Logo
>

PLN Tekan Utang Rp46,7 T, Targetkan Lonjakan Konsumsi Listrik

PLN berhasil menurunkan utang berbunga Rp46,7 triliun dan fokus genjot penjualan listrik lewat elektrifikasi pertanian hingga gaya hidup modern.

Ditulis oleh Dian Finka
PLN Tekan Utang Rp46,7 T, Targetkan Lonjakan Konsumsi Listrik
PLN pangkas utang Rp46,7 triliun dan dorong konsumsi listrik lewat program elektrifikasi, home charging, hingga akuisisi Captive Power industri. Gambar dibuat oleh AI untuk KabarBursa.com.

KABARBURSA.COM - Di tengah tekanan nilai tukar rupiah dan ketidakpastian global, PLN mengklaim berhasil menurunkan utang berbunga hingga Rp46,7 triliun sejak 2020. Tak hanya efisiensi keuangan, perusahaan pelat merah itu juga mencatat lonjakan penjualan listrik, antara lain lewat program elektrifikasi pertanian dan gaya hidup berbasis listrik.

Direktur Utama PT PLN (Persero), Darmawan Prasodjo, membeberkan berbagai strategi yang diterapkan perusahaan untuk menjaga kesehatan keuangan sekaligus mendongkrak penjualan listrik di tengah tekanan nilai tukar rupiah dan dinamika ekonomi global.

Dalam paparannya di hadapan Komisi VI DPR RI, Darmawan menegaskan PLN tidak sekadar melakukan pemangkasan biaya, tetapi lebih pada optimalisasi operasional (cost optimization) secara menyeluruh dan berkelanjutan.

“Ini bukan cost cutting. Kalau cost cutting, misalnya oli mobil yang biasanya diganti tiap 10.000 km jadi ditunda sampai 20.000 km, mobil pasti rusak. Yang kami lakukan adalah cost optimization, agar efisien tapi tetap optimal,” tegas Darmawan, saat Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi VI DPR RI di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta Pusat, Kamis 22Mei 2025.

Menurut Darmawan, PLN mencatat pencapaian yang melebihi ekspektasi di 2024. Dari target Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) sebesar 300 terawatt hour (TWh), realisasi penjualan listrik mencapai 306 TWh.

“Artinya, kita berhasil melampaui target sebesar 6 TWh. Di 2025, target kita naik lagi ke 325 TWh. Sampai April 2025, penjualan tumbuh 6,8 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Ini menandakan pertumbuhan konsumsi listrik tetap sehat,” ujarnya.

Untuk mendongkrak penjualan, PLN menggulirkan berbagai inisiatif strategis, mulai dari sektor pertanian hingga gaya hidup modern berbasis listrik. Salah satu langkah PLN adalah memperluas program Electrifying Agriculture, yakni mendorong petani dan pelaku agribisnis beralih dari BBM ke listrik, seperti pada mesin penggilingan padi dan pompa air.

“Kelihatannya kecil, tapi ini pasar besar. Dengan listrik, biaya operasional petani bisa ditekan signifikan,” jelasnya.

PLN juga mencatat lonjakan signifikan pada sektor kendaraan listrik, di mana penjualan listrik untuk pengisian daya kendaraan meningkat hingga lima kali lipat. Strategi pemasaran dilakukan melalui program home charging yang praktis dan ekonomis.

Selain itu, program Electrifying Lifestyle juga terus dikembangkan, mencakup kompor listrik dan insentif tematik untuk penyambungan baru serta kenaikan daya.

“Kita juga permudah proses penyambungan, berikan diskon, bahkan akuisisi Captive Power dari industri-industri yang sebelumnya memakai pembangkit sendiri. Sekarang mereka beralih menggunakan listrik PLN karena lebih hemat,” terang Darmawan.

Tekan Beban Bunga, Turunkan Utang Berbunga Rp46,7 Triliun

Dari sisi finansial, PLN mencatat keberhasilan dalam menurunkan beban keuangan secara signifikan. Sejak 2020, utang berbunga (Interest Bearing Debt) berhasil dipangkas sebesar Rp46,7 triliun, atau turun 10,4 persen. Beban bunga juga menyusut hingga Rp3,1 triliun, setara penurunan 11,3 persen.

“Kami terapkan berbagai inisiatif dalam pengelolaan keuangan, termasuk strategi hedging, proaktif dalam debt management, pengendalian likuiditas, serta sentralisasi dan digitalisasi sistem pembayaran,” urainya.

Darmawan menjelaskan, salah satu program unggulan PLN adalah Cash War Room, yang bertugas memantau dan mengatur arus kas secara real time untuk memastikan likuiditas tetap terjaga di tengah ketidakpastian eksternal

PLN juga tak tinggal diam terhadap risiko fluktuasi nilai tukar. Menurut Darmawan, perusahaan menerapkan strategi hedging guna meminimalkan eksposur terhadap utang dan pembayaran dalam mata uang asing.

“Kami sadar, 72 persen biaya operasional kami berkaitan langsung dengan mata uang asing. Maka kami tidak bisa pasif. Strategi hedging jadi penting untuk menjaga stabilitas keuangan,” katanya.

Upaya ini sekaligus menjadi pelengkap dalam penurunan Debt Service, agar perusahaan tetap mampu menjaga rasio pembayaran utang (DSCR) dalam kondisi aman, meskipun di tengah volatilitas rupiah.

Darmawan menegaskan bahwa PLN tidak akan bersikap pasif di tengah tantangan global. Menurutnya, transformasi keuangan dan optimalisasi biaya adalah bentuk keseriusan perusahaan dalam menjadi lebih lincah, efisien, dan kompetitif.

“Kita harus adaptif. PLN tidak boleh hanya menjadi korban fluktuasi global. Kita harus agresif menavigasi risiko. Karena listrik bukan hanya komoditas, tapi tulang punggung pertumbuhan ekonomi nasional,” katanya.(*)

Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

Gabung Sekarang

Jurnalis

Dian Finka

Bergabung di Kabar Bursa sejak 2024, sering menulis pemberitaan mengenai isu-isu ekonomi.