KABARBURSA.COM - Pemerintah tengah mempersiapkan peresmian Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara atau BP Danantara, sebuah lembaga yang akan menaungi beberapa perusahaan Badan Usaha Milik Negara atau BUMN terkemuka. Danantara diproyeksikan menjadi pengelola tujuh BUMN besar, yaitu PT Pertamina, PT PLN, PT Bank Rakyat Indonesia (BBRI), PT Bank Negara Indonesia (BBNI), PT Bank Mandiri (BMRI), PT Telkom Indonesia, dan MIND ID.
Seperti halnya Temasek di Singapura, kehadiran Danantara diyakini membawa angin segar bagi emiten-emiten besar perbankan BUMN di Bursa Efek Indonesia (BEI). Bahkan, dampak positifnya terhadap sektor perbankan BUMN diperkirakan akan berkelanjutan.
Senior Investment Information PT Mirae Asset Sekuritas, Nafan Aji Gusta Utama, mengatakan pembentukan BP Danantara bertujuan memperkuat nilai aset perusahaan-perusahaan tersebut. Dengan total asset under management (AUM) yang diperkirakan mencapai Rp9.049 triliun, Danantara akan menjadi instrumen strategis dalam meningkatkan daya saing dan nilai tambah perusahaan-perusahaan BUMN.
“Danantara memang ditujukan untuk memperkuat, selain daripada memperkuat nilai aset-aset perusahaan BUMN yang tergabung dalam Danantara karena memang jumlahnya bisa sangat besar,” kata Nafan kepada KabarBursa.com, 28 November 2024.
Nafan yakin Danantara akan menjelma menjadi superholding BUMN dengan tata kelola yang terukur dan implementasi good corporate governance (GCG) yang lebih efektif. Danantara juga berpotensi besar mendorong aliran modal asing masuk ke Indonesia.
Kementerian Investasi/BKPM melaporkan realisasi investasi selama periode Januari hingga September 2024 mencapai Rp1.261,43 triliun. Dari total tersebut, Penanaman Modal Asing atau PMA menyumbang Rp654,40 triliun, naik 16,95 persen secara tahunan dengan kontribusi sebesar 51,88 persen terhadap total investasi.
[caption id="attachment_102814" align="alignnone" width="700"] Realisasi investasi asing dan dalam negeri. Sumber: Kementerian Investasi/BKPM.[/caption]
Nafan meyakini dengan adanya Danantara, PMA akan makin terkerek. Langkah ini, menurutnya, merupakan salah satu strategi pemerintah untuk menciptakan mesin pertumbuhan ekonomi baru. "Karena untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi Indonesia di atas lima persen memang perlu effort,” katanya.
Kehadiran Danantara juga diyakini akan menjadi sentimen positif yang besar ketika berhasil diimplementasikan. Jika waktunya tiba, Nafan hakulyakin emiten perbankan pelat merah akan mengalami peningkatan likuiditas secara berkelanjutan, begitu juga emiten BUMN lainnya. “Bukan hanya sentimen yang jangka pendek saja, tapi secara kontinu," katanya.
Meski optimistis, Nafan juga mengingatkan adanya risiko dalam pengelolaan BUMN di bawah Danantara. Untuk memitigasi risiko yang mungkin ditanggung oleh para investor, ia menilai pentingnya memperkuat transparansi dan akuntabilitas dari masing-masing emiten yang tergabung. Langkah ini sekaligus menjadi bentuk implementasi good corporate governance yang baik sehingga dapat meningkatkan kepercayaan para investor, terutama dari kalangan global.
Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia, Miftahul Khaer, mengatakan Danantara sebagai superholding BUMN akan berdampak signifikan terhadap emiten perbankan pelat merah. "Langkah ini memungkinkan sinergi antar bank BUMN dalam pengembangan ekosistem keuangannya, peningkatan efisiensi, dan perluasan akses ke layanan keuangan, baik di pasar domestik maupun internasional," kata Miftahul kepada KabarBursa.com, Kamis, 28 November 2024.
Jika Danantara dijalankan dengan tepat, Miftahul yakin potensi menjadikannya game changer untuk mendorong pertumbuhan berkelanjutan bagi perbankan BUMN akan tercapai, baik di skala pasar domestik maupun global. Meski begitu, ia mengingatkan pelaku pasar untuk terus mengikuti perkembangan lembaga tersebut, terutama yang berkaitan dengan regulasi.
"Pelaku pasar harus tetap waspada terhadap potensi risiko implementasi dan perubahan regulasi yang mungkin akan sedikit mempengaruhi kinerjanya," katanya.
Peluang Dualisme Danantara vs Kementerian BUMN
Pengamat BUMN Datanesia Institute, Herry Gunawan, mengatakan tantangan penting yang ada di depan Danantara adalah potensi dualisme pengelolaan dengan Kementerian BUMN. Persoalan ini akan menghambat kinerja BUMN.
“Kalau masalah ini tidak diselesaikan segera, maka berpeluang membuat BUMN akan bergerak lambat. Terutama terkait dengan pengelolaan aset maupun investasi,” ungkap Herry kepada KabarBursa.com, Kamis, 28 November 2024.
Salah satu contohnya adalah ketika BUMN di bawah naungan Danantara harus mengambil keputusan strategis yang memerlukan persetujuan pemegang saham. Dalam kondisi ini, proses pengambilan keputusan bisa menjadi panjang, melibatkan persetujuan Dewan Komisaris, restu dari Danantara, hingga keputusan akhir dari Menteri BUMN.
Herry juga menyebut adanya potensi konflik kepentingan dalam pengelolaan Danantara. Untuk mencegah hal ini, ia menyarankan agar kepengurusan Danantara diisi oleh para profesional yang independen dan tidak memiliki keterkaitan langsung dengan kepemilikan perusahaan. Langkah ini dinilai penting untuk menjaga objektivitas dan meningkatkan kepercayaan terhadap lembaga tersebut.
“Hindari pemilik perusahaan menjadi pengurus Danantara, apalagi dia bisa mengambil keputusan strategis seperti investasi. Masih banyak profesional hebat-hebat di Indonesia, baik di swasta maupun BUMN. Kalau dia pemilik perusahaan, kemudian jadi pengurus Danantara, susah mengawasinya,” kata Herry.
Kinerja Fundamental Trio Bank BUMN
BBRI
Berdasarkan laporan keuangan terbaru, PT Bank Rakyat Indonesia (BBRI) mencatat laba bersih sebesar Rp15,4 triliun pada kuartal ketiga 2024. Dengan pencapaian ini, total laba bersih sepanjang Januari hingga September 2024 mencapai Rp45 triliun, sesuai dengan proyeksi dan konsensus pasar. Angka tersebut mencerminkan 74 persen dari target laba tahun penuh 2024.
Dari sisi pendapatan, Pendapatan Bunga Bersih atau Net Interest Income (NII) BRI pada periode sembilan bulan pertama 2024 meningkat 4,5 persen menjadi Rp105 triliun. Pertumbuhan ini didorong oleh strategi BRI yang fokus pada segmen Usaha Kecil dan Menengah (UKM) serta korporasi.
Tren positif juga terlihat pada Margin Bunga Bersih atau Net Interest Margin (NIM). Pada kuartal ketiga 2024, NIM tercatat naik menjadi 7,8 persen atau meningkat 39 basis poin dibanding kuartal sebelumnya. Secara keseluruhan, NIM sepanjang Januari hingga September 2024 berada di angka 7,7 persen, sesuai dengan panduan yang ditetapkan dalam kisaran 7,6 hingga 8 persen untuk tahun 2024.
[caption id="attachment_102838" align="alignnone" width="2390"] Fundamental kinerja BRI sepanjang Januari–September 2024 menunjukkan pertumbuhan positif di berbagai indikator utama, termasuk laba bersih Rp45 triliun, pendapatan bunga bersih Rp105 triliun, dan rasio CASA sebesar 64,17 persen.[/caption]
Di sektor intermediasi, BRI berhasil menyalurkan kredit dan pembiayaan senilai Rp1.353,35 triliun hingga September 2024, naik 8,2 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Adapun rasio Kredit Bermasalah Bruto atau Non-Performing Loan/NPL–gross tercatat sebesar 3,04 persen.
Dari sisi pendanaan, deposito BRI tumbuh 5,6 persen, mencapai Rp1.290 triliun. Pertumbuhan ini terutama didorong oleh peningkatan rekening tabungan yang mendorong rasio Dana Murah atau Current Account Saving Account (CASA) menjadi 64,17 persen pada September 2024.
Kinerja pendanaan yang solid juga mendorong rasio Loan to Deposit Ratio (LDR) bank naik menjadi 89,2 persen pada akhir kuartal ketiga, meningkat 142 basis poin dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
BMRI
Bank Mandiri (BMRI) mencatatkan kinerja positif sepanjang sembilan bulan pertama tahun 2024. Laba bersih yang diraih mencapai Rp42 triliun, tumbuh 7,6 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Meski demikian, capaian ini baru merealisasikan 71 persen dari target tahun penuh 2024, tetapi telah melampaui konsensus pasar sebesar 75 persen dari proyeksi tahunan.
Pendapatan Bunga Bersih atau Net Interest Income (NII) Bank Mandiri tercatat mencapai Rp49,51 triliun hingga September 2024. Di sisi intermediasi, kredit dan pembiayaan yang disalurkan mencapai Rp1.353,35 triliun, tumbuh 20 persen secara tahunan, melampaui target pertumbuhan yang ditetapkan sebesar 16 hingga 18 persen.
Dari sisi pendanaan, total Dana Pihak Ketiga (DPK) Bank Mandiri mengalami pertumbuhan sebesar 14,49 persen secara tahunan, mencapai Rp1.302,80 triliun. Rasio dana murah atau Current Account Saving Account (CASA) tercatat stabil di angka 73,8 persen, meski pertumbuhannya melambat akibat basis yang tinggi pada kuartal sebelumnya.
[caption id="attachment_102863" align="alignnone" width="2389"] Kinerja fundamental Bank Mandiri sepanjang Januari–September 2024 mencatat pertumbuhan solid, dengan laba bersih Rp42 triliun, kredit dan pembiayaan Rp1.590 triliun, dan rasio CASA mencapai 73,8 persen. Meskipun NIM sedikit melemah di angka 5 persen, total DPK meningkat hingga Rp1.302,80 triliun.[/caption]
Margin Bunga Bersih atau Net Interest Margin (NIM) Bank Mandiri tercatat melemah 50 basis poin secara tahunan, menjadi 5 persen hingga akhir September 2024. Pelemahan ini terutama disebabkan oleh kenaikan biaya dana sebesar 40 basis poin. Namun, secara kuartalan, pendapatan Mandiri naik 12 persen pada kuartal III 2024, didukung oleh perbaikan biaya kredit sebesar 20 basis poin secara triwulanan menjadi 0,7 persen.
Rasio Kredit Bermasalah atau Non-Performing Loan (NPL) bruto Bank Mandiri tercatat sebesar 1,13 persen. Hal ini mencerminkan pengelolaan risiko yang baik. Namun, rasio penyaluran kredit terhadap simpanan atau Loan to Deposit Ratio (LDR) mengalami sedikit pengetatan, naik menjadi 92,5 persen pada kuartal III 2024 dibandingkan 90,1 persen pada kuartal sebelumnya.
Kinerja anak perusahaan, seperti BRIS dan Bank Mantap, memberikan kontribusi positif terhadap pencapaian Bank Mandiri. Meski NIM melemah hingga September 2024, terdapat keyakinan baperbaikan dapat terjadi pada kuartal IV 2024, sejalan dengan target NIM tahun ini di kisaran 5 hingga 5,3 persen.
BBNI
Bank Negara Indonesia (BBNI) mencatatkan kinerja positif sepanjang Januari hingga September 2024. Laba bersih mencapai Rp16,3 triliun, tumbuh 4 persen secara tahunan dan sesuai dengan ekspektasi pasar. Capaian ini merepresentasikan 72 hingga 74 persen dari target tahunan 2024. Secara kuartalan, laba bersih naik 5 persen menjadi Rp5,6 triliun pada kuartal III, didukung oleh pendapatan bunga bersih atau Net Interest Income (NII) sebesar Rp29,4 triliun yang tumbuh 7 persen dibandingkan kuartal sebelumnya.
Margin Bunga Bersih atau Net Interest Margin (NIM) BBNI tercatat sebesar 4,2 persen sepanjang Januari–September 2024, dengan peningkatan pada kuartal III menjadi 4,5 persen, naik 30 basis poin dibandingkan kuartal sebelumnya. Kinerja ini didukung oleh peningkatan imbal hasil pinjaman dan biaya dana yang lebih terkendali.
Total kredit dan pembiayaan mencapai Rp735 triliun, tumbuh 9,5 persen secara tahunan. Pertumbuhan ini didorong oleh segmen korporasi dan konsumen, meskipun ada penurunan pada Kredit Usaha Rakyat (KUR) sebesar 22 persen dan kredit segmen menengah turun 5 persen, sejalan dengan strategi bank untuk fokus pada risiko rendah.
[caption id="attachment_102861" align="alignnone" width="2389"] Kinerja fundamental Bank Negara Indonesia (BBNI) sepanjang Januari hingga September 2024, mencakup indikator utama seperti laba bersih Rp16,3 triliun, pendapatan bunga bersih (NII) Rp29,4 triliun, kredit dan pembiayaan Rp735 triliun, dana pihak ketiga (DPK) Rp769,74 triliun, rasio CASA 70,7 persen, LDR 95,28 persen, dan NPL 2 persen.[/caption]
Dana pihak ketiga atau DPK BBNI tumbuh 2,96 persen secara tahunan menjadi Rp769,74 triliun hingga akhir September 2024. Rasio CASA mencapai 70,7 persen yang mencerminkan dominasi dana murah dalam struktur pendanaan. Kemudian Loan to Deposit Ratio (LDR) meningkat menjadi 95,28 persen hingga kuartal III.
Rasio Kredit Bermasalah atau Non-Performing Loan (NPL) BBNI tetap stabil di angka 2 persen hing kuartal III 2024. Hal ini mencerminkan pengelolaan risiko yang baik dengan fokus pada sektor-sektor yang memiliki prospek pertumbuhan, seperti telekomunikasi, pertanian, dan layanan bisnis.(*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.