KABARBURSA.COM – Pasar saham di kawasan Asia pada perdagangan Kamis, 18 Desember 2025, dibuka dengan berada di zona merah. Kabar dari Venezuela dan saham teknologi, menekan pergerakan.
Arah pasar Asia pagi ini tidak bisa dilepaskan dari penutupan Wall Street sebelumnya. Investor masih berada dalam fase mengurangi eksposur pada saham teknologi setelah reli panjang yang dinilai terlalu mahal.
Rotasi ini bersifat struktural, bukan sekadar koreksi harian, sehingga efeknya cepat menjalar ke pasar Asia yang selama ini sensitif terhadap pergerakan Nasdaq dan sentimen sektor teknologi global.
Tekanan terberat datang dari kabar Venezuela. Pasar menanti pidato Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang dijadwalkan hari ini, dengan ekspektasi akan menyinggung kebijakan keras Washington terhadap Venezuela.
Penetapan pemerintah Venezuela sebagai rezim “teroris” serta perintah blokade kapal tanker minyak yang terkena sanksi, meningkatkan ketidakpastian geopolitik global. Bagi pasar Asia, narasi ini berpotensi memicu volatilitas lanjutan, terutama pada aset berisiko, karena investor cenderung menahan posisi menjelang kejelasan arah kebijakan AS.
Dari sisi moneter, perhatian tertuju ke Jepang. Bank of Japan memulai rapat dua hari yang diperkirakan akan berujung pada kenaikan suku bunga ke level 0,75 persen pada Jumat besok. Ekspektasi ini langsung menekan pasar saham Jepang.
Nikkei 225 dibuka anjlok hingga 1,53 persen dan kemudian masih bertahan turun 0,99 persen ke level 49.020,85, sementara Topix melemah 0,57 persen. Kenaikan suku bunga BOJ dipersepsikan pasar sebagai potensi pengetatan likuiditas setelah era panjang kebijakan ultra-longgar. Reaksinya, aksi jual begitu deras, terutama pada saham-saham yang berorientasi ekspor dan berisiko tinggi.
Kospi hingga ASX 200 Terimbas Tekanan
Tekanan serupa terlihat di Korea Selatan. Kospi dibuka jatuh 1,36 persen dan masih melemah 0,95 persen ke 4.017,92, sementara Kosdaq turun lebih dari 1 persen.
Di Australia, tekanan relatif lebih terbatas, namun tetap berada di zona merah. ASX 200 turun 0,3 persen saat pembukaan dan masih melemah 0,17 persen ke level 8.571. Investor mengambil sikap wait and see investor, dan pasar Australia cenderung lebih defensif berkat dukungan sektor komoditas.
Secara keseluruhan, pembukaan bursa Asia pagi ini mencerminkan kombinasi tekanan global yang cukup kompleks. Rotasi keluar dari saham teknologi, ketidakpastian geopolitik akibat kebijakan AS terhadap Venezuela, serta ekspektasi pengetatan moneter di Jepang menjadi tiga faktor utama yang menekan pasar.
Selama sentimen Wall Street belum stabil dan agenda besar global belum terlewati, bursa Asia berpotensi tetap bergerak di bawah tekanan dengan volatilitas yang cenderung tinggi dan arah yang masih defensif.(*)