KABARBURSA.COM - Indonesia dan Amerika Serikat akhirnya mengunci kesepahaman atas pokok-pokok substansi dalam dokumen Agreements on Reciprocal Trade (ART), menandai babak penting setelah proses negosiasi yang berlangsung intens sejak April 2025.
Kesepakatan itu dikukuhkan dalam pertemuan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dengan United States Trade Representative (USTR) Ambassador Jamieson Greer di Washington D.C. Pertemuan tersebut menjadi tindak lanjut langsung atas mandat Presiden Prabowo Subianto kepada Airlangga untuk mempercepat finalisasi ART, di tengah lanskap kebijakan tarif resiprokal Amerika Serikat yang bergeser sejak April 2025.
Merujuk keterangan resmi Kemenko Perekonomian, Selasa 23 Desember 2025, dialog di ibu kota AS itu tidak berdiri sendiri. Ia merupakan mata rantai dari rangkaian panjang perundingan yang dimulai sejak pengumuman Liberation Day oleh Pemerintah AS pada 2 April 2025, saat tarif resiprokal diberlakukan. Sejak saat itu, Indonesia bergerak aktif membangun komunikasi dan negosiasi intensif dengan otoritas AS demi meredam friksi perdagangan bilateral.
Upaya tersebut mulai menampakkan hasil pada 22 Juli 2025, ketika kedua negara menerbitkan Joint Statement yang menurunkan tarif resiprokal Indonesia dari semula 32 persen menjadi 19 persen. Sebuah capaian yang lahir dari proses tawar-menawar yang tidak sederhana.
“Kuncinya adalah keseimbangan. Kita sampaikan isu-isu yang menjadi kepentingan utama Indonesia, sekaligus mendengarkan perspektif AS. Dari situ, kita cari titik temu,” ujar Airlangga.
Melalui perjanjian perdagangan resiprokal ini, Indonesia menyatakan komitmen membuka akses pasar bagi produk Amerika Serikat, menuntaskan hambatan non-tarif, serta memperdalam kolaborasi di sektor perdagangan digital, teknologi, keamanan nasional, dan kerja sama komersial. Sebaliknya, AS sepakat memberikan pengecualian tarif bagi sejumlah produk ekspor unggulan Indonesia yang tidak diproduksi di dalam negeri mereka, seperti minyak kelapa sawit, kakao, kopi, teh, dan berbagai komoditas strategis lainnya.
Dalam forum tersebut, Airlangga secara tegas mendorong penyelesaian seluruh isu, baik yang bersifat strategis maupun teknis, agar dapat diterima kedua belah pihak. Setelah diskusi panjang dan berlapis, Indonesia dan AS akhirnya mencapai kata sepakat atas seluruh substansi utama dokumen ART. Dokumen ini selanjutnya akan ditandatangani langsung oleh Presiden Prabowo Subianto dan Presiden Donald Trump.
“Kami telah melaksanakan pertemuan dengan Ambassador Jamieson Greer (USTR). Alhamdulillah, pembahasan berjalan sangat konstruktif hingga seluruh substansi dalam ART dapat disepakati,” kata Airlangga.
Apresiasi pun datang dari pihak AS. Ambassador Greer menyebut capaian tersebut sebagai momen istimewa, terlebih pertemuan berlangsung di tengah dimulainya masa libur Natal di Amerika Serikat. “Hasil pertemuan ini adalah hadiah Natal terbaik, yang akan membawa manfaat bagi kedua negara,” ujarnya.
Ke depan, pada pekan kedua Januari 2026, tim teknis dari Indonesia dan AS dijadwalkan kembali bertemu di Washington D.C untuk melakukan legal scrubbing dan penyempurnaan redaksional dokumen. Proses ini ditargetkan rampung dalam waktu satu minggu, sehingga pada pekan ketiga Januari 2026, ART diharapkan telah berstatus final.
“Diharapkan sebelum akhir Januari 2026, Presiden Prabowo Subianto dan Presiden Trump dapat menandatangani dokumen ART secara resmi di White House, Washington D.C,” ungkap Airlangga.
Pertemuan tersebut turut dihadiri Duta Besar RI untuk Amerika Serikat Dwisuryo Indroyono Soesilo, Sekretaris Menko Perekonomian Susiwijono Moegiarso, Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi dan Investasi Edi Prio Pambudi, Staf Khusus Menko Perekonomian Rizal Mallarangeng, serta Asisten Deputi Kerja Sama Ekonomi Bilateral Irwan Sinaga.(*)