KABARBURSA.COM – Pasar bursa Asia pada Rabu, 24 Desember 2025, dibuka bervariatif. Momen Natal yang secara historis identik dengan volume tipis dan pergerakan yang cenderung mengikuti dinamika domestik, begitu terasa. Positioning pelaku pasar jangka pendek juga ikut membawa pengaruh besar.
Pasar Australia melemah. Indeks S&P/ASX 200 turun 0,33 persen dan menandai jeda setelah reli empat hari beruntun. Investor cenderung melakukan profit taking ringan menjelang penutupan pasar yang dilakukan lebih awal.
Hal yang sama terjadi pada pasar Hong Kong. Hang Seng dibuka nyaris tanpa perubahan dari penutupan sebelumnya, yaitu di 25.780. Pasar lebih memilih wait and see terhadap arah ekonomi China dan absennya dorongan eksternal yang kuat di Wall Street.
Jepang sedikit berbeda. Ada kenaikan tipis Nikkei 225 sebesar 0,14 persen, sementara indeks Topix stagnan. Investor domestik sepertinya menahan diri setelah reli sebelumnya, sambil mencermati nikai tukar yen serta ekspektasi kebijakan Bank of Japan.
Sedang pasar Korea Selatan lebih volatile. Kospi menguat 0,2 persen sementara Kosdaq melemah di besaran yang sama. Investor cenderung kembali ke saham berkapitalisasi besar yang dianggap leboh defensif. Juga, mengurangi eksposur pada saham growth dan small cap yang volatilitasnya lebih tinggi dalam kondisi pasar yang sepi.
Kondisi China daratan sideways, indeks relatif tidak bergerak. Shanghai Composite hanya turun sekitar 1 poin. Pasar masih menunggu arah kebijakan lanjutan dari otoritas ekonomi. Minimnya reaksi ini disebabkan adanya kejutan data makro.
Di Indonesia, IHSG dibuka menguat ke level 8.601,85 dengan sektor industri dan infrastruktur yang menjadi penopang.
Analis Indo Premier mencatat bahwa IHSG telah menguat sebesar 21 persen secara year to date. Ini adalah performa terbaik IHSG dalam satu dekade terakhir. Reli terutama ditopang saham-saham konglomerasi dan komoditas, terutama emas dan CPO.
Sedangkan sektor perbankan, yang selama ini menjadi motor utama indeks, justru tertinggal. Kenaikan IHSG tahun ini lebih bersifat selektif dan tidak sepenuhnya berbasis broad-based rally.
Jadi, jelang libur Natal tahun ini, volatilitas di pasar Asia diperkirakan melambat seiring berkurangnya partisipasi pelaku pasar institusional. Meski demikian, kondisi likuiditas yang tipis ini membuka ruang terjadinya window dressing di penghujung tahun, terutama pada saham-sahan dengan bobot besar atau emiten yang menunjukkan kinerja relatif baik.
Saat ini, pasar berada dalam fase rapuh namun oportunistik, di mana pergerakan kecil bisa berdampak signifikan. Sementara, arah tren jangka pendek sangat ditentukan oleh positioning akhir tahun, bukan oleh perubahan fundamental yang besar.(*)