Logo
>

Pasar Saham Eropa Melemah usai Ramai-Ramai Ambil Untung

Investor Eropa menyikapi kabar tarif global dengan tingkat skeptisisme yang lebih tinggi, sehingga tidak terlalu agresif merespons euforia yang sempat terjadi.

Ditulis oleh Yunila Wati
Pasar Saham Eropa Melemah usai Ramai-Ramai Ambil Untung
Ilustrasi pasar saham Eropa.

KABARBURSA.COM - Setelah empat hari reli beruntun, pasar saham Eropa akhirnya mencatat penurunan moderat pada perdagangan Rabu, 14 Mei 2025. 

Indeks STOXX 600, yang mencerminkan kinerja saham-saham unggulan di kawasan tersebut, ditutup melemah 0,24 persen ke posisi 543,88. Ini menjadi koreksi pertama dalam lima sesi terakhir, menyusul aksi ambil untung dan munculnya kembali kekhawatiran atas prospek pertumbuhan korporasi.

Koreksi ini datang tak lama setelah serangkaian sentimen positif mendominasi pasar. Dorongan utama datang dari pengumuman kesepakatan dagang antara Amerika Serikat dan Inggris, serta kesepakatan gencatan tarif selama 90 hari antara Washington dan Beijing. Kedua peristiwa tersebut telah memicu optimisme pelaku pasar bahwa tekanan dari konflik dagang global mulai mereda.

Namun, analis pasar menilai pelaku pasar Eropa cenderung lebih hati-hati dibandingkan investor di Wall Street. 

“Ini adalah aksi ambil untung yang wajar,” kata Steve Sosnick, Kepala Analis di Interactive Brokers. 

Sosnick menambahkan, investor Eropa menyikapi kabar tarif global dengan tingkat skeptisisme yang lebih tinggi, sehingga tidak terlalu agresif merespons euforia yang sempat terjadi.

Meski mengalami koreksi, posisi indeks STOXX 600 masih jauh di atas level terendah April lalu, saat Presiden AS Donald Trump menetapkan tarif universal yang sempat mengguncang pasar global. Bahkan, Goldman Sachs baru-baru ini menaikkan proyeksi 12 bulan untuk STOXX 600 dari 520 menjadi 570, menyusul meredanya tensi dagang AS-China.

Tekanan terbesar pada perdagangan Rabu berasal dari sektor kesehatan, yang turun 1,5 persen. Saham Alcon anjlok tajam usai merilis laporan keuangan kuartalan yang meleset dari ekspektasi, dan sekaligus merevisi proyeksi kinerja untuk 2025 akibat pengaruh tarif dari Amerika Serikat. Ini menjadi penurunan harian terbesar perusahaan sejak Maret 2020.

Sektor industri juga tak lepas dari tekanan. Alstom, produsen kereta api asal Prancis, menjadi saham dengan kinerja terburuk hari itu, merosot lebih dari 17 persen setelah menyampaikan panduan bisnis yang dianggap mengecewakan oleh investor. 

Di sektor pariwisata, TUI juga tertekan dengan penurunan hampir 11 persen akibat melemahnya pemesanan untuk musim panas.

Imperial Brands juga mencatat pelemahan signifikan sebesar 7,3 persen setelah mengumumkan rencana pengunduran diri CEO Stefan Bomhard. Hal ini menambah tekanan pada sektor konsumer non-primer.

Namun tidak semua kabar dari lantai bursa bernada negatif. Saham Burberry justru melonjak 17 persen setelah perusahaan fesyen mewah itu membukukan laba tahunan di atas ekspektasi pasar. Burberry juga mengumumkan langkah efisiensi besar-besaran, termasuk rencana pemangkasan 1.700 tenaga kerja. 

FLSmidth, perusahaan teknologi industri asal Denmark, ikut menguat 11,6 persen setelah mencatat kinerja kuartalan yang solid dan mengonfirmasi rencana divestasi bisnis semen kepada Pacific Avenue Capital Partners.

Bursa-bursa utama Eropa lainnya juga bergerak melemah. Indeks DAX Jerman turun 0,47 persen ke level 23.527, FTSE 100 Inggris terkoreksi 0,21 persen ke 8.585, dan CAC 40 Prancis menyusut 0,47 persen ke 7.836.

Dengan musim laporan keuangan yang masih berlangsung, pelaku pasar kini menanti petunjuk lebih lanjut tentang bagaimana korporasi Eropa akan menyikapi tekanan ekonomi yang masih belum sepenuhnya mereda. 

Fokus juga tertuju pada rilis data makro pekan ini, termasuk angka pertumbuhan ekonomi dan ketenagakerjaan dari kawasan euro yang akan menjadi penentu arah pergerakan pasar selanjutnya.

Wall Street Kurang Bergairah

Pasar saham Amerika Serikat atau Wall Street bergerak lesu pada penutupan Rabu (waktu setempat), atau Kamis dinihari WIB, 15 Mei 2025.

Indeks S&P 500 mencatat kenaikan tipis setelah sepanjang hari bergerak naik turun. Minimnya rilis data ekonomi membuat investor menahan langkah, sambil menanti sinyal baru dari kebijakan perdagangan dan arah suku bunga.

Kondisi pasar pekan ini sebenarnya dibuka dengan nada optimis. Ada dua faktor besar mendorong reli di awal pekan, yaitu meredanya tensi dagang antara Amerika Serikat dan China, serta rilis data inflasi konsumen yang menunjukkan kenaikan moderat di bulan April. 

Nvidia memimpin kenaikan di indeks S&P 500, naik lebih dari 4 persen, sementara Advanced Micro Devices (AMD) menguat hampir 5 persen setelah menyetujui program pembelian kembali saham senilai 6 miliar dolar. 

Saham Boeing pun ikut terangkat usai Qatar Airways meneken kesepakatan pembelian pesawat dalam rangkaian kunjungan Trump ke Doha.

Namun tak semua sektor ikut bergembira. Saham perusahaan farmasi seperti Merck dan Amgen anjlok masing-masing 4 persen dan 3 persen, menyeret sektor kesehatan menjadi yang terlemah hari itu. Sektor material juga mencatat pelemahan, sementara sektor komunikasi dan teknologi berhasil menutup hari di zona hijau.

Secara keseluruhan, Dow Jones Industrial Average turun 89 poin atau 0,21 persen ke level 42.051. S&P 500 naik tipis 6 poin atau 0,10 persen menjadi 5.892, memperpanjang tren positifnya selama enam hari beruntun. 

Sementara itu, Nasdaq Composite melonjak lebih dari 136 poin atau 0,72 persen ke 19.146, didorong oleh saham-saham berkapitalisasi besar.(*)

Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

Gabung Sekarang

Jurnalis

Yunila Wati

Telah berkarier sebagai jurnalis sejak 2002 dan telah aktif menulis tentang politik, olahraga, hiburan, serta makro ekonomi. Berkarier lebih dari satu dekade di dunia jurnalistik dengan beragam media, mulai dari media umum hingga media yang mengkhususkan pada sektor perempuan, keluarga dan anak.

Saat ini, sudah lebih dari 1000 naskah ditulis mengenai saham, emiten, dan ekonomi makro lainnya.

Tercatat pula sebagai Wartawan Utama sejak 2022, melalui Uji Kompetensi Wartawan yang diinisiasi oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), dengan nomor 914-PWI/WU/DP/XII/2022/08/06/79