Logo
>

Pengamat: Gencatan Senjata Israel-Lebanon Sentimen Positif Pasar Global

Ditulis oleh Hutama Prayoga
Pengamat: Gencatan Senjata Israel-Lebanon Sentimen Positif Pasar Global

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Pasar global dinilai akan terkena sentimen positif dari rencana gencatan senjata yang dilakukan antara Israel dan Lebanon.

    Seperti diketahui, kabinet keamanan Israel telah menyetujui kesepakatan gencatan senjata yang akan mulai berlaku pada Rabu, 27 November 2024, waktu setempat. Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, menegaskan kesiapan untuk melaksanakan kesepakatan tersebut dan memperingatkan akan merespons keras setiap pelanggaran oleh Hizbullah.

    Menanggapi ini, pengamat pasar modal Wahyu Laksono, mengatakan gencatan senjata yang dilakukan dua negara tersebut bisa menjadi angin segar bagi pasar secara global.

    "Ini (gencatan senjata Israel dan Lebanon) sebenarnya sentimen positif untuk perkembangan pasar secara global," kata Wahyu kepada Kabarbursa.com, Rabu, 27 November 2024.

    Selain kabar geopolitik dari Timur Tengah tersebut, Wahyu memandang penguatan Wall Street akhir-akhir ini juga bisa menjadi katalis positif bagi pasar.

    Sebagaimana diketahui, Wall Street mencapai rekor tertinggi pada Selasa, 26 November 2024, waktu setempat, meski isu tarif baru yang digagas Donald Trump memicu reaksi terbatas di pasar saham.

    Dilansir dari Apnews, indeks S&P 500 melonjak 0,6 persen, melampaui rekor sebelumnya yang tercipta dua pekan lalu.

    Akan tetapi, di tengah gencatan senjata, harga minyak dunia kembali melemah pada Selasa, 26 November 2024. Pelemahan ini sudah terjadi selama dua hari berturut-turut.

    Harga minyak Brent turun 20 sen atau 0,27 persen menjadi USD72,81 per barel. Sementara itu, minyak West Texas Intermediate (WTI) Amerika Serikat melemah 17 sen atau 0,25 persen ke USD68,77 per barel, menurut laporan Reuters.

    Sehari sebelumnya, harga minyak jatuh lebih dari USD2 setelah muncul laporan mengenai kesepakatan gencatan senjata antara Israel dan Lebanon dalam konflik Israel-Hizbullah.

    “Gencatan senjata ini dapat menekan harga minyak mentah, terutama jika pemerintah Amerika Serikat mempertimbangkan untuk melonggarkan sanksi terhadap minyak Iran, pendukung utama Hizbullah,” ujar Alex Hodes, analis dari StoneX.

    Harga minyak sempat naik lebih dari USD1 per barel pada sesi perdagangan sebelumnya sebelum kembali melemah. Lonjakan tersebut bertepatan dengan kabar mengenai pembahasan kebijakan OPEC+.

    Kelompok OPEC+ tengah mempertimbangkan untuk menunda rencana peningkatan produksi minyak yang dijadwalkan mulai Januari. Dua sumber dari kelompok produsen minyak ini mengatakan keputusan akan diambil dalam pertemuan hari Minggu mendatang untuk menentukan kebijakan awal 2025.

    OPEC+ yang menyumbang sekitar setengah dari produksi minyak dunia, sebelumnya berencana untuk mengurangi pemotongan produksi secara bertahap pada 2024 dan 2025. Namun, permintaan yang melemah di China dan pasar global, ditambah peningkatan produksi dari luar kelompok tersebut, menghambat rencana tersebut.

    Damai yang Rapuh di Perbatasan Israel-Lebanon

    Sebelumnya diberitakan, Israel dan Hizbullah di Lebanon akan memulai gencatan senjata pada Rabu, 27 November 2024, setelah kesepakatan yang dimediasi Amerika Serikat dan Prancis diterima oleh kedua belah pihak.

    Dilansir dari Reuters, Presiden Amerika Serikat Joe Biden mengumumkan kesepakatan ini pada Selasa, 26 November 2024, dan menyebutnya sebagai langkah untuk mengakhiri konflik yang telah menewaskan ribuan orang sejak perang Gaza tahun lalu meluas ke perbatasan Israel-Lebanon.

    Biden, yang berbicara dari Gedung Putih tak lama setelah kabinet keamanan Israel menyetujui kesepakatan tersebut dengan suara 10-1, mengatakan ia telah berdiskusi dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan Perdana Menteri Lebanon Najib Mikati. Gencatan senjata akan berlaku mulai pukul 4 pagi waktu setempat (0200 GMT).

    “Kesepakatan ini dirancang untuk menjadi penghentian permanen permusuhan. Hizbullah dan organisasi teroris lainnya tidak akan dibiarkan mengancam keamanan Israel lagi,” kata Biden.

    Israel akan menarik pasukannya secara bertahap dalam 60 hari mendatang, sementara tentara Lebanon mengambil alih wilayah di dekat perbatasan untuk memastikan Hizbullah tidak membangun kembali infrastrukturnya, jelas Biden.

    “Warga sipil di kedua sisi segera dapat kembali dengan aman ke komunitas mereka,” tambahnya.

    Menteri Luar Negeri Lebanon Abdallah Bou Habib menyatakan tentara Lebanon akan menyiapkan 5.000 pasukan untuk dikerahkan di wilayah selatan ketika Israel menarik diri.

    Sementara itu, Netanyahu menyatakan siap melaksanakan kesepakatan gencatan senjata namun memperingatkan akan merespons keras jika Hizbullah melanggar perjanjian tersebut. Ia juga menegaskan Israel tetap memiliki kebebasan penuh dalam aksi militer.

    “Kesepakatan ini memungkinkan kami untuk fokus pada ancaman Iran, memperkuat kembali persediaan senjata, memberi waktu istirahat pada pasukan, dan mengisolasi Hamas,” ujar Netanyahu.

    Ia menambahkan bahwa Hizbullah, yang didukung Iran, kini jauh lebih lemah dibandingkan awal konflik.

    “Kami telah memundurkan mereka beberapa dekade, menghancurkan sebagian besar roket dan misil mereka, melumpuhkan ribuan pejuang, dan menghancurkan infrastruktur teror di dekat perbatasan,” kata Netanyahu.

    Kesepakatan ini juga mendapat sambutan dari Koordinator Khusus PBB untuk Lebanon, Jeanine Hennis-Plasschaert, yang memuji keberanian kedua pihak untuk menutup babak konflik yang menghancurkan. Ia mendesak implementasi konkret untuk memperkuat pencapaian ini.

    Namun, gencatan senjata di Lebanon tidak menunjukkan tanda-tanda mempercepat upaya penghentian perang di Gaza, di mana Israel masih berperang dengan Hamas.(*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Hutama Prayoga

    Hutama Prayoga telah meniti karier di dunia jurnalistik sejak 2019. Pada 2024, pria yang akrab disapa Yoga ini mulai fokus di desk ekonomi dan kini bertanggung jawab dalam peliputan berita seputar pasar modal.

    Sebagai jurnalis, Yoga berkomitmen untuk menyajikan berita akurat, berimbang, dan berbasis data yang dihimpun dengan cermat. Prinsip jurnalistik yang dipegang memastikan bahwa setiap informasi yang disajikan tidak hanya faktual tetapi juga relevan bagi pembaca.