Logo
>

Penjualan Nikel Harum Energy Naik Sebesar 63,1 Persen

Ditulis oleh KabarBursa.com
Penjualan Nikel Harum Energy Naik Sebesar 63,1 Persen

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - PT Harum Energy Tbk (HRUM), perusahaan batubara milik Kiki Barki yang sedang beralih ke nikel, melaporkan kenaikan volume penjualan nikel sebesar 63,1 persen dibandingkan kuartal sebelumnya, mencapai 13.874 ton pada kuartal II-2024.

    Pertumbuhan tersebut terutama dipicu oleh kontribusi besar dari PT Westrong Metal Industry (WMI) yang menyuplai 8.365 ton. Dengan demikian, Harum Energy mencatatkan pendapatan nikel yang kuat sebesar USD285,1 juta.

    "Di sisi lain, kenaikan harga nikel acuan di London Metal Exchange (LME) menunjukkan harga jual rata-rata (average selling price/ASP) yang lebih tinggi, yakni USD13.537 per ton," ungkap analis Samuel Sekuritas, Farras Farhan, Minggu, 11 Agustus 2024.

    Namun, menurut Samuel, laba Harum Energy pada semester I-2024 masih di bawah ekspektasi karena penurunan ASP batu bara menjadi USD94,5/ton dan penyesuaian satu kali (one off) dari perubahan nilai wajar WMI sebesar USD30,8 juta.

    Sedangkan peningkatan kontribusi dari nikel, yang menghasilkan margin lebih rendah dibandingkan unit bisnis batu bara, mengakibatkan margin emiten berkode saham HRUM tersebut lebih rendah secara keseluruhan.

    Pelemahan harga batu bara Newcastle dan nikel LME juga menjadi ancaman. Hal itu dipengaruhi oleh rendahnya permintaan dan isu kelebihan pasokan akibat perlambatan ekonomi global, khususnya China, yang dapat berdampak buruk pada laba.

    Meski demikian, penandatanganan MoU strategis dengan Eternal Tsingshan Group dan dimulainya operasi di tambang nikel laterit milik Harum Energy pada kuartal III-2024 diharapkan mampu memperkuat bisnis nikel Harum Energy, yang dapat mengimbangi potensi penurunan laba dari batu bara.

    Dengan berbagai pertimbangan, Samuel Sekuritas merekomendasikan beli saham Harum Energy. Samuel Sekuritas memasang target harga saham perusahaan pertambangan ini sebesar Rp1.600.

    Belum lama, Harum Energy mengumumkan rencana pembelian kembali (buyback) saham dengan nilai maksimal Rp1 triliun. Aksi korporasi ini diharapkan dapat mendukung likuiditas perdagangan saham perseroan agar lebih mencerminkan kondisi fundamental perusahaan.

    "Perseroan meyakini bahwa pembelian kembali saham akan bermanfaat bagi perusahaan dan para pemegang saham,” kata manajemen Harum Energy dalam prospektusnya.

    Perseroan berencana meminta persetujuan buyback tersebut dalam rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB) pada 17 September 2024 mendatang. Periode pembelian kembali saham dijadwalkan pada 18 September 2024 hingga 17 September 2025.

    "Sehubungan dengan pelaksanaan pembelian kembali saham, perseroan akan menganggarkan sejumlah dana yang berasal dari akun saldo laba per 30 Juni 2024. Dana yang dianggarkan perseroan dalam rangka pembelian kembali saham maksimal sebesar Rp1 triliun, termasuk untuk biaya transaksi, biaya pedagang perantara, dan biaya lainnya," ungkap manajemen.

    Pelaksanaan buyback diyakini tidak akan berdampak negatif secara material terhadap kegiatan usaha Harum Energy. Sebab perseroan memiliki modal kerja serta kas dan setara kas yang cukup untuk mendanai pembelian kembali saham, bersamaan dengan kegiatan usaha.

    100 Tambang Nikel Baru di Indonesia

    Beberapa waktu lalu, Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengklaim telah mengidentifikasi adanya 100 lokasi baru potensial yang mengandung cadangan nikel di berbagai daerah di Indonesia.

    Temuan ini menunjukkan peningkatan signifikan dalam potensi sumber daya mineral negara, yang dapat berkontribusi secara substansial terhadap ekonomi nasional serta memperkuat posisi Indonesia dalam industri global nikel.

    Kepala Badan Geologi Kementerian ESDM Muhammad Wafid mengatakan penemuan potensi baru ini merupakan hasil dari survei geologi dan eksplorasi yang intensif yang dilakukan oleh pihaknya. Langkah ini bertujuan untuk meningkatkan cadangan nikel di Indonesia dengan lebih lanjut mengidentifikasi lokasi-lokasi yang potensial.

    Dengan demikian, upaya ini diharapkan dapat memperkuat posisi Indonesia sebagai salah satu pemain utama dalam industri nikel global, serta memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi nasional melalui optimalisasi sumber daya alam yang tersedia.

    “Hasil eksplorasi tadi menunjukkan bahwa meskipun cadangan nikel yang selama ini dianggap habis diperkirakan hanya tersisa untuk beberapa tahun ke depan, kami telah mengidentifikasi 100 titik lokasi potensial baru yang dapat ditindaklanjuti,” kata Wafid di Bandung, Jawa Barat, Kamis, 1 Agustus 2024.

    Langkah ini mengindikasikan adanya peluang untuk memperpanjang masa produktif sumber daya nikel Indonesia, yang berpotensi memberikan dampak positif dalam mendukung keberlanjutan industri nikel nasional serta kontribusi terhadap ekonomi negara secara keseluruhan.

    Meski begitu, lanjut Wafid, dari 100 lokasi tersebut masih harus dieksplorasi lebih lanjut demi memperkuat posisi Indonesia sebagai salah satu produsen nikel terbesar di dunia.

    "Dari identifikasi awal survei pendahuluan itu kita melihat ada 100 titik lokasi yang bisa ditindaklanjuti yang tersebar dari ujung utara Sumatera sampai ke Papua untuk bisa didetailkan nanti di mana lokasi tambang nikel itu,” tuturnya.

    Wafid menegaskan, Kementerian BUMN berkomitmen untuk terus melakukan eksplorasi guna mengidentifikasi keberadaan atau potensi mineral yang ada, dengan tujuan utama mengurangi ketergantungan Indonesia sebagai pengimpor bijih nikel.

    Langkah ini diambil sebagai bagian dari strategi untuk mempertahankan kedaulatan sumber daya alam serta meningkatkan peran Indonesia dalam rantai pasok industri nikel global.

    "Indonesia adalah salah satu negara di dunia yang memiliki potensi sumber daya alam, khususnya potensi sumber daya geologi. Sumber daya mineral merupakan salah satu komoditas strategis yang dimiliki Indonesia," jelas Wafid.

    Dia pun berharap atas potensi lokasi nikel yang tersebar di berbagai daerah tersebut bisa dapat ditindaklanjuti agar smelter yang sudah terbangun tetap mendapatkan pasokan bijih nikel untuk keberlanjutan operasi produksi.

    "Penting untuk mempertimbangkan bahwa dengan banyaknya smelter nikel yang dibangun, kita harus menghindari agar smelter yang sudah disiapkan hanya beroperasi beberapa tahun karena ketersediaan bijih nikel yang terbatas. Kita juga memiliki tanggung jawab untuk tidak mengekspor nikel mentah dan mengolahnya sendiri," pungkasnya. (*)

     

    Disclaimer: Artikel ini bukan untuk mengajak membeli atau menjual saham. Segala rekomendasi dan analisa saham berasal dari analis dari sekuritas yang bersangkutan, dan Kabarbursa.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan atau kerugian yang timbul. Keputusan investasi ada di tangan Investor. Pelajari dengan teliti sebelum membeli/menjual saham.

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    KabarBursa.com

    Redaksi