Logo
>

Menanti Durian Runtuh ke Sektor Energi RI usai China Pangkas Suku Bunga

Ditulis oleh KabarBursa.com
Menanti Durian Runtuh ke Sektor Energi RI usai China Pangkas Suku Bunga

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Bank Sentral China (PBOC) menurunkan suku bunga pinjaman satu tahun sebesar 20 basis poin pada akhir September 2024, dari 3,35 persen menjadi 3,10 persen. Kebijakan ini diambil untuk mempercepat pemulihan ekonomi yang berjalan lambat di Negeri Tirai Bambu tersebut.

    Head of Research PT Kiwoom Sekuritas Indonesia, Sukarno Alatas, menyebut kebijakan tersebut dapat menguntungkan Indonesia, yang menjadi salah satu eksportir utama energi ke China. Pada 2023, Indonesia mengekspor sekitar 43 persen batu bara termalnya ke Tiongkok atau mencapai 502,9 juta metrik ton. Ini menjadikan Indonesia sebagai pemasok utama untuk kebutuhan energi di negara itu.

    Sukarno mengatakan kebijakan penurunan suku bunga China bisa berdampak positif bagi Indonesia meski tidak terjadi secara langsung. “(Ini) berpeluang akan meningkatkan permintaan energi, yang nantinya ekspor kita bisa meningkat ke China dari sisi komoditasnya,” kata Sukarno kepada KabarBursa.com, Sabtu, 26 Oktober 2024.

    Meski kebijakan pemangkasan suku bunga membuat China tampak lebih prospektif bagi investor asing, Sukarno menilai peralihan dana ke China hanya bersifat sementara. “Dampak outflow sepertinya hanya jangka pendek,” kata dia.

    Sukarno menilai, kebijakan pemangkasan suku bunga pinjaman oleh China bertujuan untuk memperbaiki pertumbuhan ekonominya yang tengah melambat. Potensi pemulihan ini bisa menjadi katalis positif bagi pasar modal domestik. Namun, ia juga mengingatkan investor untuk berhati-hati dan mencermati emiten yang memiliki kemitraan dengan pasar China, mengingat berbagai faktor risiko yang bisa mempengaruhi kinerja mereka.

    “Investor bisa mencermati emiten yang bermitra dagang ke China seperti emiten basis ekspor komoditas coals (batu bara),” katanya.

    Hanya Sementara

    Senior Investment Information PT Mirae Asset Sekuritas, Nafan Aji Gusta, mengatakan pemangkasan suku bunga pinjaman China dilakukan tak lain sebagai langkah stimulus yang diberikan PBOC. Di sisi lain, PBOC juga berupaya mengembalikan gairah likuiditas di bidang kredit.

    “Langkah stimulus yang diberikan oleh Bank Sentral Tiongkok untuk menggairahkan likuiditas di bidang kredit, juga mendorong pertumbuhan kredit karena sebenarnya Tiongkok juga menghadapi kendala dalam hal perlambatan pertumbuhan kredit,” kata Nafan saat dihubungi KabarBursa.com, Jumat, 25 Oktober 2024.

    Nafan menyebut perlambatan ekonomi China juga terlihat dari sektor properti yang mengalami perlambatan. Ia pun menilai kebijakan stimulus yang diberikan pemerintah China tidak bersifat berkelanjutan. Kebijakan ini hanya sebatas untuk mewujudkan recovery perekonomian domestiknya sebagaimana yang diramal International Monetary Fund (IMF).

    “Kalau hemat saya, ini bersifat sementara dan cenderung menarik arus keluar dana (outflow) dari negara-negara emerging markets (pasar negara berkembang) ke pasar Tiongkok. Sekali lagi, ini hanya sementara,” ujarnya.

    Ia menambahkan, investor asing biasanya lebih memilih pasar dengan perekonomian stabil, seperti Indonesia. IMF dalam laporan Policy Pivot, Rising Threats memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5,1 persen pada 2025, yang dianggap sebagai sinyal positif bagi investor.

    Di sisi lain, Nafan menyarankan para investor menanti katalis positif bukan hanya dari kinerja laporan keuangan kuartal III emiten, melainkan juga data ekonomi domestik yang hasilnya sesuai atau bahkan di atas ekspektasi. “Itu akan bagus untuk mengarahkan pasar modal kita. Itu juga bisa menantikan terkait bagaimana pergerakannya tukar rupiah mulai mengalami penguatan. Jadi biasanya kalau rupiah menguat ada tanda-tanda terjadi inflow karena pasar obligasi kita juga menguatkan,” katanya.

    Upaya Dorong Ekonomi

    Pemerintah Tiongkok mengumumkan pemangkasan signifikan pada suku bunga acuan sebagai upaya untuk mendorong pemulihan ekonomi dan mencapai target pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) sekitar 5 persen hingga akhir tahun.

    Bank Sentral Tiongkok atau PBoC mengumumkan pada Senin, 21 Oktober 2024, bahwa suku bunga pinjaman utama atau loan prime rate (LPR) satu tahun akan dipangkas menjadi 3,1 persen dari 3,35 persen. Ini adalah penurunan terbesar yang pernah tercatat. Sementara itu, LPR lima tahun dipangkas menjadi 3,6 persen dari 3,85 persen. Sejak 2019, suku bunga ini menjadi acuan utama untuk pinjaman konsumen, bisnis, dan hipotek.

    Pemangkasan yang sudah diprediksi banyak pihak ini menunjukkan meningkatnya urgensi pemerintah untuk memulihkan kepercayaan pada perekonomian yang tengah tertekan oleh perlambatan sektor properti, deflasi, dan lemahnya permintaan konsumen. “Langkah ini mengonfirmasi pandangan kami bahwa PBoC akan lebih tegas dalam memangkas suku bunga,” kata Kepala Strategi Makro Tiongkok di Standard Chartered, Becky Liu, dilansir dari Financial Times, Jumat, 25 Oktober 2024.

    September lalu, pemerintah China mengumumkan paket kebijakan penurunan suku bunga hipotek dan dukungan bagi pasar saham. Kebijakan ini dimaskudkan sebagai bagian dari upaya mencapai target pertumbuhan PDB sekitar 5 persen pada 2024. Paket ini menjadi intervensi paling agresif sejak pandemi.

    Para ekonom mendesak pemerintah China meningkatkan stimulus, salah satunya melalui dukungan fiskal dan bantuan lebih lanjut bagi rumah tangga. Data terbaru menunjukkan ekonomi Tiongkok hanya tumbuh 4,6 persen pada kuartal ketiga. Pengamat Ekonomi dari Capital Economics, Zichun Huang, mengatakan lesunya ekonomi negeri Tirai Bambu ini membutuhkan respons fiskal yang lebih besar guna memulihkan pertumbuhan ekonomi secara signifikan.

    Pemangkasan suku bunga pada Senin pekan ini berada di batas atas dari perkiraan yang disampaikan oleh Gubernur PBoC, Pan Gongsheng, pekan lalu. Ia mengisyaratkan akan ada pelonggaran lebih lanjut sebelum akhir tahun. Pada September 2024, PBoC juga menurunkan suku bunga repo tujuh hari, serta memangkas rasio cadangan wajib sebesar 50 basis poin. Ini menjadikan rata-rata rasio di seluruh bank di Tiongkok sebesar 6,6 persen.(*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    KabarBursa.com

    Redaksi