KABARBURSA.COM – Untuk pertama kalinya dalam sejarah, model kecerdasan buatan (AI) buatan Google dan OpenAI berhasil menyabet medali emas di ajang bergengsi International Mathematical Olympiad (IMO). Prestasi ini menandai lompatan besar dalam kemampuan penalaran matematis AI.
Hal ini juga mendekatkan mereka pada titik di mana mesin bisa menyaingi kecerdasan manusia dalam menyelesaikan persoalan kompleks.
IMO merupakan olimpiade matematika tingkat dunia untuk pelajar SMA yang digelar setiap tahun. Tahun ini, ajang itu berlangsung di Sunshine Coast, Queensland, Australia, dan diikuti oleh 630 peserta. Dari jumlah itu, hanya sekitar 11 persen—atau 67 peserta—yang berhasil meraih medali emas. Namun yang mencuri perhatian bukan hanya para pelajar itu, melainkan dua pemain besar di dunia AI: Google dan OpenAI.
Kedua perusahaan teknologi ini berhasil mencetak sejarah dengan model AI mereka masing-masing. Tak tanggung-tanggung, baik Google maupun OpenAI mampu menyelesaikan lima dari enam soal IMO—sebuah capaian yang setara dengan standar medali emas untuk manusia.
Yang membuat pencapaian ini unik adalah pendekatannya. Alih-alih menggunakan bahasa formal dan komputasi simbolik seperti sebelumnya, AI terbaru ini bekerja dalam bahasa alami, serupa cara manusia berpikir. Google menggunakan model Gemini Deep Think, versi general dari sistem AI yang sebelumnya diumumkan dalam konferensi pengembang pada Mei lalu.
Sedangkan OpenAI menggunakan model eksperimental yang memaksimalkan daya komputasi selama “waktu tes”. Hal ini memungkinkan AI berpikir lebih lama dan menyusun banyak jalur logika secara paralel.
Menurut Junehyuk Jung, profesor matematika dari Brown University yang juga peneliti tamu di Google DeepMind, kemampuan ini membawa potensi besar untuk kolaborasi antara AI dan matematikawan dalam memecahkan persoalan riset yang belum terpecahkan.
“Begitu AI bisa menyelesaikan soal-soal penalaran yang rumit dalam bahasa alami, kolaborasi itu akan menjadi mungkin,” ujarnya, dikutip dari Reuters di Jakarta, Selasa, 22 Juli 2025.
Meski begitu, ada harga yang harus dibayar. Peneliti OpenAI Noam Brown menyebut pencapaian ini membutuhkan daya komputasi yang sangat besar—meski ia enggan menyebutkan angkanya secara spesifik. Ia hanya menyebutnya “sangat mahal”.
Pencapaian ini juga menandai keterlibatan resmi pertama kalinya antara panitia IMO dengan pengembang AI. Dewan IMO mengesahkan hasil Google dan meminta hasilnya dipublikasikan pada 28 Juli mendatang, setelah seluruh peserta manusia menerima penghargaan mereka.
"Kami menghormati permintaan dewan agar semua hasil AI diumumkan setelah diverifikasi dan peserta manusia menerima pengakuan terlebih dahulu,” kata CEO Google DeepMind, Demis Hassabis.
Meski sempat mendahului, OpenAI menyatakan bahwa publikasi awal mereka setelah upacara penutupan telah mendapatkan izin dari salah satu anggota dewan IMO.
Dengan keberhasilan ini, tidak sedikit peneliti yang optimistis bahwa AI tidak hanya akan unggul dalam matematika, tetapi juga mampu membantu pemecahan masalah dalam bidang lain seperti fisika dan ilmu pengetahuan murni lainnya. Satu dekade lalu ini mungkin hanya khayalan, kini tampaknya tinggal menunggu waktu.(*)