Logo
>

Meta Rogoh Rp233 T dan Rekrut CEO Scale demi Ambisi AI Selevel Manusia

Meta menggelontorkan investasi jumbo ke Scale dan menarik CEO-nya ke tim superintelligence demi mengejar dominasi AI selevel manusia.

Ditulis oleh Moh. Alpin Pulungan
Meta Rogoh Rp233 T dan Rekrut CEO Scale demi Ambisi AI Selevel Manusia
Meta investasi Rp233 triliun ke Scale AI dan merekrut CEO-nya untuk tim superintelligence, menegaskan ambisinya menyaingi Google dan OpenAI. Ilustrasi dibuat oleh AI untuk KabarBursa.com.

KABARBURSA.COM – Meta resmi mengumumkan investasi jumbo ke perusahaan AI Scale senilai USD14,3 miliar (setara Rp233,1 triliun dengan kurs Rp16.300). Langkah ini menjadi sinyal kebangkitan ambisi Mark Zuckerberg untuk kembali bersaing di arena AI yang makin panas, terutama menghadapi tekanan dari Google dan OpenAI.

Dilansir dari AP di Jakarta, Sabtu, 14 Juni 2025, pada pengumuman resmi Kamis malam lalu, Meta menyebut investasi ini sebagai bentuk “kemitraan strategis dan investasi” terhadap Scale. Dengan nilai tersebut, valuasi Scale kini tembus lebih dari USD29 miliar (sekitar Rp472,7 triliun).

Meski kini dimodali raksasa seperti Meta, Scale akan tetap beroperasi sebagai perusahaan independen. Namun kerja sama komersial antara keduanya disebut akan meluas secara signifikan. Meta sendiri bakal memegang 49 persen saham di perusahaan rintisan tersebut.

Yang mengejutkan, CEO Scale Alexandr Wang ikut hijrah ke Meta bersama sebagian kecil timnya. Ia akan bergabung dengan tim superintelligence milik Meta. Meski begitu, Wang masih tetap duduk di dewan direksi Scale. Posisinya sebagai CEO digantikan Jason Droege—mantan Chief Strategy Officer Scale yang sebelumnya menjabat eksekutif di Uber Eats dan Axon.

Zuckerberg tampaknya serius mengejar mimpi superintelligence—istilah yang kini banyak dipakai untuk merujuk pada Artificial General Intelligence (AGI), kecerdasan buatan yang mampu menandingi (atau melebihi) manusia. Ini menjadi babak baru dari pria yang pada 2021 bertaruh besar di metaverse hingga mengubah nama perusahaannya.

Langkah Meta mengikuti jejak para raksasa teknologi lain yang juga memburu talenta dan sistem AI startup tanpa harus mengakuisisi secara penuh. Microsoft, misalnya, merekrut langsung staf kunci dari Inflection AI—termasuk sang co-founder Mustafa Suleyman yang kini memimpin divisi AI Microsoft.

Google mendatangkan pemimpin Character.AI, sementara Amazon menggandeng Adept, startup asal San Francisco, sekaligus mendapatkan lisensi atas sistem AI dan dataset milik mereka.

Alexandr Wang mendirikan Scale pada 2016 saat masih berusia 19 tahun dan berstatus mahasiswa MIT. Ia mendirikan perusahaan bersama Lucy Guo dan mendapatkan dukungan dari inkubator startup Y Combinator. Saat itu, Y Combinator dipimpin oleh Sam Altman, yang kini menjabat CEO OpenAI.

Wang kemudian memilih keluar dari MIT, mengikuti pola serupa dengan Zuckerberg yang meninggalkan Harvard demi membangun Facebook lebih dari satu dekade silam.

Meta Incar Jalur Pintas ke AI Supermanusia

Sebelum namanya melambung sebagai mitra raksasa teknologi, Scale dikenal sebagai pemasok “tenaga manusia” bagi industri kecerdasan buatan. Model bisnisnya sederhana: merekrut pekerja untuk memberi anotasi pada data visual—seperti menggambar kotak di sekeliling pejalan kaki atau anjing dalam foto jalanan. Anotasi itu penting agar mobil tanpa sopir bisa lebih akurat mengenali objek di depannya.

Model ini mengingatkan pada Mechanical Turk milik Amazon, platform lama yang menghubungkan tenaga kerja lepas dengan pekerjaan mikro secara daring. Bedanya, Scale menyajikan layanan yang lebih spesifik dan presisi tinggi untuk para pengembang AI.

Dalam beberapa tahun terakhir, bisnis Scale makin melesat seiring komersialisasi model bahasa besar (LLM) seperti ChatGPT milik OpenAI, Gemini dari Google, dan Llama dari Meta. Perusahaan ini mengklaim telah menangani “setiap LLM utama,” termasuk dari Anthropic, OpenAI, Microsoft, dan Meta sendiri. Tim anotasinya berperan dalam menyempurnakan data pelatihan dan menguji performa model-model AI tersebut.

Namun belum jelas bagaimana investasi Meta akan memengaruhi hubungan bisnis Scale dengan klien lainnya.

Alexandr Wang juga dikenal piawai membangun jejaring dengan pemerintah AS. Ia pernah hadir dalam pelantikan Presiden Donald Trump dan memenangkan kontrak militer untuk memasok teknologi AI ke Pentagon.

Kepala Kantor Sains dan Teknologi Trump, Michael Kratsios, bahkan menjabat sebagai eksekutif di Scale selama empat tahun antara dua periode pemerintahan Trump. Meta sendiri kini mulai menyediakan layanan AI untuk sejumlah lembaga federal AS.

Berbeda dengan pendekatan kompetitornya, Meta memilih jalur open-source untuk sistem AI unggulannya: Llama. Produk ini tersedia bebas dan dapat dimodifikasi oleh pengembang. Meta mengklaim lebih dari satu miliar pengguna mengakses produk AI mereka tiap bulan. Namun dalam hal pemanfaatan LLM oleh konsumen, Meta dianggap tertinggal dibanding OpenAI dan Google.

Sampai saat ini, Meta belum juga merilis Llama 4 Behemoth—model AI yang digadang-gadang sebagai “LLM terpintar dan terkuat” buatan mereka, meski sudah dipamerkan pada April lalu.

Yann LeCun, Chief AI Scientist Meta yang juga peraih penghargaan tertinggi ilmu komputer pada 2019, tak pernah sepenuhnya sepakat dengan tren industri yang menggandrungi LLM. “Bagaimana kita membangun sistem AI yang bisa memahami dunia fisik, punya memori jangka panjang, bisa bernalar, dan bisa merencanakan?” ucap LeCun dalam konferensi teknologi di Prancis tahun lalu.

Menurutnya, semua ciri tersebut “nyaris tak dimiliki oleh LLM, atau kalau pun bisa, hanya secara dangkal dan tidak stabil.”

Meta, kata dia, lebih tertarik melacak jalur menuju AI setara manusia—atau bahkan melampaui. Saat kembali ke konferensi VivaTech tahun ini, LeCun menghindari menjawab soal akuisisi Scale, namun menegaskan bahwa tim risetnya memang sejak awal berniat menciptakan kecerdasan buatan level manusia.

“Sekarang kami punya pandangan yang lebih jelas tentang bagaimana mencapainya,” kata LeCun.

LeCun mendirikan divisi riset AI Meta lebih dari satu dekade lalu bersama Rob Fergus, rekan seprofesor dari New York University. Fergus sempat hengkang ke Google, namun kembali ke Meta bulan lalu setelah lima tahun absen. Ia kini menggantikan Joelle Pineau sebagai kepala laboratorium riset AI Meta

Dalam unggahan di LinkedIn, Fergus menulis bahwa komitmen Meta terhadap riset jangka panjang di bidang AI “tetap tak tergoyahkan”. Visi utamanya adalah “membangun pengalaman selevel manusia yang mengubah cara kita berinteraksi dengan teknologi.”(*)

Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

Gabung Sekarang

Jurnalis

Moh. Alpin Pulungan

Asisten Redaktur KabarBursa.com. Jurnalis yang telah berkecimpung di dunia media sejak 2020. Pengalamannya mencakup peliputan isu-isu politik di DPR RI, dinamika hukum dan kriminal di Polda Metro Jaya, hingga kebijakan ekonomi di berbagai instansi pemerintah. Pernah bekerja di sejumlah media nasional dan turut terlibat dalam liputan khusus Ada TNI di Program Makan Bergizi Gratis Prabowo Subianto di Desk Ekonomi Majalah Tempo.

Lulusan Sarjana Hukum Universitas Pamulang. Memiliki minat mendalam pada isu Energi Baru Terbarukan dan aktif dalam diskusi komunitas saham Mikirduit. Selain itu, ia juga merupakan alumni Jurnalisme Sastrawi Yayasan Pantau (2022).