Logo
>

Nikkei 225 Melemah Lebih Satu Persen: Bursa Asia Merah

Pelemahan pasar Jepang dan tekanan saham teknologi menular ke bursa Asia, seiring investor menunggu arah kebijakan suku bunga global dan rilis data ekonomi Amerika Serikat.

Ditulis oleh Yunila Wati
Nikkei 225 Melemah Lebih Satu Persen: Bursa Asia Merah
Ilustrasi pasar saham Asia. (Foto: Adobe Stock)

KABARBURSA.COM – Bursa saham Asia menutup perdagangan Selasa, 16 Desember 2025, di zona merah. Indeks Nikkei 225 yang melemah lebih dari satu persen menekan pasar Asia. Dari sisi makro, ketidakpastian arah kebijakan suku bunga Federal Reserve juga menjadi katalis negatif pergerakan bursa.

Indeks Nikkei 225 melemah 1,56 persen ke level 49.383, diikuti Topix yang turun lebih dalam ke level 3.370 atau melemah 1,78 persen. Pasar Jepang sepertinya begitu sensitif terhadap dinamika suku bunga global, terutama terhadap spekulasi bahwa Bank of Japan berpotensi menaikkan suku bunga.

Kombinasi ketidakpastian arah kebijakan BOJ dan penguatan yen turut membebani sentimen, terutama pada saham-saham eksportir yang selama ini diuntungkan oleh mata uang lemah.

Pasar saham China juga bergerak di zona merah. Shanghai Composite turun 1,11 persen ke 3.824, Shenzhen Component melemah 1,51 persen ke 12.914, dan CSI300 turun 1,20 persen ke 4.497. Tekanan ini menunjukkan bahwa sentimen risiko global masih mendominasi, sementara faktor domestik belum cukup kuat untuk menahan arus jual. 

Pelemahan di China turut merambat ke Hong Kong, dengan Hang Seng terkoreksi 1,54 persen ke 25.235, menegaskan bahwa investor regional masih memilih sikap wait and see.

Di Korea Selatan, indeks Kospi mencatat penurunan terdalam di kawasan dengan koreksi 2,24 persen ke 3.999. Sektor teknologi kembali menjadi titik lemah, sejalan dengan komentar pasar global bahwa saham-saham teknologi cenderung menjadi “domino pertama” yang dilepas ketika ketidakpastian suku bunga meningkat. 

Taiwan juga tidak luput dari tekanan, dengan Taiex turun 1,19 persen ke 27.536, memperlihatkan pola pelepasan risiko yang konsisten di pasar yang sarat saham teknologi.

Australia relatif lebih defensif dibandingkan kawasan lain. ASX200 hanya turun 0,42 persen ke 8.598, mencerminkan dukungan dari sektor-sektor berbasis komoditas dan struktur pasar yang lebih terlindungi dari gejolak suku bunga global. 

Meski demikian, pelemahan tetap menunjukkan bahwa sentimen global lebih dominan daripada faktor domestik.

Yen Naik, Rupiah Terus Melemah

Pergerakan mata uang Asia memberikan konteks tambahan atas dinamika ini. Yen Jepang menguat 0,23 persen ke 154,87 per dolar AS, mencerminkan meningkatnya ekspektasi kebijakan moneter yang lebih ketat dari BOJ. 

Sebaliknya, mata uang seperti rupiah, rupee India, dan baht Thailand melemah tipis, menandakan tekanan eksternal dari dolar AS yang masih kuat menjelang rilis data ekonomi penting. Yuan China justru menguat tipis, sementara ringgit Malaysia mencatat penguatan moderat, menunjukkan perbedaan respons antar negara terhadap kondisi global yang sama.

Sentimen kehati-hatian ini juga tercermin di Eropa, di mana saham-saham dibuka lebih rendah. Indeks Stoxx 600 turun sekitar 0,2 persen di awal perdagangan, dengan sebagian besar sektor bergerak di zona negatif. 

Investor Eropa bersiap menghadapi pekan yang padat agenda bank sentral, termasuk keputusan Bank Sentral Eropa yang diperkirakan menahan suku bunga di level 2 persen. 

Meski demikian, pasar masih mencermati komunikasi Presiden ECB Christine Lagarde, terutama terkait prospek pertumbuhan ekonomi kawasan yang sebelumnya telah direvisi naik.

Secara keseluruhan, penutupan bursa Asia hari ini menggambarkan pasar yang berada dalam fase menunggu. Pelemahan yang terjadi lebih bersifat penyesuaian risiko ketimbang reaksi panik. Investor global tengah mengkalibrasi ulang ekspektasi suku bunga dengan menempatkan data ekonomi sebagai penentu utama arah pasar berikutnya. 

Selama ketidakpastian ini belum terjawab, pergerakan bursa Asia berpotensi tetap rentan terhadap tekanan, dengan volatilitas yang bergantung pada seberapa jauh data AS dan sikap bank sentral mampu mengubah narasi pendaratan lunak yang selama ini menopang sentimen aset berisiko.(*)

Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

Gabung Sekarang

Jurnalis

Yunila Wati

Telah berkarier sebagai jurnalis sejak 2002 dan telah aktif menulis tentang politik, olahraga, hiburan, serta makro ekonomi. Berkarier lebih dari satu dekade di dunia jurnalistik dengan beragam media, mulai dari media umum hingga media yang mengkhususkan pada sektor perempuan, keluarga dan anak.

Saat ini, sudah lebih dari 1000 naskah ditulis mengenai saham, emiten, dan ekonomi makro lainnya.

Tercatat pula sebagai Wartawan Utama sejak 2022, melalui Uji Kompetensi Wartawan yang diinisiasi oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), dengan nomor 914-PWI/WU/DP/XII/2022/08/06/79