KABARBURSA.COM - Bursa saham Amerika Serikat kembali menyajikan dinamika yang kontras pada perdagangan Rabu waktu setempat. Tiga indeks utama Wall Street bergerak tidak seragam, di mana Nasdaq tampil paling perkasa berkat reli saham teknologi, sementara Dow Jones justru tergelincir tipis akibat tekanan sektor energi dan industri.
Sentimen pasar kali ini banyak dipengaruhi oleh kabar hukum besar terkait raksasa teknologi serta ekspektasi pasar terhadap arah kebijakan moneter Federal Reserve.
Nasdaq Perkasa di Puncak Rekor
Nasdaq Composite melesat lebih dari 218 poin atau 1,03 persen ke level 21.497,73, didorong lonjakan harga saham raksasa teknologi. Alphabet menjadi bintang utama setelah melonjak 9,1 persen menyusul putusan pengadilan federal yang menolak permintaan pemecahan perusahaan induk Google, meski tetap memberlakukan pembatasan kontrak eksklusif.
Kabar ini memberi sinyal kejelasan hukum bagi model bisnis inti Alphabet sekaligus memperkuat prospek jangka panjang perusahaan. Saham Apple juga menguat signifikan 3,8 persen, diuntungkan oleh kepastian arus pembayaran besar dari Google yang tetap terjaga.
Putusan ini secara psikologis dianggap sebagai angin segar bagi sektor teknologi, yang selama ini menjadi motor penggerak Wall Street.
S&P 500 Mengikuti, Didukung Retail dan Konsumen
Indeks S&P 500 ikut menanjak 0,51 persen ke 6.448,26. Selain kontribusi sektor teknologi, saham Macy’s melonjak 20,7 persen setelah perusahaan ritel ini menaikkan proyeksi laba tahunannya, menandai kekuatan belanja konsumen Amerika yang masih solid di tengah inflasi yang melandai.
Sebaliknya, Dollar Tree menjadi pemberat setelah anjlok 8,4 persen akibat perkiraan laba kuartal berjalan yang jauh di bawah konsensus, terutama karena beban tarif impor. Variasi kinerja antar-emiten memperlihatkan bahwa pasar masih selektif, dengan investor cenderung menghargai fundamental yang kokoh sambil menghindari risiko di sektor yang rentan.
Dow Jones Tertahan Tekanan Energi dan Industri
Sementara itu, Dow Jones Industrial Average justru melemah tipis 24,58 poin atau 0,05 persen ke 45.271,23. Pelemahan ini ditopang oleh turunnya saham-saham sektor energi dan industri. Chevron terkoreksi 2,33 persen, American Express turun 2,26 persen, dan Boeing merosot 2,12 persen.
Meskipun Apple mampu menahan indeks biru-chip ini dari koreksi lebih dalam, kinerja buruk di sektor lain menunjukkan bahwa Dow masih dibayangi kekhawatiran perlambatan ekonomi global dan volatilitas harga minyak.
Ekspektasi Fed Jadi Penopang Sentimen
Selain kabar korporasi, investor terus menatap kebijakan moneter. Komentar Gubernur The Fed Christopher Waller yang mendukung pemangkasan suku bunga, ditambah pernyataan Presiden Fed Atlanta Raphael Bostic bahwa pemotongan sudah “dalam agenda”, semakin memantapkan spekulasi pasar.
Data terbaru yang menunjukkan penurunan lowongan kerja di Juli memperkuat narasi pelemahan pasar tenaga kerja. Menurut FedWatch Tool dari CME Group, probabilitas pemangkasan 25 basis poin pada pertemuan 17 September kini mencapai 96 persen, membuat pasar lebih optimistis meski September kerap menjadi bulan yang penuh tekanan secara historis.
Gambaran Perdagangan
Dari sisi breadth, di NYSE jumlah saham naik lebih banyak dibanding turun dengan rasio 1,33 banding 1, sedangkan di Nasdaq jumlah yang melemah justru sedikit lebih besar dengan rasio 1,03 banding 1. Hal ini menandakan bahwa reli teknologi belum sepenuhnya menyebar ke seluruh sektor.
Volume perdagangan pun relatif lebih ringan dari rata-rata 20 hari terakhir, yaitu 14,95 miliar saham dibanding 16,18 miliar, mencerminkan sikap hati-hati investor menjelang rilis laporan ketenagakerjaan Jumat mendatang.
Secara keseluruhan, sesi perdagangan ini memperlihatkan bagaimana sektor teknologi kembali mengambil alih panggung dengan dukungan katalis hukum besar yang memperkuat posisi Alphabet dan Apple.
S&P 500 juga mendapat sokongan dari kabar positif di sektor ritel, sementara Dow masih tertahan sektor energi dan industri. Dengan ekspektasi kuat terhadap pemangkasan suku bunga The Fed bulan ini, pasar berpotensi lebih stabil meski memasuki September yang biasanya penuh gejolak.
Investor kini menunggu data nonfarm payrolls untuk konfirmasi lebih lanjut arah kebijakan moneter, yang kemungkinan akan menjadi pemicu besar pergerakan berikutnya di Wall Street.(*)