KABARBURSA.COM - Pemerintah memastikan pencairan gaji ke-13 untuk Aparatur Sipil Negara (ASN) dan pensiunan akan dimulai pada awal Juni 2025.
Seperti tahun-tahun sebelumnya, kebijakan ini dirancang untuk meringankan beban pengeluaran menjelang tahun ajaran baru, khususnya bagi ASN yang memiliki tanggungan anak sekolah.
Untuk pensiunan PNS, gaji ke-13 dijadwalkan mulai masuk ke rekening pada 2 Juni 2025. Sementara itu, bagi ASN aktif, proses pencairan dilakukan secara bertahap sepanjang bulan Juni, dan ditargetkan rampung paling lambat pada Juli.
Komponen gaji ke-13 tahun ini mencakup sejumlah elemen penting. Bagi ASN aktif, yang diterima bukan hanya gaji pokok, tapi juga tunjangan melekat seperti tunjangan keluarga, jabatan atau tunjangan umum, serta tunjangan pangan.
Yang menjadi perhatian adalah komponen tunjangan kinerja (Tukin) yang akan dibayarkan 100 persen bagi ASN di instansi pusat. Sementara, untuk ASN daerah disesuaikan dengan kapasitas fiskal masing-masing pemerintah daerah.
Bagi pensiunan PNS, gaji ke-13 terdiri dari pensiun pokok, tunjangan keluarga, dan tunjangan pangan. Sementara itu, bagi sebagian ASN aktif tertentu juga akan ada tambahan penghasilan.
Konsumsi Rumah Tangga Penyumbang PDB Terbesar
Pada kuartal I-2025, data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa konsumsi rumah tangga tetap menjadi penyumbang terbesar terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia, dengan kontribusi mencapai 54,53 persen.
Meskipun demikian, pertumbuhan konsumsi cenderung melambat. Dibandingkan periode yang sama tahun lalu, pertumbuhannya hanya 4,89 persen secara tahunan (year-on-year), jauh lebih landai dari ekspektasi.
Kendati konsumsi rumah tangga melambat, bukan berarti suntikan seperti gaji ke-13 kehilangan pengaruhnya. Tahun-tahun sebelumnya, misalnya pada kuartal II 2023, pertumbuhan konsumsi sempat menanjak ke level 5,17 persen saat pemerintah mencairkan THR dan gaji ke-13 secara berdekatan.
Pendorong utama saat itu datang dari belanja masyarakat di sektor makanan-minuman, pakaian, transportasi, hingga rekreasi.
Dari sini, sektor yang paling diuntungkan biasanya adalah ritel dan barang konsumsi harian. Emiten seperti Alfamart (AMRT), Indomaret, hingga perusahaan makanan dan minuman seperti Indofood (ICBP, INDF), Mayora (MYOR), dan Unilever (UNVR) kerap mengalami peningkatan penjualan di masa-masa pencairan gaji ke-13.
Bukan hanya dari sisi konsumsi, investor pun tak luput mencermati momen ini. Dalam banyak kasus, saham-saham konsumer menunjukkan kinerja teknikal yang lebih solid di kuartal II dan awal kuartal III, sebuah pola musiman yang tidak bisa diabaikan begitu saja.
Saham Ritel dan Konsumer Siap Tancap Gas?
Momen pencairan gaji ke-13 bagi ASN dan pensiunan, yang dijadwalkan mulai awal Juni 2025, kembali menjadi titik perhatian pasar. Tak hanya sebagai dorongan daya beli masyarakat, tetapi juga sebagai katalis musiman yang kerap memberi sentimen positif bagi saham-saham di sektor konsumsi, ritel, hingga makanan dan minuman (F&B).
Sejumlah emiten seperti Ace Hardware (ACES), Alfamart (AMRT), Mitra Adiperkasa (MAPI), dan Ramayana (RALS) selama ini menjadi langganan sorotan ketika siklus konsumsi naik di tengah pencairan tunjangan tahunan.
Kinerja saham-saham tersebut pada kuartal pertama 2025 memberikan gambaran awal yang cukup beragam.
ACES, misalnya, tampil cukup solid sepanjang tahun lalu dengan kenaikan harga saham lebih dari 11 persen. Di awal 2025, sentimen investor tetap positif, terlebih dengan potensi peningkatan belanja domestik.
Sementara itu, AMRT masih dalam tren fluktuatif setelah sempat turun 3 persen sepanjang 2024. Namun, dari sisi pendapatan, perusahaan mencatatkan pertumbuhan tahunan dua digit yang cukup menjanjikan.
Di sisi lain, MAPI dan RALS menghadapi tekanan cukup besar. MAPI tercatat anjlok hampir 29 persen sepanjang tahun lalu, sementara RALS bahkan tertekan lebih dalam hingga 31 persen. Meski demikian, keduanya dipandang masih punya ruang untuk rebound, terutama jika momentum konsumsi kuartal dua berjalan sesuai harapan.
Saham-saham consumer goods seperti Indofood CBP (ICBP) dan Mayora (MYOR) juga masuk radar investor. ICBP, yang dikenal stabil, punya potensi upside hingga 26 persen dari target analis, didukung oleh Price to Earnings Ratio (PER) sekitar 16 kali.
MYOR pun tak kalah menarik, dengan valuasi yang relatif premium namun didukung oleh Return on Equity (ROE) yang menyentuh angka 21 persen.
Sementara itu, emiten rokok seperti Gudang Garam (GGRM) dan HM Sampoerna (HMSP), serta pemain e-commerce seperti Bukalapak (BUKA) dan Blibli (BELI), belum banyak menampilkan data signifikan sepanjang kuartal pertama 2025.
Namun, keberadaan mereka tetap patut dipantau, terutama bila terjadi lonjakan belanja digital akibat efek gaji ke-13.
Khusus sektor pembiayaan konsumen seperti BFI Finance (BFIN), kinerja saham masih cenderung stabil, menunggu sinyal lanjutan dari pergerakan permintaan kredit konsumen.
Secara keseluruhan, pasar menanti apakah gaji ke-13 tahun ini mampu menjadi pemantik reli musiman seperti di tahun-tahun sebelumnya.
Jika sejarah berulang, emiten ritel dan konsumsi ini akan kembali unjuk gigi dalam beberapa pekan ke depan. Namun perlu diingat, tidak semua saham akan bergerak seragam. Seleksi berbasis fundamental tetap menjadi kunci.(*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.