KABARBURSA.COM – Produksi batu bara Indonesia telah mencapai rekor baru, yakni sebesar 836 juta ton (Mt) pada 2024. Alih-alih dapat cuan besar dari berlimpahnya produksi, harga batu bara justru jeblok.
Berdasarkan laporan terbaru Ember, limpahan pasokan batu bara justru menekan harga batu bara di pasaran. Perusahaan yang bermain di sektor ini mengalami pengurangan laba dan menurunkan penerimaan negara.
Meskipun capaian produksi tersebut menjadi yang tertinggi sepanjang sejarah, laporan itu mencatat bahwa laba bersih perusahaan batu bara telah turun hingga 67 persen. Level penurunan ini adalah yang terparah sejak tahun 2021 dan puncaknya tahun 2022. Akibatnya, penerimaan negara bukan pajak (PNBP) dari batu bara juga menurun sebesar 18,6 pada pada 2024.
Ember menilai, momentum kenaikan harga akibat krisis energi global pada 2022 yang sempat mengangkat pendapatan negara kini telah memudar.
Laporan itu juga menunjukkan bahwa penurunan permintaan batu bara mulai terasa pada 2025. Produksi nasional dilaporkan turun 33 juta ton pada paruh pertama 2025, didorong oleh pelemahan pasar ekspor dan domestik.
Ekspor ke Tiongkok dan India, yang selama ini menyumbang sekitar 60 persen dari perdagangan batu bara Indonesia, mengalami penurunan seiring kedua negara tersebut meningkatkan kapasitas pembangkit energi terbarukan dan memperkuat pasokan batu bara domestik.
“Wilayah-wilayah penghasil batu bara di Indonesia perlu segera bersiap untuk menghadapi penurunan pendapatan dari sektor batu bara. Begitu anggaran publik berkurang, upaya untuk mendiversifikasi perekonomian daerah akan semakin sulit,” ujar Timon Wehnert, Wakil Kepala Unit Riset Transisi Energi Internasional, Wuppertal Institut dalam keterangan tertulis, dikutip KabarBursa.com pada Jumat, 7 November 2025.
Selain tekanan ekonomi, laporan Ember juga menyoroti dampak lingkungan yang meningkat dari ekspansi batu bara. Emisi metana tambang batu bara (CMM) pada 2024 diperkirakan mencapai 722 kiloton (kt), lebih dari empat kali lipat angka resmi pemerintah.(*)