KABARBURSA.COM - Menteri Transmigrasi, Muhammad Iftitah Sulaiman Suryanagara, menegaskan pentingnya redefinisi transmigrasi menuju model ekonomi modern dalam era Transmigrasi 4.0 saat membuka Forum Ekonomi Regional Indonesia Timur 2025 pada Jumat, 21 November 2025.
Berlangsung di Unhas Hotel & Convention, forum ini turut dihadiri Rektor Universitas Hasanuddin, Prof. Jamaluddin Jompa, serta Founder & CEO Kabar Grup Indonesia, Upi Asmaradhana. Suasana akademik dan dunia usaha berpadu, menciptakan ruang diskusi yang intens mengenai arah baru transmigrasi nasional.
Ia menegaskan bahwa forum tersebut dirancang sebagai wahana untuk memperluas pemahaman publik mengenai wajah transmigrasi masa kini.
“Transmigrasi sekarang bukan semata perpindahan penduduk. Ini tentang merancang ekosistem ekonomi baru,” tuturnya.
Muhammad Iftitah menambahkan bahwa kementeriannya berkomitmen menindaklanjuti berbagai kerja sama yang terjalin, khususnya dalam mengonsolidasikan kekuatan antara perguruan tinggi dan pelaku usaha guna mempercepat pembangunan kawasan timur Indonesia.
Lebih jauh, ia menjelaskan bahwa Transmigrasi 4.0 membawa paradigma berbeda—program yang menempatkan teknologi, produktivitas ekspor, dan akselerasi investasi sebagai fondasi pertumbuhan ekonomi.
“Transmigrasi 4.0 menuntut adanya edukasi, industrialisasi, hilirisasi, dan digitalisasi. Semua ini merupakan kerangka pengelolaan aset kawasan,” paparnya.
Ia turut menyoroti potensi Indonesia yang sangat besar dari sisi sumber daya manusia.
“Lebih dari 60 persen penduduk Indonesia berada pada usia produktif. Ini adalah bonus demografi, momentum emas yang tak boleh terlewat,” ujarnya.
Pada aspek sumber daya alam, ia menguraikan kekayaan energi terbarukan yang dimiliki Indonesia. Negara ini menyimpan 3.294 gigawatt potensi energi matahari dengan sebaran terbesar di Riau, Kalimantan Barat, dan Nusa Tenggara Timur.
“Termasuk potensi energi angin sebesar 155 gigawatt,” lanjutnya.
Menurutnya, potensi angin terbesar berada di Aceh, Jawa Barat, Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara, dan Papua.
Ia menutup paparannya dengan keyakinan bahwa Kawasan Timur Indonesia memiliki peluang besar untuk menjadi lumbung energi masa depan, pusat pertumbuhan baru yang akan mengubah struktur ekonomi nasional.(*)