KABARBURSA.COM – Perusahaan chip asal Silicon Valley, Nvidia, mencetak tonggak baru pada Rabu, 9 Juli 2025, dengan menjadi perusahaan terbuka pertama yang menyentuh valuasi pasar sebesar USD 4 triliun (setara Rp65.200triliun jika menggunakan kurs Rp16.300).
Walau kapitalisasi pasarnya sempat turun di penutupan perdagangan ke bawah ambang USD4 triliun, lonjakan ini menegaskan posisi Nvidia sebagai ikon baru dalam revolusi kecerdasan buatan (AI) yang sedang mengguncang lanskap teknologi global.
Lonjakan saham Nvidia tak lepas dari antusiasme pasar atas prosesor unggulannya yang menjadi tulang punggung pusat data berbasis AI—sebuah teknologi yang banyak analis sebut sebagai revolusi paling signifikan sejak peluncuran iPhone pertama oleh Steve Jobs 18 tahun lalu.
Dilansir dari AP di Jakarta, Kamis, 10 Juli 2025, Nvidia kini bernilai hampir USD900 miliar lebih besar dari Apple, yang sebelumnya dikenal sebagai pionir kapitalisasi triliunan dolar. Apple pernah menjadi perusahaan publik pertama yang menembus USD 1 triliun, USD 2 triliun, lalu USD 3 triliun, berkat kejayaan iPhone. Tapi kini, Apple tampak tertinggal dalam mengintegrasikan teknologi AI ke dalam produknya.
Apple bahkan mengakui bahwa ambisi untuk mengembangkan Siri dengan kemampuan AI yang lebih pintar baru bisa direalisasikan paling cepat tahun depan. Hal ini menimbulkan spekulasi bahwa Apple mungkin perlu mengakuisisi startup AI untuk mengejar ketertinggalan.
Sementara itu, mantan desainer ikonik Apple, Jony Ive, justru berkolaborasi dengan OpenAI untuk merancang perangkat AI wearable yang digadang-gadang bisa menyaingi iPhone. Di sisi lain, Nvidia terus berpacu memenuhi permintaan global akan chip AI yang sangat intensif energi dan jadi tulang punggung infrastruktur data masa kini.
Persaingan juga kian panas di level raksasa teknologi. Microsoft, Amazon, Google (Alphabet), dan Meta diketahui mengalokasikan total investasi lebih dari USD 325 miliar untuk pengembangan AI sepanjang tahun ini. Sebagian besar dana itu diperkirakan mengalir ke Nvidia sebagai penyedia chip utama.
Permintaan yang menggila inilah yang membuat saham Nvidia melonjak sepuluh kali lipat sejak awal 2023. Dari valuasi sekitar USD 400 miliar, perusahaan kini melesat hingga menyentuh USD 4 triliun. Pada penutupan perdagangan Rabu waktu AS, saham Nvidia sedikit terkoreksi ke USD 162,88, namun para analis tak melihat itu sebagai koreksi signifikan.
Analis dari CFRA, Angelo Zino, bahkan merilis proyeksi optimistis bahwa harga saham Nvidia akan menembus USD 196 dalam 12 bulan ke depan. Jika itu terjadi, valuasi Nvidia bisa tembus USD 4,8 triliun.
Perjalanan spektakuler ini juga mengangkat nama sang pendiri sekaligus CEO Nvidia, Jensen Huang. Ia kini dijuluki “dewa AI” berkat pidato-pidatonya yang menghipnotis dunia teknologi. Kekayaannya pun melonjak, kini ditaksir mencapai USD 142 miliar.
Nvidia sempat terguncang pada April lalu ketika Presiden Donald Trump mengumumkan tarif dagang besar-besaran. Saham Nvidia sempat terpuruk ke bawah USD 87. Namun, pemulihan terjadi dengan cepat. Pada Mei, Nvidia mencatatkan laba fantastis USD 18,8 miliar, meski harus menanggung kerugian USD 4,5 miliar akibat larangan ekspor chip tertentu ke China.
Perusahaan yang berbasis di Santa Clara, California ini dijadwalkan merilis laporan keuangannya berikutnya pada 27 Agustus mendatang. Pasar kini menunggu apakah kejutan lain akan kembali diberikan oleh sang raja baru AI.(*)