Logo
>

Penurunan Harga Minyak Sulut Menguatnya Bursa Eropa

Ditulis oleh Yunila Wati
Penurunan Harga Minyak Sulut Menguatnya Bursa Eropa

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Penurunan harga minyak global berhasil menyulut menguatnya Bursa Eropa. Harapan bahwa bank sentral dunia akan kembali menurunkan suku bunga, membuat pasar semakin yakin.

    Awalnya, perdagangan dibuka dengan hati-hati. Namun, indeks regional Stoxx 600 mencatat terjadinya kenaikan sebesar 0,66 persen di seluruh Eropa. Kenaikan ini merupakan yang terbaik dalam dua minggu terakhir. Diketahui, semua sektor mengalami kenaikan. Lagi-lagi sektor teknologi memimpin dengan kenaikan sebesar 1,3 persen.

    Berikut ini saham-saham yang mengalami penguatan:

    1. DAX Jerman menguat sebesar 0,99 persen.
    2. FTSE 100 Inggris melesat 0,65 persen.
    3. CAC Prancis ikut terkerek sebesar 0,52 persen.

    Analis berpendapat, tekanan global tidak terlalu mempengaruhi bursa, karena pada kenyataannya masih mampu bertahan dan mencatatkan kinerja positif di tengah berbagai ketidakpastian.

    "Sektor defensif sempat mendominasi pasar di awal pembukaan perdagangan. Namun, optimiisme investor naik seiring turunnya harga minyak dan harapan bank sentral dunia akan kembali menurunkan suku bunga. Ini memberikan stimulus besar, utamanya di sektor teknologi," kata seorang analis pasar.

    Data Ekonomi Jerman Membaik

    Yang menjadi sorotan kemudian adalah naiknya data ekonomi Jerman sebesar 1,3 persen di bulan lalu. Apalagi impor mencatatkan penurunan hingga 3,4 persen. Hal ini menghasilkan surplus perdagangan sebesar 22,5 miliar euro atau sekitar USD24,6 miliar. Artinya, ini merupakan tanda positif bagi ekonomi negara terbesar di Eropa.

    Sepanjang hari ini, investor sedang menantikan rilis data AS dan angka pertumbuhan ekonomi Inggris yang akan diumumkan dalam beberapa hari ke depan. Sebab, dua data tersebut menjadi acuan penting bagi arah pasar selanjutnya.

    Pengaruh Volatilitas China

    Kemarin, 9 Oktober 2024, pasar saham Eropa bergerak fluktuatif di tengah sentimen yang masih tertekan oleh gejolak di pasar China. Sentimen positif tampak rapuh setelah pergerakan bursa regional berakhir di zona merah pada penutupan Selasa, dengan seluruh indeks utama dan mayoritas sektor tertekan sepanjang sesi perdagangan. Pelemahan ini melanjutkan tren awal pekan yang juga dibayangi oleh respons investor terhadap perlambatan reli stimulus ekonomi dari China.

    Tekanan di pasar Asia kian terasa ketika saham-saham China mengalami aksi jual besar-besaran pada perdagangan yang kacau, ditandai dengan anjloknya indeks CSI 300 daratan hingga 6 persen. Sementara itu, indeks Hang Seng di Hong Kong memperpanjang tren pelemahannya dengan penurunan 2,5 persen. Pada Selasa, Hang Seng mencatat rekor terburuknya dalam 16 tahun, ditutup merosot hingga 9,41 persen. Seperti dikutip di Jakarta, Rabu 9 Oktober 2024.

    Di sisi lain, saham berjangka Amerika Serikat cenderung stabil pada Selasa malam setelah sesi perdagangan yang menguntungkan bagi mayoritas indeks utama. Wall Street menikmati kenaikan yang dipimpin oleh sektor teknologi, didukung oleh penurunan harga minyak dari level tertingginya. Hal ini memberikan dorongan sementara bagi sentimen pasar AS di tengah bayang-bayang kekhawatiran global.

    Perhatian investor di Eropa kemarin tertuju pada beberapa agenda penting, termasuk prakiraan ekonomi terbaru dari pemerintah Jerman serta pertemuan menteri pertahanan NATO di Belgia. Kedua agenda tersebut dinilai dapat memberikan dampak signifikan terhadap pergerakan pasar ke depan.

    Dari Amerika Serikat, Presiden Bank Sentral AS wilayah Boston, Susan Collins, menyampaikan pada Selasa bahwa ia memprediksi akan ada lebih banyak pemangkasan suku bunga seiring dengan meredanya inflasi serta mendinginnya pasar tenaga kerja.

    “Keyakinan saya terhadap jalur disinflasi telah menguat,” ujar Collins dalam pidatonya di hadapan komunitas perbankan di Boston.

    “Namun, risiko perlambatan ekonomi yang lebih dalam dari yang diperlukan untuk menstabilkan harga juga meningkat,” lanjutnya.

    Ia menambahkan bahwa penyesuaian kebijakan moneter lebih lanjut kemungkinan besar masih akan diperlukan. Pernyataan tersebut mengacu pada dot plot Federal Reserve setelah pertemuan bulan September, yang menunjukkan potensi tambahan pemangkasan sebesar 50 basis poin—setara dengan setengah persen—hingga akhir tahun. Meski demikian, Collins tidak secara eksplisit menyatakan apakah ia sejalan dengan proyeksi tersebut atau memiliki pandangan berbeda.

    Kondisi pasar yang terombang-ambing dan ketidakpastian kebijakan moneter AS membuat investor global terus memantau dengan cermat perkembangan situasi, baik di bursa Asia maupun Eropa, yang kini terpengaruh oleh dinamika di China dan pergerakan di Wall Street.

    Di kawasan Asia-Pasifik, awal yang kuat pada pasar Tiongkok mulai mereda. Arahan dari Komisi Pembangunan dan Reformasi Nasional memberikan sedikit rincian mengenai stimulus lebih lanjut, yang membatasi optimisme. Indeks CSI 300 Tiongkok, yang sebelumnya melonjak lebih dari 10 persen setelah pembukaan kembali dari liburan Golden Week, akhirnya mengurangi kenaikannya di sesi berikutnya.(*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Yunila Wati

    Telah berkarier sebagai jurnalis sejak 2002 dan telah aktif menulis tentang politik, olahraga, hiburan, serta makro ekonomi. Berkarier lebih dari satu dekade di dunia jurnalistik dengan beragam media, mulai dari media umum hingga media yang mengkhususkan pada sektor perempuan, keluarga dan anak.

    Saat ini, sudah lebih dari 1000 naskah ditulis mengenai saham, emiten, dan ekonomi makro lainnya.

    Tercatat pula sebagai Wartawan Utama sejak 2022, melalui Uji Kompetensi Wartawan yang diinisiasi oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), dengan nomor 914-PWI/WU/DP/XII/2022/08/06/79