Logo
>

Mendag Respons soal Ekspor RI Turun pada Juni 2024

Ditulis oleh Hutama Prayoga
Mendag Respons soal Ekspor RI Turun pada Juni 2024

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan angkat bicara setelah ekspor Indonesia mengalami penurunan month to month (MoM) pada Juni 2024.

    Seperti diketahui, ekspor Indonesia tercatat sebesar USD20,84 miliar pada Juni 2024. Nilai ini turun 6,65 persen dibanding bulan sebelumnya, tetapi tetap mengalami peningkatkan sebesar 1,17 persen dibanding Juni tahun sebelumnya (YoY).

    Zulkifli mengatakan penurunan ekspor pada Juni 2024 ini dipicu oleh tren ekspor ke beberapa negara mitra dagang utama Indonesia.

    "Pada Januari 2023--Juni 2024, tren ekspor ke Tiongkok turun 0,71 persen per bulan, Jepang turun 0,92 persen, Malaysia turun 0,95 persen, Thailand turun 0,47 persen, dan Singapura turun 1,89 persen," kata Zulkifli dalam keterangannya di Jakarta, Rabu 17 Juli 2024.

    Selain itu, pelemahan ekspor pada Juni 2024 juga dipicu oleh pelemahan ekspor nonmigas sebesar 6,20 persen dan migas sebesar 13,24 persen dibandingkan Mei 2024 (MoM).

    Zulkifli menjelaskan, pelemahan kinerja ekspor terjadi pada seluruh sektor. Pertambangan menjadi sektor yang mengalami kontraksi terdalam sebesar 25,09 persen, diikuti pertanian sebesar 1,49 persen, dan industri pengolahan sebesar 1,44 persen (MoM).

    “Penurunan harga komoditas global, terutama komoditas ekspor utama Indonesia, mempengaruhi dinamika ekspor Juni 2024. Dibanding bulan sebelumnya (MoM), harga komoditas batu bara turun 4,87 persen; nikel 10,67 persen, tembaga 4,84 persen, serta emas 1,05 persen," jelasnya.

    Namun di tengah penurunan tersebut, ekspor beberapa produk nonmigas Indonesia justru mengalami kenaikan dibanding bulan sebelumnya (MoM).

    Beberapa produk tersebut di antaranya lemak dan minyak hewan/nabati (HS 15) yang naik signifikan sebesar 68,06 persen, barang dari besi dan baja (HS 73) 46,33 persen, timah dan barang daripadanya (HS 80) 38,82 persen, pulp dari kayu (HS 47) 22,70 persen, serta pakaian dan aksesorinya (rajutan) (HS 61) 7,67 persen.

    Zulkifli mengungkapkan, Tiongkok, AS, dan India masih menjadi pasar utama ekspor nonmigas Indonesia pada Juni 2024 dengan total mencapai USD 8,46 miliar. Ketiga negara ini memiliki kontribusi sebesar 43,14 persen terhadap total ekspor nonmigas nasional.

    Adapun pada semester I 2024, total ekspor Indonesia mencapai USD125,09 miliar, turun 2,77 persen dibanding periode yang sama tahun lalu (YoY). Penurunan ini disebabkan pelemahan ekspor nonmigas sebesar 3 persen dan penguatan ekspor migas sebesar 0,77 persen.

    Di sisi lain, neraca perdagangan Indonesia pada Juni 2024 kembali mencatatkan surplus sebesar USD 2,39 miliar. Surplus ini terdiri atas surplus nonmigas sebesar USD 4,43 miliar dan defisit migas sebesar USD 2,04 miliar. Surplus ini melanjutkan tren surplus secara beruntun selama 50 bulan berturut-turut sejak Mei 2020.

    Secara kumulatif pada semester I (Januari--Juni) 2024, neraca perdagangan Indonesia mencatatkan surplus sebesar USD 15,45 miliar.

    Surplus ini lebih rendah dari surplus periode yang sama tahun sebelumnya dengan nilai USD19,92 miliar. Surplus semester I 2024 terdiri dari surplus nonmigas sebesar USD25,55 miliar dan defisit migas sebesar USD 10,11 miliar.

    Zulkifli menyampaikan, selama Juni 2024 negara-negara mitra dagang utama seperti India, Amerika Serikat (AS), dan Filipina masih menyumbang surplus perdagangan terbesar dengan total mencapai USD 3,16 miliar.

    Sementara penyumbang defisit perdagangan terdalam adalah Singapura, Tiongkok, dan Australia dengan total defisit sebesar USD2,27 miliar.

    Neraca Perdagangan Indonesia

    Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan bahwa neraca perdagangan Indonesia pada Juni 2024 mengalami surplus sebesar USD2,39 miliar. Angka ini menunjukkan penurunan dibandingkan bulan sebelumnya yang mencapai USD2,94 miliar dan dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar USD3,44 miliar.

    Meskipun mengalami penurunan, perlu dicatat bahwa Indonesia telah mencatat surplus neraca perdagangan selama 50 bulan berturut-turut sejak Mei 2020. Hal ini merupakan pencapaian yang positif dan menunjukkan kinerja perdagangan luar negeri yang stabil.

    Surplus neraca perdagangan pada Juni 2024 ini ditopang oleh surplus di sektor non-migas yang mencapai USD6,47 miliar. Namun, surplus ini tereduksi oleh defisit di sektor migas sebesar USD2,04 miliar.

    “Komoditas utama penyumbang surplus non-migas adalah bahan bakar mineral, lemak dan minyak hewan/nabati, besi dan baja, serta beberapa komoditas lainnya,” jelas Plt. Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti dalam konferensi pers hari Senin, 15 Juli 2024.

    Penurunan surplus neraca perdagangan pada Juni 2024 ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor, seperti penurunan harga komoditas ekspor dan peningkatan impor barang konsumsi. Namun, secara keseluruhan, kinerja neraca perdagangan Indonesia masih tergolong positif dan menunjukkan daya tahan ekonomi di tengah kondisi global yang tidak pasti.

    Neraca perdagangan Indonesia pada Juni 2024 masih surplus karena nilai ekspor yang lebih tinggi dibandingkan dengan nilai impor.

    Nilai ekspor Indonesia tercatat sebesar USD20,84 miliar, atau turun 6,65 persen secara bulanan. Sedangkan nilai impor Indonesia tercatat sebesar USD18,45 miliar, atau turun 4,89 persen bila dibandingkan dengan bulan sebelumnya.

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Hutama Prayoga

    Hutama Prayoga telah meniti karier di dunia jurnalistik sejak 2019. Pada 2024, pria yang akrab disapa Yoga ini mulai fokus di desk ekonomi dan kini bertanggung jawab dalam peliputan berita seputar pasar modal.

    Sebagai jurnalis, Yoga berkomitmen untuk menyajikan berita akurat, berimbang, dan berbasis data yang dihimpun dengan cermat. Prinsip jurnalistik yang dipegang memastikan bahwa setiap informasi yang disajikan tidak hanya faktual tetapi juga relevan bagi pembaca.