinum juga mencatatkan kenaikan 1,3 persen, menutup perdagangan di USD 1.028,75 per ons. Kenaikan ini didorong oleh prospek positif di sektor otomotif dan peningkatan permintaan industri.
Kenaikan harga emas mendekati rekor tertinggi, didukung oleh permintaan safe-haven dan ketidakpastian geopolitik, menunjukkan betapa pentingnya peran emas dalam portofolio investasi global.
Dengan ekspektasi pelonggaran kebijakan moneter lebih lanjut dan risiko geopolitik yang terus meningkat, emas diperkirakan akan terus menjadi aset lindung nilai yang diminati. Lonjakan harga paladium dan prospek kenaikan untuk logam mulia lainnya menyoroti dinamika pasar komoditas di tengah ketidakpastian global yang berkelanjutan.
Sehari sebelumnya, harga emas dunia justru mengalami penurunan tajam lebih dari 1 persen pada penutupan perdagangan Kamis dini hari WIB, 24 Oktober 2024, setelah sebelumnya mencapai rekor tertinggi sepanjang masa. Penurunan ini dipicu oleh menguatnya dolar AS dan kenaikan yield obligasi AS, yang menekan permintaan emas sebagai aset safe haven menjelang pemilihan presiden AS pada 5 November mendatang.
Mengutip laporan CNBC International, emas spot turun 1 persen menjadi USD2.721,12 per ons pada pukul 12.25 WDT atau pukul 14.10 GMT, setelah sebelumnya sempat menyentuh harga tertinggi sepanjang masa di USD2.758,37 per ons. Sementara itu, kontrak berjangka emas AS juga turun 0,9 persen ke level USD2.734,60.(*)