Logo
>

Nikkei Meledak, Yen Tumbang: Rupiah ke Level 16.583

Lonjakan spektakuler Nikkei usai kemenangan Sanae Takaichi mengguncang pasar Asia, menekan yen ke level terendah dua bulan dan memicu kehati-hatian global.

Ditulis oleh Yunila Wati
Nikkei Meledak, Yen Tumbang: Rupiah ke Level 16.583
Ilustrasi IHSG. Foto: Dok KabarBursa.

KABARBURSA.COM - Euforia politik di Jepang mengguncang pasar Asia pada awal pekan ini, mendorong reli tajam di bursa Tokyo sekaligus menekan nilai yen ke titik terlemah dalam dua bulan terakhir.

Kemenangan Sanae Takaichi sebagai pemimpin baru Partai Demokrat Liberal, yang menempatkannya di jalur untuk menjadi perdana menteri perempuan pertama Jepang, disambut dengan lonjakan luar biasa di pasar saham. 

Indeks Nikkei 225 melonjak lebih dari 5 persen hingga menembus level psikologis 48.000, rekor tertinggi sepanjang sejarah perdagangan. Sementara indeks Topix naik 3,1 persen ke 3.226, mencerminkan antusiasme investor terhadap prospek kebijakan fiskal ekspansif yang diharapkan akan digulirkan pemerintahan baru.

Kemenangan Takaichi menyalakan ekspektasi pasar akan stimulus fiskal besar-besaran, mirip dengan gaya “Abenomics” era Shinzo Abe, yang dulu memadukan belanja publik agresif dengan kebijakan moneter longgar. 

Namun euforia itu dibayar mahal oleh yen, yang anjlok hingga 2 persen ke posisi 150,29 per dolar AS, yang menjadi level terendah sejak awal Agustus. Bahkan terhadap euro, yen melemah hampir 1,8 persen ke posisi terendah sepanjang masa di 176,25 per euro.

Pelemahan yen menunjukkan pasar kembali menguji batas kesabaran Bank of Japan (BOJ), terutama setelah peluang kenaikan suku bunga tahun ini turun drastis dari 68 persen menjadi hanya 41 persen. 

Para pelaku pasar menilai kepemimpinan Takaichi akan cenderung menahan normalisasi kebijakan moneter, mengingat pandangannya yang selama ini lebih mendukung pelonggaran fiskal dan moneter.

Dalam sebuah riset, ekonom Morgan Stanley MUFG Securities menilai kekhawatiran pasar mengenai potensi intervensi politik terhadap BOJ berlebihan. Mereka mencatat sikap Takaichi “masih selaras” dengan pendekatan hati-hati Gubernur BOJ Kazuo Ueda dalam mengatur transisi kebijakan. 

Dengan kata lain, pasar tengah menari di antara optimisme fiskal dan kehati-hatian moneter. Ini menjadi sebuah kombinasi yang memberi tenaga bagi bursa tetapi menekan stabilitas mata uang.

Di sisi lain Asia, sebagian besar bursa utama tutup karena libur nasional, termasuk Tiongkok daratan, Korea Selatan, dan Taiwan. Aktivitas perdagangan yang tipis di kawasan membuat lonjakan Nikkei menjadi satu-satunya penggerak besar di Asia pada hari itu. 

Bursa Hong Kong justru bergerak berlawanan, dengan Hang Seng turun 0,67 persen ke 26.957. Indeks Australia, ASX200, juga melemah tipis 0,07 persen ke 8.981, menandakan bahwa reli Jepang lebih bersifat idiosinkratik ketimbang tren regional.

Sementara itu, mata uang Asia lain ikut terombang-ambing oleh penguatan dolar AS yang dipicu kejatuhan yen. Dolar Singapura (SGD) melemah 0,39 persen, ringgit Malaysia turun 0,21 persen, dan baht Thailand melemah 0,19 persen. 

Rupiah Indonesia pun ikut tertekan 0,12 persen ke 16.583 per dolar AS, sementara yuan China justru menguat tipis 0,01 persen ke 7,1214 per dolar. Fenomena ini menegaskan bahwa pelemahan yen telah menularkan efek “risk-off” moderat di pasar valas regional.

Bursa Eropa Masih Berhati-Hati

Berbeda dengan euforia Asia, pasar saham Eropa memulai pekan dengan langkah hati-hati. Indeks acuan Stoxx 600 dibuka beragam pada perdagangan Senin (6/10), setelah mencatat reli lima hari beruntun pekan sebelumnya yang membawa indeks ke rekor tertinggi baru. 

Indeks utama seperti CAC-40 Prancis, DAX Jerman, dan FTSE Inggris bergerak tipis di sekitar garis datar sesaat setelah pembukaan perdagangan di London.

Pelaku pasar Eropa tampaknya memilih untuk menunggu arah baru setelah serangkaian data ekonomi menunjukkan inflasi mulai mendingin tetapi pertumbuhan ekonomi masih lemah. 

Sektor energi dan keuangan menjadi dua penopang utama dalam sesi awal, sementara saham teknologi cenderung tertekan karena imbal hasil obligasi Eropa yang naik tipis mengikuti pergerakan global.

Harga Minyak Dunia Naik Setelah OPEC+ Menahan Produksi

Sementara itu, di pasar komoditas, harga minyak mentah dunia kembali menguat setelah OPEC+ mengumumkan rencana peningkatan produksi yang lebih rendah dari perkiraan untuk bulan November. 

Keputusan itu meredakan kekhawatiran pasar akan banjir pasokan baru, sekaligus memicu kenaikan harga minyak Brent sebesar 1 persen menjadi 65,2 dolar AS per barel.

Minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS juga naik 1,1 persen ke 61,54 dolar AS per barel. Analis independen Tina Teng menyebut bahwa kenaikan harga minyak terutama didorong oleh langkah hati-hati OPEC+ yang ingin menstabilkan pasar setelah periode penurunan tajam.

Meski demikian, prospek permintaan global masih lemah, terutama karena ekonomi Tiongkok yang belum menunjukkan tanda-tanda pemulihan kuat dan potensi perlambatan permintaan di Eropa. Hal ini membuat reli harga minyak berpotensi terbatas dalam jangka pendek.

Arah Pasar Global

Secara keseluruhan, hari pertama perdagangan pekan ini diwarnai oleh lonjakan spektakuler di Jepang, kehati-hatian di Eropa, dan stabilisasi di pasar minyak. Ketiganya menggambarkan pola umum pasar global saat ini: investor mencari arah di tengah ketidakpastian politik, ekonomi, dan moneter.

Kemenangan politik Takaichi memberi warna baru bagi Jepang dan potensi dorongan fiskal yang bisa mempercepat pertumbuhan ekonomi. Namun di sisi lain, pelemahan yen dan imbal hasil obligasi yang melonjak menunjukkan bahwa kepercayaan pasar tetap rapuh.

Bagi investor global, euforia hari ini bukan sinyal awal reli panjang, melainkan awal babak baru yang masih menuntut kehati-hatian, di mana peluang dan risiko berjalan beriringan di setiap pergerakan harga.(*)

Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

Gabung Sekarang

Jurnalis

Yunila Wati

Telah berkarier sebagai jurnalis sejak 2002 dan telah aktif menulis tentang politik, olahraga, hiburan, serta makro ekonomi. Berkarier lebih dari satu dekade di dunia jurnalistik dengan beragam media, mulai dari media umum hingga media yang mengkhususkan pada sektor perempuan, keluarga dan anak.

Saat ini, sudah lebih dari 1000 naskah ditulis mengenai saham, emiten, dan ekonomi makro lainnya.

Tercatat pula sebagai Wartawan Utama sejak 2022, melalui Uji Kompetensi Wartawan yang diinisiasi oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), dengan nomor 914-PWI/WU/DP/XII/2022/08/06/79