KABARBURSA.COM - Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo, menilai pertumbuhan kredit pada bulan Agustus 2024 tetap kuat dan mencapai 11,40 year-on-year (yoy).
Pertumbuhan ini ditopang oleh beberapa faktor, yakni terjaganya minat penyaluran kredit, realokasi alat likuid ke kredit oleh perbankan, pendanaan yang memadai, dan dukungan KLM BI.
“Suku bunga deposito 1 bulan dan suku bunga kredit pada Agustus 2024 tercatat masing-masing sebesar 4,73 persen untuk suku bunga deposito 1 bulan dan 9,21 persen untuk suku bunga kredit. Angka ini stabil dibandingkan dengan level bulan sebelumnya,” kata Perry dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI, Rabu, 18 September 2024.
Sampai minggu kedua September 2024, Bank Indonesia telah menyalurkan insentif KLM sebesar Rp256,1 triliun. Dari total tersebut, bank BUMN menerima Rp118,6 triliun, BUSN memperoleh Rp110,5 triliun, BPD mendapatkan Rp24,4 triliun, dan KCBA sebesar Rp2,6 triliun.
Insentif ini disalurkan ke sektor-sektor prioritas seperti hilirisasi minerba dan pangan, UMKM, sektor otomotif, perdagangan, serta Listrik, Gas, dan Air (LGA), juga pariwisata dan ekonomi kreatif.
“Pertumbuhan kredit juga didukung oleh sisi permintaan yang tetap baik dari korporasi, terutama korporasi di sektor padat modal. Sedangkan permintaan kredit korporasi di sektor padat karya perlu terus ditingkatkan. Sementara itu, permintaan kredit rumah tangga tetap terjaga, terutama pada sektor properti,” jelas Perry.
Disebutkan juga, permintaan kredit rumah tangga tetap stabil, terutama di sektor properti. Secara sektoral, pertumbuhan kredit di sebagian besar sektor ekonomi masih kuat, khususnya pada sektor industri, LGA, dan pengangkutan.
Berdasarkan penggunaan, pertumbuhan kredit didorong oleh kredit modal kerja, kredit investasi, dan kredit konsumsi, masing-masing tumbuh sebesar 10,75 persen (yoy), 13,08 persen (yoy), dan 10,83 persen (yoy) pada Agustus 2024.
Pembiayaan syariah dan kredit UMKM juga mencatatkan pertumbuhan masing-masing sebesar 11,61 persen (yoy) dan 4,42 persen (yoy). Dengan capaian tersebut, pertumbuhan kredit di tahun 2024 diperkirakan akan mencapai batas atas kisaran 10-12 persen.
Bank Indonesia akan terus memperkuat pelaksanaan KLM, termasuk pada sektor yang mendukung penciptaan lapangan kerja, sektor pertumbuhan baru (sektor tersier), serta sektor yang dapat meningkatkan inklusivitas, termasuk kelas menengah bawah, dengan tetap menjaga prinsip kehati-hatian.
“Bank Indonesia akan terus memperkuat implementasi kebijakan insentif likuiditas makro, terutama diarahkan kepada sektor-sektor yang mendukung penciptaan lapangan kerja, sektor yang menjadi sumber pertumbuhan baru, sektor tersier, dan sektor yang dapat meningkatkan inklusivitas, termasuk kelompok kelas menengah ke bawah, dengan tetap memperhatikan prinsip kehati-hatian,” ujarnya.
Stabilitas Sistem Pembayaran
Selain mengungkap pertumbuhan kredit, Gubernur BI juga menyebut stabilitas sistem pembayaran juga masih terjaga. Menurutnya, stabilitas ini ditopang oleh struktur dan infrastuktur yang berdaya tahan.
Disebutkan, dari aspek infrastruktur, Sistem Pembayaran Bank Indonesia (SPBI) diklaim tetap berfungsi dengan lancar dan andal. Sementara dari sisi struktur industri, interkoneksi sistem pembayaran dan pengembangan ekosistem Ekonomi Keuangan Digital (EKD) terus meningkat.
Transaksi pembayaran yang menggunakan Standar Nasional Open API Pembayaran (SNAP), yang mendukung interkoneksi antar sistem pembayaran, tumbuh positif berkat semakin luasnya adopsi SNAP untuk berbagai kebutuhan.
Sebagai bagian dari inisiatif BSPI 2030, pada 11 September 2024, Bank Indonesia mengakui Lembaga Sertifikasi Profesi Sistem Pembayaran Indonesia (LSP SPI) sebagai lembaga resmi yang berwenang untuk menyelenggarakan sertifikasi di sektor sistem pembayaran.
LSP SPI, yang dibentuk oleh Asosiasi Sistem Pembayaran Indonesia (ASPI), diharapkan berkontribusi dalam menciptakan SDM yang kompeten dalam pengetahuan, keterampilan, dan sikap untuk menghadapi tantangan sistem pembayaran di era digital. Bank Indonesia juga terus memastikan distribusi uang rupiah dalam jumlah yang cukup dengan kualitas layak edar di seluruh wilayah NKRI, termasuk di daerah 3T (Terdepan, Terluar, Terpencil).
Pertumbuhan kredit di Indonesia pada Agustus 2024 tetap kuat dengan pertumbuhan sebesar 11,40 persen year-on-year (yoy), didorong oleh berbagai faktor seperti minat penyaluran kredit yang tinggi, realokasi alat likuid ke kredit, dan pendanaan yang memadai. Suku bunga kredit dan deposito stabil, sementara Bank Indonesia (BI) terus menyalurkan insentif likuiditas makro (KLM) sebesar Rp256,1 triliun ke sektor-sektor prioritas seperti hilirisasi minerba, UMKM, otomotif, dan pariwisata.
Pertumbuhan kredit yang baik mencakup sektor industri, listrik, gas, air (LGA), dan properti, dengan permintaan kredit dari korporasi dan rumah tangga tetap kuat. Kredit modal kerja, investasi, dan konsumsi juga tumbuh positif. Kredit syariah dan kredit UMKM mencatatkan pertumbuhan signifikan.
Bank Indonesia terus memperkuat kebijakan likuiditas untuk mendukung penciptaan lapangan kerja dan inklusivitas ekonomi. Stabilitas sistem pembayaran juga terjaga, dengan infrastruktur dan ekosistem ekonomi keuangan digital (EKD) yang terus berkembang, termasuk adopsi SNAP dan inisiatif BSPI 2030 untuk memperkuat kompetensi SDM di sektor pembayaran.(*)