Logo
>

Menanti Kelanjutan Pemotongan Suku Bunga Fed, Apa yang Terjadi Selanjutnya?

Ditulis oleh Yunila Wati
Menanti Kelanjutan Pemotongan Suku Bunga Fed, Apa yang Terjadi Selanjutnya?

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Pada tanggal 7 November mendatang, pasar hampir sepenuhnya memperkirakan bahwa Federal Open Market Committee (FOMC) akan memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin (bps), menurunkan kisaran target suku bunga dana Federal (fed funds rate) menjadi 4,50 persen-4,75 persen.

    Dengan probabilitas pasar mencapai 92 persen untuk pergerakan ini, perhatian tertuju pada apa yang akan dilakukan oleh bank sentral Amerika Serikat ini. Setelah pemotongan pertama sebesar 50 bps yang mengejutkan pada pertengahan September, banyak yang bertanya-tanya: apakah tren pelonggaran ini akan terus berlanjut?

    Mengutip Economic BMO, Minggu, 3 November 2024, pemotongan suku bunga 50 bps pada bulan September menandai awal dari apa yang disebut oleh Ketua Fed, Jerome Powell sebagai "recalibration" atau kalibrasi ulang kebijakan moneter. Langkah ini mengingatkan kita pada masa-masa krisis besar sebelumnya seperti Krisis Keuangan Global 2007 dan kejatuhan sektor teknologi pada 2001, di mana Fed juga memulai kampanye pelonggaran dengan pemotongan besar.

    Namun, kali ini Powell menekankan bahwa langkah tersebut lebih bersifat "penyesuaian" untuk menangani risiko-risiko ekonomi yang meningkat secara tak terduga, bukan sebagai respons terhadap krisis besar seperti sebelumnya.

    FOMC, yang pada pertemuan Juli lalu tidak membuat perubahan kebijakan, mulai khawatir setelah data pasar tenaga kerja bulan Juli menunjukkan tanda-tanda melemah dengan kenaikan tingkat pengangguran hingga 4,3 persen. Kekhawatiran ini akhirnya memicu keputusan untuk memotong suku bunga sebesar 50 bps pada pertemuan September.

    Dalam beberapa bulan terakhir, data ekonomi lebih bervariasi. Tingkat pengangguran kembali turun menjadi 4,1 persen pada September dan Oktober, mendekati proyeksi jangka panjang Fed. Namun, pertumbuhan lapangan kerja yang lemah di bulan Oktober, yang hanya menambahkan 12 ribu pekerjaan, menimbulkan kekhawatiran baru.

    Meski demikian, data ini diperkirakan akan diabaikan oleh Fed, mengingat faktor-faktor sementara seperti cuaca dan gangguan tenaga kerja.

    Di sisi lain, PDB riil pada kuartal ketiga tercatat tumbuh pada tingkat tahunan sebesar 2,8 persen, melampaui potensi pertumbuhan yang diantisipasi oleh Fed. Ini seolah menunjukkan bahwa ekonomi AS masih berjalan cukup kuat, meskipun inflasi inti dan "super core" terus bertahan pada level yang tinggi pada bulan September, dengan masing-masing naik sebesar 0,3 persen.

    Data inflasi ini membuat jalan menuju stabilitas harga semakin sulit, meskipun Powell telah mengingatkan bahwa mencapai target inflasi 2 persen akan menjadi "perjalanan yang bergelombang".

    Satu hal yang semakin jelas dalam kebijakan moneter Fed adalah meningkatnya sensitivitas mereka terhadap risiko pelemahan pasar tenaga kerja yang tidak perlu. Sejak Agustus 2020, setelah Fed mengubah kerangka kerjanya untuk lebih memperhatikan ketenagakerjaan maksimal, mereka tidak lagi mengejar pelemahan lebih lanjut dalam pasar tenaga kerja untuk menekan inflasi.

    Dengan pemotongan suku bunga 50 bps pada bulan September, Powell dan FOMC secara jelas menyatakan bahwa mereka ingin menghindari memburuknya kondisi pasar tenaga kerja secara berlebihan.

    Setelah kenaikan tajam dalam tingkat pengangguran di bulan Juli, pemotongan besar tersebut dianggap sebagai langkah preventif untuk mencegah pelemahan lebih lanjut. Meskipun data pekerjaan Agustus menunjukkan perbaikan, ini tidak cukup untuk menenangkan kekhawatiran Fed, yang akhirnya memutuskan untuk melanjutkan pelonggaran.

    Apa yang Bisa Diharapkan?

    Menghadapi pertemuan November ini, pasar tampaknya yakin akan ada penurunan suku bunga lagi, kali ini sebesar 25 bps. Meskipun data ekonomi sejak pertemuan September beragam, tidak ada sinyal yang cukup kuat untuk menghentikan Fed dari melanjutkan kampanye pemotongannya.

    Inflasi masih menjadi tantangan, tetapi Fed tampaknya bersedia menoleransi "bump" atau guncangan kecil di sepanjang jalan, dengan fokus utama tetap menjaga pasar tenaga kerja stabil.

    Keputusan pada 7 November juga akan menjadi kesempatan bagi Ketua Powell untuk berbicara kepada media dan menjelaskan kebijakan moneter Fed ke depan. Dengan pemilu AS yang semakin dekat, perhatian mungkin akan beralih pada bagaimana kebijakan ini berinteraksi dengan kondisi politik.

    Namun, seperti biasa, Powell kemungkinan besar akan berusaha menghindari pembicaraan mengenai politik dan fokus pada pesan kebijakan moneter.

    Dengan prospek ekonomi yang masih kuat dan risiko inflasi yang masih ada, Fed tampaknya berada di persimpangan jalan. Pemotongan suku bunga berturut-turut ini mengisyaratkan kehati-hatian mereka dalam menghadapi risiko pelemahan pasar tenaga kerja yang berlebihan, tetapi pada saat yang sama, Fed harus tetap waspada terhadap inflasi yang dapat menghambat pemulihan ekonomi yang stabil.

    Pertemuan November ini kemungkinan besar akan memberikan sinyal lebih lanjut tentang bagaimana mereka menyeimbangkan kedua kepentingan ini ke depannya.(*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Yunila Wati

    Telah berkarier sebagai jurnalis sejak 2002 dan telah aktif menulis tentang politik, olahraga, hiburan, serta makro ekonomi. Berkarier lebih dari satu dekade di dunia jurnalistik dengan beragam media, mulai dari media umum hingga media yang mengkhususkan pada sektor perempuan, keluarga dan anak.

    Saat ini, sudah lebih dari 1000 naskah ditulis mengenai saham, emiten, dan ekonomi makro lainnya.

    Tercatat pula sebagai Wartawan Utama sejak 2022, melalui Uji Kompetensi Wartawan yang diinisiasi oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), dengan nomor 914-PWI/WU/DP/XII/2022/08/06/79