KABARBURSA.COM - Pembenahan sektor logistik dari segi kebijakan dan regulasi menjadi salah satu prioritas pemerintahan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka. Sektor logistik yang kuat akan turut berperan dalam meningkatkan daya saing industri nasional.
Hal tersebut disampaikan oleh Wakil Menteri Perindustrian (Wamenperin) Faisol Riza ketika menerima kunjungan dari FedEx Express Indonesia di Kantor Kementerian Perindustrian (Kemenperin), dikutip Sabtu, 11 Januari 2025.
Menurut Wamen Faisol, kendala geografis masih menjadi tantangan utama industri logistik di Indonesia. Hal tersebut berpengaruh pada struktur biaya logistik yang ditanggung oleh para pelaku usaha maupun konsumen.
"Karena itu, pemerintah terus mempercepat pembangunan infrastruktur transportasi, mulai dari jalan tol, pelabuhan, stasiun kereta api, dan bandara untuk mendukung konektivitas, terutama di wilayah Indonesia timur dan daerah 3T," kata Wamenperin.
Upaya pemerintah ini, lanjut Wamenperin, juga harus didukung oleh pelaku industri logistik dengan meningkatkan kapasitas dan menambah jumlah gudang di berbagai daerah. Dengan demikian, proses distribusi barang dari dalam ke luar negeri serta sebaliknya menjadi lebih cepat, lebih efisien, dan menekan biaya operasional.
"Peningkatan kapasitas ini juga sebenarnya menjadi kunci untuk menciptakan lapangan kerja yang lebih luas untuk mendorong pertumbuhan ekonomi nasional. FedEx juga bisa mengambil peran untuk melakukan transfer knowledge kepada SDM kami terkait digitalisasi maupun penerapan kecerdasan buatan, terutama di bidang logistik," ujar Wamen Faisol.
Wamenperin menambahkan bahwa pemerintah pada prinsipnya siap mendengarkan kendala yang dihadapi oleh industri logistik di lapangan, guna menciptakan sistem logistik yang kompetitif di tengah tantangan perekonomian global.
"Masukan dari pelaku bisnis tentunya penting dalam memperkuat dukungan regulasi maupun kebijakan terhadap best practices pada industri logistik, yang dalam jangka panjang menjadi kunci apabila ingin menjadikan Indonesia sebagai pusat ekonomi di kawasan regional," ujar Wamen Faisol.
Sementara itu, Managing Director FedEx Express Indonesia, Garrick Thompson mengatakan, pihaknya berharap terus bermitra dengan pemerintah di sektor logistik. FedEx Express Indonesia juga berkomitmen untuk meningkatkan investasi di tengah dukungan positif dari pemerintah.
"Kami melihat ada banyak kesempatan di Indonesia, tidak hanya untuk menambah investasi, namun juga meningkatkan kapasitas sumber daya manusia di industri ini, serta mendukung pengembangan industri lokal dalam memanfaatkan peluang pasar internasional," kata Garrick.
Pertemuan antara Wamenperin dengan perwakilan FedEx Express Indonesia juga didampingi oleh Syahroni Ahmad selaku Direktur Akses Sumber Daya Industri dan Promosi Internasional, dan Tri Supondy selaku Direktur Akses Industri Internasional Kemenperin.
Ancaman Ekonomi di Sektor Logistik
Angka kecelakaan truk barang terus mencuat, dengan sektor ini menduduki peringkat kedua dalam daftar kecelakaan lalu lintas. Kondisi ini diperburuk dengan penghasilan rata-rata pengemudi yang masih jauh di bawah upah minimum regional.
Ketidakpedulian pemerintah terhadap kesejahteraan pengemudi bisa menjadi bom waktu yang merugikan seluruh lapisan masyarakat. Di tengah fenomena ini, banyak pengemudi yang beralih profesi, mengakibatkan penurunan jumlah pengemudi.
“Sementara itu, pejabat negara masih terkesan acuh terhadap kompetensi dan kesejahteraan para pengemudi angkutan umum,” kata Wakil Ketua Pemberdayaan dan Pengembangan Wilayah Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Pusat dalam keterangan di Jakarta, Minggu 29 Desember 2024.
Ada tiga masalah mendasar terkait keselamatan truk dan bus, yaitu: pertama, belum ada kewajiban perawatan komponen keselamatan, seperti sistem rem yang harus diperbaharui setiap tiga tahun, seperti halnya pada moda transportasi lainnya.
Kedua, tidak ada batasan tegas mengenai jam kerja dan waktu istirahat pengemudi, seperti yang berlaku untuk masinis atau pilot. Ketiga, tidak ada standar kesehatan fisik dan mental yang berlaku bagi pengemudi, padahal hal ini sangat penting untuk keselamatan perjalanan.
Sejumlah masalah krusial terkait pengemudi angkutan umum di Indonesia telah teridentifikasi. Penurunan jumlah pengemudi bus dan truk di Indonesia sudah memasuki level kritis, di mana rasio pengemudi dan kendaraan yang beroperasi sudah berada dalam zona berbahaya.
Kondisi ini membuka peluang bagi pengemudi bus untuk mengendarai truk, atau sebaliknya, tanpa mempertimbangkan perbedaan keahlian yang diperlukan. Rendahnya keterampilan pengemudi dalam mengoperasikan kendaraan dan memanfaatkan teknologi pada bus dan truk, serta ketidakmampuan mereka mendeteksi kerusakan kendaraan secara dini, merupakan faktor penyebab utama kecelakaan.
Selain itu, KNKT juga mengungkapkan bahwa mekanisme pengambilan Surat Izin Mengemudi (SIM) B1/B2 dan pelatihan defensive driving training (DDT) yang selama ini dianggap sebagai persyaratan, ternyata tidak mampu menangkap masalah mendasar mengenai kompetensi pengemudi.
Sebagai pengemudi, bukan hanya keterampilan berkendara yang penting, tetapi juga pemahaman mendalam tentang keselamatan. Dengan demikian, pengemudi akan lebih percaya diri dan tanggap dalam menghadapi situasi di jalan. Namun, waktu kerja, waktu istirahat, dan tempat beristirahat bagi pengemudi bus dan truk di Indonesia masih sangat buruk. Tanpa regulasi yang jelas, pengemudi berisiko tinggi mengalami kelelahan, yang dapat berujung pada micro sleep. (*)