KABARBURSA.COM - Harga minyak mengalami penurunan di bawah USD60 per barel pada Selasa, 16 Desember 2025. Angka ini merupakan yang terendah sejak Mei, karena prospek kesepakatan perdamaian Rusia-Ukraina tampaknya menguat, meningkatkan harapan bahwa sanksi dapat dilonggarkan.
Mengutip Reuters, harga minyak mentah Brent berjangka turun USD1,03, atau sekitar 1,7 persen menjadi USD59,53 per barel. Sementara minyak mentah West Texas Intermediate AS juga terpantau menyusut ke level USD55,76, turun USD1,06 atau 1,9 persen.
"Harga Brent turun pagi ini hingga di bawah USD60 per barel untuk pertama kalinya dalam beberapa bulan, karena pasar menilai potensi kesepakatan damai yang mengakibatkan tersedianya volume minyak Rusia tambahan dan semakin menambah kelebihan pasokan di pasar," kata analis Rystad, Janiv Shah.
Dilaporkan Reuters, Amerika Serikat (AS) menawarkan jaminan keamanan ala NATO untuk Kyiv. Sedangkan para negosiator Eropa melapirkan kemajuan dalam pembicaraan pada hari Senin, memicu optimisme bahwa akhir perang semakin dekat.
Sementara itu, Wakil Menteri Luar Negeri Sergei Rusia, Ryabkov yang dikutip oleh kantor berita negara TASS mengatakan Rusia mengatakan tidak bersedia memberikan konsesi teritorial apa pun.
Analis PVM Oil Associates, John Evans menyebut perundingan yang alot akan dibarengi dengan penurunan harga yang berkelanjutan memasuki tahun 2026 dengan semua prediksi 'kelebihan pasokan'.
"Brent akan mencapai titik terendah baru tahun ini, tetapi tidak akan turun di bawah USD55 per barel sebelum akhir tahun," terangnya.
Analis Barclays memperkirakan harga Brent akan mencapai rata-rata USD65/bbl pada tahun 2026, sedikit di atas perkiraan kurva ke depan, karena surplus 1,9 juta bpd yang mereka perkirakan sudah tercermin dalam harga.
Menurut analis pasar IG, Tony Sycamore, data ekonomi China yang melemah pada hari Senin semakin menambah tekanan dan memicu kekhawatiran bahwa permintaan global kemungkinan tidak cukup kuat untuk menyerap pertumbuhan pasokan baru-baru ini.
Diketahui, pertumbuhan produksi pabrik di China melambat ke level terendah dalam 15 bulan, menurut data resmi. Penjualan ritel juga tumbuh pada laju paling lambat sejak Desember 2022, selama pandemi COVID-19.(*)