Logo
>

Pailit Kabana Textile Indonesia Menambah Panjang Angka PHK

PT Kabana Textile Industries mengalami berbagai masalah keuangan yang berdampak pada operasional perusahaan. Pada awal tahun 2023, karyawan melaporkan keterlambatan pembayaran gaji, dengan sisa 25% gaji Februari 2023 belum dibayarkan hingga April 2023.

Ditulis oleh Yunila Wati
Pailit Kabana Textile Indonesia Menambah Panjang Angka PHK
Ilustrasi industri tekstil dan produk tekstil Indonesia.

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Angka pengangguran di Indonesia dipastikan bertambah besar usai sebuah pabrik tekstil di Pekalongan, Jawa Tengah, kembali dipailitkan. Dipastikan ada lebih dari 1000 karyawan dirumahkan sebagai akibat aksi pailit ini.

    Adalah PT Kabana Textile Industries, sebuah perusahaan tekstil yang berbasis di Pekalongan, Jawa Tengah, yang telah dinyatakan pailit oleh Pengadilan Negeri Semarang pada 8 Januari 2025. Perusahaan berdiri sejak 14 Juni 1994 dan bergerak di industri serat, benang, dan pabrik pemintalan. 

    Sebelum dinyatakan pailit, PT Kabana Textile Industries mengalami berbagai masalah keuangan yang berdampak pada operasional perusahaan. Pada awal tahun 2023, karyawan melaporkan keterlambatan pembayaran gaji, dengan sisa 25 persen gaji Februari 2023 belum dibayarkan hingga April 2023. 

    Situasi ini memicu aksi karyawan yang mendatangi Kantor Tenaga Kerja Kabupaten Pekalongan untuk mengadukan permasalahan tersebut. 

    Krisis keuangan yang dialami perusahaan juga berdampak pada tenaga kerja, dengan laporan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap sekitar 1.200 karyawan. Selain itu, aset perusahaan, termasuk pabrik seluas 143.602 meter persegi di Siwalan, Pekalongan, telah ditawarkan untuk dijual dengan harga Rp149 miliar. 

    Kepailitan PT Kabana Textile Industries menambah daftar panjang perusahaan tekstil di Indonesia yang mengalami kesulitan finansial. Sebelumnya, beberapa pabrik tekstil lainnya juga telah tutup atau mengurangi produksi, mengindikasikan adanya tantangan serius dalam industri tekstil nasional. 

    Kasus ini mencerminkan perlunya perhatian serius terhadap kondisi industri tekstil di Indonesia, termasuk upaya restrukturisasi dan dukungan pemerintah untuk menjaga keberlangsungan sektor ini serta melindungi lapangan pekerjaan yang terkait.

    Sebanyak 30 Perusahaan Tekstil Ambruk

    Industri tekstil di Indonesia memang tengah menghadapi krisis yang semakin dalam. Dalam dua tahun terakhir, sebanyak 30 pabrik tekstil telah menutup operasionalnya dan menyebabkan ribuan pekerja kehilangan mata pencaharian. 

    Ketua Umum Asosiasi Produsen Serat & Benang Filamen Indonesia (APSyFI) Redma Gita Wirawasta, mengungkapkan bahwa penutupan ini tidak hanya berdampak pada sektor manufaktur, tetapi juga memicu efek domino terhadap ekonomi nasional.

    Salah satu perusahaan yang mengalami penutupan adalah PT Primissima, sebuah Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Fenomena ini menunjukkan bahwa tidak hanya perusahaan swasta, tetapi juga entitas milik negara tidak mampu bertahan menghadapi tantangan industri yang semakin kompleks.

    Ov42b-30-perusahaan-tpt-yang-tutup-berhenti-produksi-sejak-triwulan-ii-2022.png 314.42 KB
    Selain itu, beberapa perusahaan besar seperti PT Sri Rejeki Isman (Sritex), PT Sejahtera Bintang Abadi Textile Tbk (SBAT), dan PT Pan Brothers Tbk saat itu juga tengah menghadapi proses hukum terkait kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU). Dan terakhir, Sritex memutuskan untuk tidak beroperasi kembali dan seluruh karyawannya di PHK.

    Dampak terbesar dari krisis ini adalah hilangnya lapangan pekerjaan bagi lebih dari 11.207 pekerja dalam industri tekstil saja. Namun, angka ini diyakini lebih besar karena beberapa perusahaan tidak mengungkapkan jumlah pekerja yang terdampak secara terbuka. 

    Secara nasional, data dari Kementerian Ketenagakerjaan (Kemenaker) RI menunjukkan bahwa sejak awal tahun hingga 15 November 2024, sekitar 64.288 tenaga kerja telah mengalami Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). Angka ini terus meningkat dibandingkan bulan sebelumnya, yang mencatat 63.947 tenaga kerja terkena PHK.

    Industri pengolahan menjadi sektor yang paling terdampak, dengan lebih dari 28.000 tenaga kerja kehilangan pekerjaan. Industri tekstil merupakan bagian besar dari sektor ini, yang selama ini dikenal sebagai industri padat karya yang menyerap banyak tenaga kerja. 

    Selain industri pengolahan, sektor jasa dan ritel juga mencatat angka PHK yang signifikan, masing-masing sebanyak 15.000 dan 8.000 tenaga kerja.

    Redma Gita Wirawasta menegaskan bahwa industri tekstil membutuhkan perhatian serius dari pemerintah. Selain menjadi sektor yang memberikan kontribusi besar terhadap ekspor dan perekonomian nasional, industri ini juga berperan penting dalam menyediakan lapangan pekerjaan bagi jutaan orang. 

    Jika tidak ada kebijakan yang mendukung keberlangsungan industri tekstil, ancaman krisis ketenagakerjaan bisa semakin memburuk.

    Beberapa faktor yang menyebabkan tekanan pada industri tekstil di Indonesia antara lain tingginya biaya produksi, persaingan dengan produk impor yang lebih murah, serta perubahan tren konsumsi akibat pertumbuhan industri e-commerce dan fast fashion global. 

    Selain itu, ketidakstabilan ekonomi global dan kebijakan perdagangan yang kurang berpihak kepada industri dalam negeri semakin memperparah kondisi ini.

    Dukungan dari pemerintah dan pemangku kepentingan lainnya menjadi sangat krusial untuk menyelamatkan industri tekstil. Beberapa langkah yang dapat dilakukan antara lain kebijakan proteksi terhadap industri dalam negeri, insentif bagi pelaku usaha tekstil, serta peningkatan daya saing melalui inovasi dan digitalisasi industri. 

    Tanpa langkah konkret, Indonesia berisiko kehilangan salah satu sektor industri yang selama ini menjadi tulang punggung perekonomian dan ketenagakerjaan nasional.

    Sejumlah TPT Terdaftar di BEI

    Meskipun tercatat ada 30 perusahaan tekstil dan produk tekstil (TPT) yang pailit dan harus memberhentikan karyawannya, namun beberapa emiten tampak masih bergerak aktif di papan Bursa Efek Indonesia. Salah satunya adalah PT Samcro Hyosung Adilestari Tbk yang berkode saham ACRO.

    pV1oB-tpt-terdaftar-di-bursa-efek-indonesia-bei- (1).png 160.67 KB
    Perusahaan ini didirikan di Jakarta pada 1989. ACRO bergerak dalam bidang industri dan perdagangan berbagai macam hook dan loop (velcro), serta magic tape dan webbing tape untuk industri pakaian, alat kesehatan, alat olah raga, alat tulis, otomotif, dan lainnya.

    Pada perdagangan bursa Jumat, 7 Maret 2025, saham ACRO diperdagangkan di harga Rp66. Harga ini mengalami kenaikan 1 poin atau 1,54 persen dari harga sebelumnya. 

    Dalam sepekan terakhir, saham ini menunjukkan tren positif dengan kenaikan 4,76 persen. Namun, jika melihat pergerakan dalam jangka waktu yang lebih panjang, saham ACRO masih mengalami tekanan yang cukup signifikan.

    Secara bulanan, saham ini telah turun sebesar 5,71 persen, sedangkan dalam tiga bulan terakhir, kinerjanya mencatat penurunan sebesar 8,33 persen. Bahkan, jika diperluas ke enam bulan terakhir, saham ini telah mengalami penurunan lebih dalam, yakni 16,46 persen.

    Tekanan terbesar terjadi dalam satu tahun terakhir, di mana saham ACRO telah mengalami penurunan hingga 43,10 persen. Padahal, dalam periode 52 minggu, saham ini sempat mencapai titik tertinggi di 141 sebelum akhirnya merosot ke level terendah di 62. 

    Performa sepanjang tahun ini juga belum membaik, dengan penurunan sebesar 39,45 persen sejak awal tahun.

    Dari sisi volume perdagangan, saham ini menunjukkan aktivitas yang cukup stabil dengan nilai transaksi mencapai Rp35,7 miliar. Harga rata-rata yang diperdagangkan berada di level 65, dengan pergerakan harian yang cukup fluktuatif antara 64 hingga 66.

    Dengan tren harga yang terus mengalami tekanan dalam jangka menengah hingga panjang, investor perlu mencermati lebih lanjut faktor-faktor yang memengaruhi pergerakan saham ACRO. 

    Meskipun dalam jangka pendek terdapat sinyal pemulihan, volatilitas masih cukup tinggi dan potensi pemulihan jangka panjang bergantung pada fundamental perusahaan serta kondisi pasar secara keseluruhan.(*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Yunila Wati

    Telah berkarier sebagai jurnalis sejak 2002 dan telah aktif menulis tentang politik, olahraga, hiburan, serta makro ekonomi. Berkarier lebih dari satu dekade di dunia jurnalistik dengan beragam media, mulai dari media umum hingga media yang mengkhususkan pada sektor perempuan, keluarga dan anak.

    Saat ini, sudah lebih dari 1000 naskah ditulis mengenai saham, emiten, dan ekonomi makro lainnya.

    Tercatat pula sebagai Wartawan Utama sejak 2022, melalui Uji Kompetensi Wartawan yang diinisiasi oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), dengan nomor 914-PWI/WU/DP/XII/2022/08/06/79