KABARBURSA.COM - Pasar saham Eropa mencatat reli kuat pada perdagangan Kamis dini hari WIB, 10 Juli 2025. Reli ini membawa indeks utama benua biru ke level tertinggi dalam empat pekan terakhir.
Sektor perbankan menjadi motor utama penguatan, sementara investor mencermati potensi kemajuan dalam negosiasi perdagangan antara Uni Eropa dan Amerika Serikat.
Indeks STOXX 600, yang mewakili pergerakan saham-saham di seluruh Eropa, ditutup naik 0,78 persen ke posisi 549,96. Ini merupakan level tertinggi sejak 12 Juni.
Bursa di Jerman, Prancis, dan Inggris juga menghijau, dengan indeks DAX Frankfurt naik 1,42 persen, CAC 40 Paris menguat 1,44 persen, dan FTSE 100 London menguat tipis 0,15 persen.
Italia mencuri perhatian lewat lonjakan indeks FTSE MIB sebesar 1,59 persen, menembus level 40.800 untuk pertama kalinya sejak 2007. Saham-saham bank mendominasi pergerakan, dipimpin oleh UniCredit yang melesat 4,6 persen ke level tertinggi dalam lebih dari satu dekade.
Meski kembali mendapat tentangan dari regulator Jerman terkait rencana akuisisi Commerzbank, pasar tetap menyambut positif manuver agresif bank terbesar Italia itu.
Sektor perbankan zona euro secara keseluruhan menguat 2,7 persen, angka tertinggi sejak 2010. Saham Societe Generale dari Prancis naik 4 persen, menambah dorongan pada reli sektor finansial.
Sektor pertahanan juga turut menopang pasar. Indeks saham perusahaan pertahanan Eropa naik 1,4 persen dan mencetak rekor tertinggi baru.
Kenaikan ini ditopang saham Renk, kontraktor pertahanan asal Jerman, yang melonjak 5 persen setelah laporan menyebutkan perusahaan tengah mempertimbangkan untuk menjual sebagian unit bisnis sipilnya.
Deadline Tarif Trump Bikin Khawatir Pelaku Pasar
Di sisi geopolitik, pelaku pasar terus memantau perkembangan hubungan dagang lintas Atlantik. Komisi Eropa mengungkapkan bahwa perundingan dengan Amerika Serikat mengenai kerangka perjanjian perdagangan bisa mencapai titik terang dalam beberapa hari ke depan.
Sementara itu, Presiden AS Donald Trump mengatakan hanya tinggal dua hari lagi untuk mengirimkan surat yang menjelaskan tarif baru bagi produk ekspor Uni Eropa.
Pernyataan itu sempat memicu kekhawatiran, namun sebagian analis melihatnya sebagai bagian dari taktik negosiasi.
“Selama kedua pihak masih berbicara, itu menunjukkan niat untuk menemukan kesepakatan,” kata Chief Investment Officer HSBC Global Private Banking Georgios Leontaris.
Ia menambahkan, pasar akan menunggu perkembangan selanjutnya untuk melihat seberapa besar peluang kompromi yang bisa tercapai.
Pemerintah AS sendiri telah memperpanjang tenggat waktu kesepakatan dagang hingga 1 Agustus, memberi sinyal bahwa ruang negosiasi masih terbuka.
Meski demikian, Trump menegaskan bahwa perpanjangan lebih lanjut tidak akan diberikan, menempatkan tekanan baru pada para diplomat Uni Eropa.
Pergerakan Saham Sangat Bervariasi
Di sektor lain, dampak negatif mulai terasa pada saham-saham farmasi setelah Trump kembali menggulirkan rencana tarif tinggi untuk produk semikonduktor dan farmasi.
Zealand Pharma anjlok 2,7 persen, sedangkan Novo Nordisk melemah 1,5 persen. Aksi jual ini menandakan sensitivitas pasar terhadap ancaman proteksionisme yang belum reda.
Sementara itu, saham grup iklan WPP ambles 18,8 persen, penurunan harian terbesar di STOXX 600—setelah perusahaan memangkas proyeksi laba.
Rivalnya asal Prancis, Publicis, ikut turun 1,8 persen. Di sektor industri, saham Kongsberg asal Norwegia jatuh 12 persen karena laporan keuangannya dinilai lemah oleh analis.
Namun tidak semua kabar buruk. Saham EssilorLuxottica, produsen kacamata dan lensa ternama, melesat 5,6 persen setelah laporan menyebutkan Meta Platforms, perusahaan induk Facebook, telah membeli hampir 3 persen sahamnya.
Akuisisi ini dinilai sebagai langkah strategis Meta dalam memperkuat pijakan di sektor perangkat wearable.
Secara keseluruhan, sentimen investor di Eropa terangkat oleh kombinasi sektor finansial yang solid, prospek damai dagang, dan spekulasi strategis korporasi.
Namun pasar tetap mewaspadai dinamika dari Washington, di mana kebijakan perdagangan masih dapat berubah cepat, dan potensi tarif tambahan tetap menjadi sumber ketidakpastian dalam beberapa pekan ke depan.(*)