Logo
>

Nvidia Terpukul Pembatasan Ekspor AS pada Chip AI

Ditulis oleh Pramirvan Datu
Nvidia Terpukul Pembatasan Ekspor AS pada Chip AI

Poin Penting :

    KABAARBURSA.COM - Nvidia menghadapi tekanan berat setelah pemerintahan Biden memperketat pembatasan ekspor chip kecerdasan buatan (AI), yang dirancang untuk membatasi distribusi global prosesor canggih. Kebijakan ini, menurut analis dan investor, dapat berdampak besar pada pendapatan perusahaan.

    Aturan baru tersebut membatasi ekspor chip AI ke mayoritas negara, kecuali sekutu dekat Amerika Serikat. China tetap menjadi salah satu negara yang terkena blokade ini, di tengah upaya Washington menutup celah peraturan untuk mencegah Beijing mengakses teknologi yang dapat memperkuat kemampuan militernya.

    Permintaan chip AI yang melonjak telah mengangkat Nvidia menjadi salah satu perusahaan paling bernilai di dunia, dengan kapitalisasi pasar melampaui USD3 triliun. Namun, pembatasan ini mengancam laju pertumbuhan pendapatan yang selama ini diandalkan. Seperti dilansir reuters di Jakarta, Selasa 14 Januari 2024.

    "Pasar Nvidia akan sangat terbatas. Hampir setengah dari chipnya saat ini diekspor ke negara-negara yang akan dilarang di bawah aturan baru ini," ujar Gil Luria, analis D.A. Davidson.

    Data internal Nvidia mengungkapkan bahwa 56 persen pendapatan perusahaan berasal dari pelanggan di luar Amerika Serikat, dengan China menyumbang 17 persen di antaranya. Saham Nvidia, yang bermarkas di Santa Clara, California, merosot sekitar 2 persen akibat pengumuman tersebut.

    Wakil Presiden Urusan Pemerintah Nvidia, Ned Finkle, menyampaikan kritik keras terhadap kebijakan ini. "Pembatasan ekspor akan menghambat inovasi dan pertumbuhan ekonomi global, serta melemahkan kepemimpinan Amerika di sektor teknologi," tegasnya.

    Finkle juga mengingatkan bahwa peran dominan Amerika dalam teknologi AI dapat terganggu akibat kontrol birokrasi atas desain dan pemasaran semikonduktor, komputer, hingga perangkat lunak canggih di pasar global.

    Protes serupa datang dari Asosiasi Industri Semikonduktor, yang menyebut langkah tersebut dapat memaksa perusahaan AS kehilangan pangsa pasar kepada pesaing asing.

    "AS menunjukkan dominasinya dengan membatasi akses ke prosesor canggih. Namun, langkah ini juga mengancam potensi pendapatan perusahaan-perusahaan besar seperti Nvidia," kata Dan Coatsworth, analis investasi di AJ Bell.

    Pembatasan ini mencerminkan dilema besar: melindungi kepentingan geopolitik Amerika, tetapi dengan risiko melemahkan daya saing perusahaan teknologi domestik.

    Adanya Tekanan Saham

    Wall Street mengalami penurunan pada indeks utama di awal pekan, Selasa, 10 Desember 2024, dinihari WIB.

    Penurunan tersebut disebabkan adanya tekanan saham Nvidia yang menyebabkan sektor teknologi anjlok. Hal ini terjadi di tengah perhatian investor yang tertuju pada laporan inflasi penting yang akan dirilis pada akhir pekan ini.

    Saham Nvidia mengalami tekanan setelah regulator pasar China meluncurkan investigasi terkait dugaan pelanggaran undang-undang antimonopoli, yang berdampak negatif pada sektor teknologi informasi.

    Tidak hanya Nvidia, saham Advanced Micro Devices (AMD) juga melemah setelah BofA Global Research menurunkan peringkatnya. Hal ini turut membebani Indeks Semikonduktor Philadelphia.

    Menurut Kepala Strategi Investasi di CFRA Research Sam Stovall, pasar terkejut dengan investigasi yang dilakukan China terhadap Nvidia. Rupanya, China melihat adanya potensi pelanggaran hukum antimonopoli pada Nvidia. Investigasi inilah yang kemudian memberi tekanan pada pasar secara keseluruhan.

    Data awal menunjukkan bahwa indeks S&P 500 mengalami penurunan sebesar 0,60 persen menjadi 6.053,68 poin. Sementara Nasdaq Composite turun 0,62 persen menjadi 19.736,69 poin, dan Dow Jones Industrial Average kehilangan 0,51 persen menjadi 44.416,38 poin.

    Saham Comcast turut melemah setelah perusahaan memproyeksikan kehilangan lebih dari 100.000 pelanggan broadband pada kuartal keempat. Pelemahan saham Comcast ini berdampak negatif pada sektor layanan komunikasi.

    Di sisi lain, saham Hershey melonjak tajam setelah laporan menyebutkan bahwa Mondelez, perusahaan induk Cadbury, sedang menjajaki akuisisi terhadap pembuat cokelat tersebut, meskipun saham Mondelez sendiri mengalami penurunan.

    Para investor kini menantikan data Indeks Harga Konsumen (CPI) yang akan dirilis pada hari Rabu, 11 Desember 2024 waktu setempat, diikuti oleh Indeks Harga Produsen (PPI) pada hari Kamis, 12 Desember 2024, waktu setempat, menjelang pertemuan Federal Reserve pada 17-18 Desember.

    Ada peluang pemotongan suku bunga sebesar 25 basis poin dalam pertemuan mendatang. Peluang ini meningkat menjadi lebih dari 85 persen setelah data terbaru menunjukkan kenaikan tingkat pengangguran menjadi 4,2 persen pada November 2024. Kenaikan tingkat pengangguran ini mengindikasikan adanya pelonggaran di pasar tenaga kerja.

    Terkait hal ini, sejumlah pejabat Federal Reserve, termasuk Ketua Jerome Powell, menekankan pentingnya berhati-hati dalam menentukan kebijakan moneter, mengingat daya tahan ekonomi masih kuat.

    Meski demikian, Wall Street sempat memulai bulan Desember dengan optimisme, di mana S&P 500 dan Nasdaq mencatatkan kenaikan selama pekan pertama, sementara Dow Jones sedikit melemah.

    Sebelumnya, pada bulan November, pasar saham AS melonjak setelah Donald Trump memenangkan pemilihan presiden dan partainya menguasai kedua kamar Kongres. Di sini, ekspektasi terhadap kebijakan yang lebih ramah bisnis, meningkat tajam.(*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Pramirvan Datu

    Pram panggilan akrabnya, jurnalis sudah terverifikasi dewan pers. Mengawali karirnya sejak tahun 2012 silam. Berkecimpung pewarta keuangan, perbankan, ekonomi makro dan mikro serta pasar modal.