KABARBURSA.COM - Himpunan Peritel dan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (HIPPINDO) akan meluncurkan program baru bertajuk 'Belanja di Indonesia Saja'. Program ini diinisiasi dengan tujuan untuk memperkuat ekonomi nasional melalui dukungan terhadap toko-toko konsumsi di dalam negeri.
Ketua Umum HIPPINDO Budihardjo Iduansjah menjelaskan bahwa program ini dirancang untuk mendorong masyarakat lebih memilih berbelanja di Indonesia atau di dalam negeri yang akan berdampak pada peningkatan penerimaan pajak, termasuk Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penghasilan (PPh).
"Ini program baru dari kami utk mendukung toko-toko konsumsi di dalam negeri, membayar pajak, PPN, PPh, dan itu akan membantu ekonomi bangsa kita," kata Budihardjo dalam acara Launching Belanja di Indonesia Aja di Jakarta, Kamis 29 Agustus 2024.
Dia pun meminta kepada Kementerian Koordinator Perekonomian dapat mendukung program ini dengan memperbanyak kehadiran pabrik-pabrik asing di Indonesia.
Hal itu menurutnya dapat membantu peritel membangun ekosistem dan rantai pasok yang kuat, sehingga sektor ritel tidak perlu terlalu banyak mengimpor barang dari luar negeri.
"HIPPINDO akan mengundang merek-merek internasional untuk memproduksi barang-barangnya di Indonesia dan menjualnya di pasar lokal," terangnya
Sebenarnya, lanjut Budihardjo, HIPPINDO Tak hanya fokus pada pasar domestik saja, tapi juga siap memperluas ekspor dengan program 'Indonesia Brand to Global.'
Dalam rangkaian program ini, HIPPINDO telah menandatangani nota kesepahaman (MoU) dengan beberapa negara, salah satunya adalah Malaysia, untuk membawa lebih banyak merek lokal Indonesia ke pasar internasional.
"Kita sudah MoU dengan beberapa negara, salah satunya malaysia. Kita sudah bawa banyak merek-merek lokal ke malaysia," tuturnya.
Dengan sederet program tersebut, Budihardjo menegaskan komitmen pihaknya untuk terus menjadi mitra aktif dalam meningkatkan penjualan di dalam negeri, yang pada akhirnya akan berkontribusi pada kenaikan pajak.
Namun, dia menekankan, pihaknya akan membantu peningkatan penerimaan pajak dan penjualan domestik dan melalui kenaikan omzet, bukan dengan menaikkan tarif PPN.
"Omzetnya yang harus dinaikkan, bukan PPN-nya," sindir Budihardjo.
Menurut Budihardjo, kenaikan tarif PPN menjadi 12 persen akan berdampak negatif pada daya beli masyarakat, terutama kelompok kelas menengah, meskipun dampaknya mungkin akan mulai terasa dalam jangka menengah.
"Dampak kenaikan PPN menjadi 12 persen memang tidak bersifat jangka pendek, tapi dalam waktu jangka menengah itu ada pengaruh," ujarnya.
Ia khawatir, dengan kenaikan PPN ini akan mengurangi konsumsi masyarakat untuk berbelanja di sektor ritel.
Karena itu, Budi meminta Presiden Terpilih, Prabowo Subianto, untuk menunda rencana kenaikan tarif PPN.
Jika penundaan tidak mungkin dilakukan, ia berharap pemerintah dapat memberikan insentif bagi kelas menengah, seperti program kesehatan atau stimulus ekonomi, untuk mengimbangi dampak kenaikan PPN ini.
"Kalau tidak bisa ditunda, kenaikan PPN 12 persen, hasilnya bisa dikembalikan untuk meningkatkan daya beli masyarakat. Misalnya program kesehatan atau program rakyat bawa untuk stimulus ekonomi dari uang tambahan itu," pungkas Budihardjo.
Pabrik Asing di Indonesia
Sebelumnya diberitakan, Ketua Umum Himpunan Peritel dan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (HIPPINDO) Budihardjo Iduansjah meminta pemerintah untuk memperbanyak pembangunan pabrik asing di Indonesia.
Menurutnya, dengan mengundang lebih banyak merek internasional untuk memproduksi barang di Indonesia, pemerintah dapat memperkuat perdagangan domestik dan menciptakan lebih banyak peluang ekonomi.
"Jadi mohon dibantu pak Menko Perekonomian (Airlangga Hartarto) untuk membantu memperbanyak pabrik asing di Indonesia, kita undang brand-brand luar untuk bikin barang di Indonesia dan kita jual di indonesia," katanya dalam pembukaan ‘Indonesia Retail Summit 2024’ di Swissotel Jakarta PIK Avenue, Jakarta Utara, Rabu, 28 Agustus 2024.
Lebih lanjut dia katakan, HIPPINDO mendukung segala bentuk perdagangan yang resmi. Dalam hal ini terkait dukungan terhadap produk-produk yang diproduksi di dalam negeri, meskipun memiliki merek internasional.
"HIPPINDO mendukung semua yang resmi dan itu untuk membuat perdagangan domestik kuat," ujar dia.
Dia mencontohkan seperti ketika membeli minuman bersoda dari Amerika Serikat (AS), Coca-Cola. Meskipun minuman itu merupakan merek asing, tapi diproduksi di pabrik yang terletak di Bekasi, Jawa Barat. Begitu juga dengan perusahaan penyedia pakaian dari jepang, Uniqlo, yang telah memproduksi barangnya di Indonesia.
Jadi menurutnya, dengan membeli dua produk tersebut itu sama saja mendukung industri domestik karena produk tersebut diproduksi di Indonesia. Karena, setiap pembelian membantu perdagangan dalam negeri dan memperkuat ekonomi lokal.
"Walaupun itu merk (brand) luar negeri, kita sudah membantu perdagangan dalam negeri, karena pabriknya ada di Indonesia, jadi dengan membeli produk Indonesia tidak harus merek lokal, merek asing pun kita akan dukung," kata Budihardjo. (*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.