KABARBURSA.COM - Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa menyuarakan optimisme bahwa suntikan likuiditas Rp200 triliun ke sistem perbankan bakal menjadi instrumen efektif dalam mempercepat laju pertumbuhan ekonomi nasional.
Menurutnya, kebijakan tersebut dirancang untuk menggerakkan dua sisi sekaligus: permintaan dan penawaran. Lebih penting lagi, langkah ini diyakini tidak akan menimbulkan gejolak inflasi dalam jangka pendek.
“Kalau kita lihat dari pengalaman tahun 2021, saat kredit masih lesu, pemerintah menambah likuiditas dan hasilnya penyaluran kredit kembali tumbuh,” ujar Purbaya saat ditemui awak media di Jakarta.
Ia menekankan, injeksi dana ke sistem perbankan akan otomatis memperkuat likuiditas lembaga keuangan. Konsekuensinya, bunga pinjaman menurun. Perubahan itu diyakini mampu menggeser perilaku masyarakat maupun dunia usaha.
Rumah tangga yang sebelumnya memilih menyimpan dana di bank, kata Purbaya, akan terdorong untuk lebih banyak membelanjakan uangnya. Sementara di sisi lain, perusahaan yang sempat ragu untuk berinvestasi, akan lebih berani mengajukan pinjaman seiring turunnya biaya bunga.
“Artinya, demand dan supply tumbuh bersama-sama,” jelasnya.
Purbaya juga menepis kekhawatiran bahwa kebijakan ini akan langsung memicu inflasi. Selama kondisi ekonomi masih lesu, tambahan likuiditas justru akan terserap secara alamiah oleh pasar.
“Ekonomi kita saat ini belum panas. Jadi tambahan dana ini akan diserap sistem. Inflasi baru akan menjadi risiko jika pertumbuhan sudah melampaui 6,5 persen hingga 6,7 persen,” pungkasnya. (*)