Logo
>

Pabrik Rig Bitcoin China Hijrah ke Amerika

Produsen mesin tambang bitcoin China seperti Bitmain dan Canaan memindahkan produksi ke AS demi hindari tarif dan menjaga akses pasar kripto global.

Ditulis oleh Moh. Alpin Pulungan
Pabrik Rig Bitcoin China Hijrah ke Amerika
Bitmain, Canaan, dan MicroBT buka pabrik rig bitcoin di Amerika untuk hindari tarif Trump. Langkah ini bisa ubah peta industri kripto global. Foto: South China Morning Post.

Poin Penting :

KABARBURSA.COM – Tiga raksasa pembuat mesin tambang bitcoin asal China—Bitmain, Canaan, dan MicroBT—ramai-ramai bikin pabrik di Amerika Serikat. Ketiganya selama ini menguasai lebih dari 90 persen pasar rig tambang global. Sekarang, mereka mulai memindahkan sebagian produksi ke negara yang justru jadi lawan dagang utama mereka sendiri.

Langkah ini bukan sekadar strategi dagang biasa. Perang tarif bikin rantai pasok kripto terguncang. Donald Trump, lewat kebijakan “Liberation Day”, ingin membebaskan industri dari ketergantungan pada China. Tapi yang terjadi justru sebaliknya, para pemain besar dari China malah menyusup lewat jalur produksi lokal.

Bitmain, pemain terbesar di antara mereka, sudah mulai memproduksi rig di AS sejak Desember 2024, sebulan setelah Trump memenangkan pilpres. Canaan menyusul tak lama kemudian, membuka lini produksi percobaan untuk menghindari tarif yang makin menekan.

Meski begitu, mereka belum berani menggelontorkan investasi besar karena situasi tarif masih terus berubah. Sementara itu, MicroBT menyatakan sedang menjalankan strategi lokalisasi penuh agar tetap bisa masuk pasar AS tanpa kena beban tarif tambahan.

“Perang dagang AS-China memicu perubahan struktural di rantai pasok bitcoin, bukan cuma permukaan,” kata Guang Yang, CTO Conflux Network, dikutip dari Reuters di Jakarta, Kamis, 19 Juni 2025. “Bagi perusahaan AS, ini soal mencari sumber perangkat keras yang dianggap aman secara politik.”

Ketiganya kini pegang kendali sektor senilai USD12 miliar (Rp196,8 triliun) pada 2028. Mereka duduk di hulu ekosistem kripto. Dari proses tambang yang boros energi, ke infrastruktur digital, lalu ke platform jual beli.

Di sisi lain, pesaing dalam negeri AS tak diam saja. Auradine, yang disokong MARA Holdings, sedang melobi pemerintah agar pasokan dari China dibatasi. Mereka ingin pangsa pasar lebih seimbang. “Lebih dari 30 persen tambang bitcoin ada di Amerika Utara, tapi 90 persen perangkat kerasnya dari China. Ini timpang,” kata Chief Strategy Officer Auradine, Sanjay Gupta.

Frost & Sullivan mencatat tiga besar produsen China pegang 95,4 persen pasar perangkat keras berdasarkan daya komputasi per Desember 2023.

Gupta menilai keberadaan ratusan ribu rig China yang tersambung ke jaringan listrik AS adalah risiko keamanan nasional. Tapi pihak China membantah. Leo Wang dari Canaan bilang mesin tambang bitcoin tidak bisa digunakan untuk hal lain.

“Mereka tak berguna kalau tidak dipakai untuk mining,” ujarnya. Meski begitu, ia mengakui ada potensi imbas dari pembatasan teknologi tinggi yang diberlakukan pemerintah AS pada perusahaan China.

Risiko itu makin jelas setelah Sophgo, anak usaha AI milik Bitmain, masuk daftar hitam Washington. Bitmain sendiri tak memberi komentar.

Dulu, China menguasai rantai nilai bitcoin dari hulu ke hilir. Dari produsen mesin tambang, pelaku tambang, hingga bursa kripto. Tapi sejak pemerintah Beijing melarang aktivitas kripto di daratan pada 2021, semuanya bubar jalan.

Penambang dan trader pindah ke luar negeri. Tapi Bitmain, Canaan, dan MicroBT tetap bertahan di sektor perangkat keras. Keunggulan awal mereka dalam bikin chip khusus mining bikin saingan Barat kesulitan mengejar.

Canaan bahkan sudah pindah markas ke Singapura. Meski masih punya operasi di China, mereka kini punya lini produksi percobaan di Amerika Serikat. Tahun lalu, pasar AS menyumbang 40 persen dari pendapatan mereka.

“Kami ingin tekan biaya untuk kami dan pelanggan,” kata Leo Wang, Wakil Presiden Pengembangan Korporat dan Pasar Modal Canaan. Ancaman tarif bikin mereka harus putar otak. “Kami harus cari semua opsi yang mungkin.”

Amerika Serikat kini mengenakan tarif dasar 10 persen untuk banyak produk impor. Tambahan 20 persen lagi dibebankan untuk barang dari China. Pemerintah AS juga sedang mempertimbangkan tarif tambahan buat negara-negara Asia Tenggara yang jadi lokasi rakitan rig buatan China.

Celah yang Menyempit

Donald Trump mengklaim dirinya bakal jadi “presiden kripto” yang akan menjadikan mata uang digital bagian dari arus utama ekonomi AS. Anak lelakinya, Eric Trump, bahkan mendirikan perusahaan tambang bernama American Bitcoin bareng perusahaan energi dan teknologi Hut 8. Target mereka adalah membangun cadangan strategis bitcoin buat negaranya.

Tapi kebijakan pro-kripto itu justru menyoroti satu masalah besar, yakni soal dominasi China di infrastruktur bitcoin. “Dominasi perangkat keras China jadi titik lemah bagi tambang bitcoin AS,” kata John Deaton, pengacara kripto di Amerika.

Kalau China sewaktu-waktu membatasi ekspor atau mengatur suplai, stabilitas jaringan bitcoin bisa terganggu. Investor dan pengguna di AS pun bisa kena imbasnya.

Empat penambang terbesar berdasarkan nilai pasar—MARA, Core Scientific, CleanSpark, dan Riot Platforms—berkantor di AS. Ekonom Ryan M. Yonk dari American Institute for Economic Research mengatakan ketergantungan mereka pada mesin asal China bisa jadi persoalan jangka panjang, kata

Meski pabrik rig China mulai masuk AS, sebagian besar tambang di Amerika masih akan beli mesin dari luar negeri. Biaya impor pun melonjak. “Tapi ini bukan tentang melukai industri,” ujar Kadan Stadlemann, CTO dari Komodo. “Ini soal memaksa pergeseran yang sudah lama tertunda.”(*)

Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

Gabung Sekarang

Jurnalis

Moh. Alpin Pulungan

Asisten Redaktur KabarBursa.com. Jurnalis yang telah berkecimpung di dunia media sejak 2020. Pengalamannya mencakup peliputan isu-isu politik di DPR RI, dinamika hukum dan kriminal di Polda Metro Jaya, hingga kebijakan ekonomi di berbagai instansi pemerintah. Pernah bekerja di sejumlah media nasional dan turut terlibat dalam liputan khusus Ada TNI di Program Makan Bergizi Gratis Prabowo Subianto di Desk Ekonomi Majalah Tempo.

Lulusan Sarjana Hukum Universitas Pamulang. Memiliki minat mendalam pada isu Energi Baru Terbarukan dan aktif dalam diskusi komunitas saham Mikirduit. Selain itu, ia juga merupakan alumni Jurnalisme Sastrawi Yayasan Pantau (2022).