Logo
>

Mitigasi Konflik Israel-Iran, Pertamina Ubah Jalur Kapal

Pertamina mitigasi konflik Israel-Iran dengan reroute pelayaran minyak dan kemungkinan impor dari Afrika, sambil umumkan laba Rp54,6 triliun.

Ditulis oleh Dian Finka
Mitigasi Konflik Israel-Iran, Pertamina Ubah Jalur Kapal
Konferensi Pers Capaian Kinerja Pertamina Tahun 2024 yang dipimpin oleh Direktur Utama Pertamina, Simon Aloysius Mantiri, di Graha Pertamina, Jakarta, Jumat, 13 Juni 2025. (Foto: Dok. Pertamina)

KABARBURSA.COM - PT Pertamina (Persero) tengah menyiapkan langkah strategis berupa pengalihan rute pelayaran sebagai bentuk mitigasi atas potensi eskalasi dampak dari konflik yang terjadi antara Israel dan Iran.

Vice President Corporate Communication Pertamina, Fadjar Djoko Santoso menegaskan bahwa hingga saat ini, gejolak tersebut belum memberikan pengaruh signifikan terhadap harga maupun pasokan minyak yang dikelola perseroan.

"Itu kita mitigasi. Kan Timur Tengah memang selalu fluktuatif di sana dan sudah terjadi beberapa kali jadi kita mitigasi dengan biasanya kalau kapal kita re-route melalui rute-rute yang aman. Salah satunya reroute," ujar Fadjar kepada wartawan, di Graha Pertamina, Jakarta, Sabtu, 14 Juni 2025.

Dia mengatakan bahwa Pertamina Internasional Shipping dan PT Pertamina Patra Niaga akan menganalisis dampak dari konflik Timur Tengah tersebut.

"Biasanya kalau kemarin-kemarin yang beberapa konflik, biasanya caranya reroute, cari jalur pelayanan distribusi yang aman, kemudian mencari sumber-sumber negara lain yang bisa kita impor," tuturnya.

Lebih lanjut, Fadjar juga membuka peluang untuk melakukan shifting minyak dengan Afrika. Dia mengatakan bahwa saat ini impor minyak mentah terbilang fleksibel lantaran tak terlibat dengan kontrak panjang.

"Jadi kita tidak terlibat kontrak panjang. Jadi kita bisa modifikasi kalau ada gangguan di satu titik. Bisa shift misalnya dari Afrika," pungkasnya.

Kinerja Apik Pertamina Sepanjang 2024

Sebelumnya, dalam kinerja keuangan Pertamina, di Graha Pertamina, Jakarta, Jumat, 13 Juni 2025, Pertamina kembali membuktikan daya tahannya sebagai badan usaha milik negara (BUMN) energi nasional di tengah gejolak industri minyak dan gas global.

Meski seluruh parameter pasar dunia seperti crack spread, MOPS, hingga kurs bergerak tidak menguntungkan sepanjang 2024, Pertamina tetap berhasil mencetak kinerja keuangan yang solid dan profitabilitas yang terjaga.

Direktur Keuangan Pertamina, Emma Sri Martini, menegaskan bahwa laba konsolidasi perusahaan pada tahun 2024 mencapai USD3,4 miliar atau setara Rp54,6 triliun. Dari jumlah tersebut, laba bersih yang dapat diatribusikan kepada entitas induk mencapai Rp49,5 triliun.

“Ini sudah termasuk pencatatan impairment kilang. Meski subholding kilang tidak bisa membukukan kinerja positif akibat tekanan crack spread, secara grup kita masih bisa mencetak laba yang sehat,” ujar Emma.

Pertamina mencatatkan pendapatan sebesar USD75 miliar dengan EBITDA sebesar USD10,7 miliar. Menariknya, pencapaian ini diraih saat perusahaan harus membukukan impairment kilang sebesar USD1,4 miliar, lebih rendah dibanding National Oil Companies (NOC) dan International Oil Companies (IOC) lain yang mencatatkan impairment hingga USD2 miliar.

“Ini menunjukkan kemampuan kami dalam memitigasi risiko secara terukur dan menjaga portofolio secara prudent. Impairment kami masih dalam batas manageable,” tambahnya.

Capaian finansial yang impresif juga diperkuat dengan opini audit "Wajar Tanpa Pengecualian" (WTP) atas laporan keuangan 2024 Pertamina. Emma menegaskan bahwa meski sempat menghadapi isu hukum di awal tahun, perusahaan tetap memperoleh opini audit tertinggi tersebut.

“Dari sisi kepatuhan terhadap peraturan, kontrak, serta pengendalian internal, auditor menyatakan tidak ditemukan kelemahan material. Ini validasi atas penerapan tata kelola perusahaan yang baik (GCG) di lingkungan Pertamina Group,” tutur Emma.

Kepercayaan dari para pemangku kepentingan juga semakin kuat. Emma menyebutkan bahwa trust dari investor, bondholder, dan lenders tetap tinggi, tercermin dari stabilnya peringkat kredit dari lembaga pemeringkat global seperti S&P, Moody’s, dan Fitch Rating. (*)

Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

Gabung Sekarang

Jurnalis

Dian Finka

Bergabung di Kabar Bursa sejak 2024, sering menulis pemberitaan mengenai isu-isu ekonomi.