KABARBURSA.COM - Jelang Pemilihan Presiden Amerika Serikat (Pilpres AS), Selasa, 5 November 2024, pasar menanti kebijakan moneter yang dikeluarkan oleh berbagai bank sentral.
Dengan stabilnya mata uang Pound Inggris setelah aksi jual obligasi minggu lalu pasca pengumuman Anggaran Musim Gugur (Autumn Budget) oleh Menteri Keuangan Inggris, perhatian kini beralih ke pemilihan presiden AS serta keputusan kebijakan moneter dari beberapa bank sentral utama. Peristiwa-peristiwa ini akan sangat mempengaruhi pasar, termasuk pasar mata uang (FX), obligasi, dan saham di seluruh dunia.
Acara terbesar yang akan berlangsung minggu ini adalah pemilihan Presiden AS yang dijadwalkan berlangsung pada Selasa, 5 November 2024. Meskipun pemungutan suara berlangsung pada hari Selasa, hasil finalnya mungkin baru akan diketahui pada hari Rabu atau bahkan lebih lambat, tergantung pada penghitungan suara di negara-negara bagian kunci.
Jajak pendapat saat ini menunjukkan keunggulan tipis dari Presiden Trump, namun hasil sebenarnya sangat sulit diprediksi karena banyak faktor yang dapat mempengaruhi keputusan pemilih dalam hitungan hari atau jam terakhir.
Pasar FX akan sangat sensitif terhadap hasil pemilu ini. Umumnya, investor memperkirakan bahwa kemenangan Trump akan berdampak positif terhadap nilai Dolar AS, karena kebijakan ekonomi yang pro-bisnis dan pro-perdagangan bebas.
Di sisi lain, jika Kamala Harris berhasil memenangkan pemilu, investor memproyeksikan bahwa Dolar AS bisa tertekan, terutama karena agenda progresif yang diusung oleh kandidat dari Partai Demokrat ini, yang dapat menciptakan ketidakpastian kebijakan ekonomi dan fiskal.
Namun, tidak semua pasar mata uang akan terpengaruh secara merata. Mata uang seperti AUD (Dolar Australia), NZD (Dolar Selandia Baru), dan MXN (Peso Meksiko) diperkirakan akan menunjukkan pergerakan besar berdasarkan hasil pemilu, karena ketiga negara tersebut memiliki hubungan perdagangan yang erat dengan Amerika Serikat.
Sebaliknya, GBP (Pound Inggris) dan EUR (Euro) diperkirakan akan tetap relatif stabil karena faktor-faktor regional lainnya yang berperan lebih dominan dalam pergerakan mata uang tersebut.
Keputusan The Fed Dijadwalkan 6 November
Keputusan kebijakan suku bunga dari Federal Reserve (The Fed) AS yang dijadwalkan pada hari Rabu, 6 November 2024, juga menjadi sorotan penting minggu ini.
Data Nonfarm Payrolls (NFP) yang dirilis pekan lalu menunjukkan bahwa pasar tenaga kerja AS mulai mengalami pelambatan. Meskipun angka tersebut sebagian besar dipengaruhi oleh badai dan pemogokan besar di industri, ini tetap menandakan perlambatan aktivitas ekonomi secara keseluruhan.
The Fed kemungkinan besar akan menurunkan suku bunga sebesar 25 basis poin pada November, dengan potensi penurunan lainnya pada Desember. Ini dilakukan untuk merespons kondisi ekonomi yang melambat dan menjaga momentum pemulihan ekonomi.
Namun, penurunan suku bunga yang lebih agresif, misalnya 50 basis poin, bisa mengejutkan pasar dan menambah volatilitas lebih lanjut. Para investor akan mencermati keputusan ini dan pengumuman kebijakan lanjutan dari The Fed, terutama dalam konteks siapa yang akan menjadi presiden AS, karena pemilihan presiden dapat mempengaruhi arah kebijakan moneter jangka panjang.
BOE Mengantisipasi Penurunan Suku Bunga
Selain The Fed, perhatian juga tertuju pada Bank of England (BoE) yang akan mengumumkan keputusan suku bunga pada hari Kamis, 7 November 2024.
Setelah pernyataan Gubernur Andrew Bailey yang memberikan sinyal bahwa MPC (Komite Kebijakan Moneter) kini memiliki ruang lebih untuk melakukan penurunan suku bunga, pasar memperkirakan pemotongan sebesar 25 basis poin akan dilakukan pada pertemuan November.
Rencana Anggaran Musim Gugur yang baru saja diumumkan oleh pemerintah Inggris akan menjadi faktor penting yang dipertimbangkan oleh BoE. Mereka harus menyeimbangkan antara kebijakan fiskal pemerintah yang agresif dengan kebijakan moneter yang tidak mengganggu stabilitas pasar obligasi, terutama terkait hasil (yield) Gilt.
Selain itu, ada ekspektasi bahwa BoE dapat kembali memotong suku bunga pada Desember jika situasi ekonomi memburuk lebih lanjut.
Lalu, apa yang bisa diharapkan?
Dengan serangkaian peristiwa besar yang terjadi minggu ini, para pelaku pasar harus bersiap untuk menghadapi volatilitas tinggi, terutama di pasar mata uang dan saham.
Pasar FX akan bereaksi cepat terhadap setiap berita baru terkait hasil pemilu AS, dengan Dolar AS berada di pusat perhatian. Mata uang komoditas seperti AUD, NZD, dan MXN kemungkinan akan menunjukkan pergerakan yang lebih besar dibandingkan GBP dan EUR, yang lebih dipengaruhi oleh dinamika lokal dan regional.
Pasar obligasi juga akan mencermati keputusan kebijakan dari The Fed dan BoE. Pemotongan suku bunga yang diantisipasi dari kedua bank sentral dapat memberikan dukungan jangka pendek bagi pasar obligasi, tetapi ketidakpastian yang berkepanjangan terkait arah kebijakan fiskal dan moneter di AS dan Inggris dapat memicu pergerakan yield yang lebih tidak terduga.
Secara keseluruhan, volatilitas yang tinggi di pasar keuangan minggu ini merupakan refleksi dari ketidakpastian yang terkait dengan pemilihan presiden AS dan keputusan bank sentral utama.
Para investor perlu bersikap waspada dan fleksibel dalam merespons pergerakan pasar yang cepat dan dinamis, dengan tetap memperhatikan data ekonomi serta perkembangan politik yang bisa saja mempengaruhi kebijakan global ke depan.
Pemilihan presiden AS dan keputusan suku bunga dari Federal Reserve serta Bank of England menjadi faktor kunci yang akan membentuk arah pasar minggu ini.
Dengan ketidakpastian yang tinggi terkait hasil pemilu dan kebijakan moneter, para pelaku pasar harus bersiap menghadapi pergerakan harga yang cepat dan tidak terduga.
Pasar FX, obligasi, dan saham global akan terpengaruh secara signifikan, sehingga strategi yang cermat dan waspada sangat dibutuhkan dalam mengelola risiko investasi.(*)