KABARBURSA.COM - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir baru saja melantik Wahyu Suparyono menjadi Direktur Umum (Dirut) Perum Bulog menggantikan Bayu Krisnamurthi.
Banyak masyarakat yang belum tahu latar belakang dan pengalaman Wahyu Suparyono sehingga dipercaya menjabat Dirut Bulog.
Sebagai informasi, Wahyu Suparyono dilantik melalui Keputusan Menteri BUMN Nomor SK-73/DHK.MBU.A/09/2024.
"Wahyu Suparyono menjadi Direktur Utama Perum Bulog," kata Erick dalam keterangan resmi, Selasa, 10 September 2024.
Lalu, apa latar belakang dan pengalaman Wahyu sehingga dilantik menjadi Dirut Perum Bulog?
Mengutip dari berbagai sumber, Wahyu Suparyono lahir Magelang, 17 Oktober. Dalam riwayat pendidikannya, dia meraih gelar Sarjana (S1) akuntansi di Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN) Tahun 1990.
Dia kemudian meraih gelar Master Manajemen Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi IPWI pada tahun 1997. Dan, meraih gelar Doktor Ilmu Manajemen dari Universitas Brawijaya tahun 2014
Selama meniti karir, Wahyu pernah menjabat di berbagai posisi pimpinan perusahaan BUMN. Sebelum kembali ke Perum Bulog, Ia menjabat sebagai Direktur Utama PT Asabri (Persero).
Ia juga sempat menjabat sebagai Direktur Utama PT Perusahaan Perdagangan Indonesia (Persero) pada 16 Juni 2014 sampai dengan 7 Juni 2015.
Jabatan lainnya yang pernah dia emban adalah Direktur Operasional dan Pelayanan Publik, Perum Bulog dari tanggal 8 Juni 2015 hingga 31 Juli 2016.
Kemudian, dia pernah juga menjabat posisi Komisaris Utama PT Jasa Prima Logistik (JPL) Bulog 8 Desember 2015 sampai 6 Juni 2018.
Jabatan berikut yang pernah dipegangnya adalah Direktur SDM dan Umum Perum Bulog pada 1 Agustus 2016 sampai 27 November 2017.
Ia juga sempat menjadi Direktur Utama PT Dok dan Perkapalan Kodja Bahari (Persero) dari 14 Desember 2017 sampai dengan 17 Juli 2020.
Bayu Krisnamurthi hanya Menjabat 10 Bulan
Diberitakan sebelumnya, Menteri BUMN Erick Thohir mencopot Bayu Krisnamurthi dari jabatan Direktur Utama (Dirut) Perum Bulog.
Sebagai pengganti Bayu, Erick melantik Wahyu Suparyono yang sebelumnya menjabat sebagai Direktur Utama PT Asabri (Persero).
Sekretaris Perusahaan Perum Bulog Arwakhudin mengatakan, perombakan di jajaran direksi itu dilakukan pada Senin, 9 September 2024 sore.
"Iya, benar. Kemarin sore," kata Arwakhudin, Selasa, 10 September 2024.
Begitu juga dengan Bayu yang membenarkan dirinya sudah tak lagi menjabat sebagai Dirut Perum Bulog. "Iya benar," ujarnya singkat.
Sebagai pengingat, Bayu Krisnamurthi menjabat sebagai Dirut Perum Bulog sejak 1 Desember 2023. Dengan begitu, dia bertugas hanya 10 bulan saja.
Selain itu, Kementerian BUMN juga mencopot Purnomo Sinar Hadi dari posisi Direktur Human Capital Perum Bulog, dan digantikan oleh Sudarsono Hardjosoekarto.
Kementerian BUMN juga melakukan penambahan pada struktur Perum Bulog, yaitu menempatkan Jenderal TNI (Purn) Marga Taufiq sebagai Wakil Direktur Utama.
Bulog Minta Impor Beras Dipercepat
Sebelum dicopot dari jabatannya, Bayu Krisnamurthi, menyampaikan kekhawatirannya mengenai potensi defisit stok beras domestik yang diperkirakan mencapai 3 juta ton pada awal 2025. Kondisi serupa sebelumnya terjadi pada Januari-Februari 2024.
"Kita menghadapi Januari-Februari dengan kondisi paceklik atau masa belum panen, di mana terjadi defisit konsumsi produksi nasional sekitar 3 juta ton. Maret kita akan masuk ke bulan Ramadan,” ujar Bayu dalam rapat dengar pendapat bersama Komisi IV DPR RI, Kamis, 5 September 2024.
Melihat potensi defisit tersebut, Bayu berharap Bulog dapat diberikan penugasan lebih dini untuk segera mengimpor beras guna mengantisipasi kekurangan 3 juta ton yang diperkirakan akan terjadi pada awal 2025.
"Kami sebagai operator sangat berharap instruksi untuk menambah stok diberikan lebih awal, supaya persiapan bisa maksimal. Terlebih, Maret nanti sudah masuk Ramadan yang lebih cepat, jadi saya rasa ini perlu kita antisipasi bersama,” jelasnya.
Meski begitu, Bayu menegaskan bahwa stok beras untuk kebutuhan nasional hingga akhir tahun ini masih dalam kondisi aman. Pemerintah telah mengamankan sekitar 1,35 juta ton beras, dengan tambahan 900.000 ton beras impor yang segera masuk ke Indonesia dalam waktu dekat.
Pada kesempatan yang sama, Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas), Arief Prasetyo Adi, memberikan instruksi kepada Perum Bulog untuk segera menyerap cadangan beras pemerintah (CBP) menjelang perhelatan Pilkada pada 27 November 2024.
Menurut Arief, permintaan beras cenderung meningkat signifikan menjelang Pilkada, mirip dengan tren saat pemilihan presiden (Pilpres). Untuk itu, Bapanas menargetkan cadangan CBP di atas 2 juta ton untuk menghindari lonjakan harga.
“Cadangan beras pemerintah, khususnya milik Bulog, harus aman. Kami berharap jumlahnya bisa lebih dari 2 juta ton, mengingat stok saat ini hanya 1,3 juta ton,” tutur Arief.
Arief juga menambahkan, hal ini sudah dikomunikasikan kepada tim transisi presiden terpilih agar mereka turut mempersiapkan strategi menghadapi peningkatan kebutuhan beras.
"Kita harus bersiap dari sekarang. Menjelang Pilkada dan Pilpres, kebutuhan beras biasanya meningkat tajam, terlebih di tiga bulan terakhir tahun ini dan dua bulan pertama di tahun depan. Oleh karena itu, persiapan cadangan pangan pemerintah, terutama beras, menjadi sangat krusial," pungkas Arief.
Impor Beras Meningkat
Ketua Komisi IV DPR RI, Sudin, mempertanyakan peningkatan tajam impor beras yang dilakukan Bulog sepanjang tahun 2024.
Sudin menyoroti kebijakan pemerintah yang memutuskan untuk mengimpor hingga 3,6 juta ton beras, sementara penyerapan produksi dalam negeri masih sangat rendah.
"Berapa banyak stok beras yang sebenarnya dimiliki Bulog?” tanya Sudin.
Kepala Bapanas Arief Prasetyo Adhi menjelaskan bahwa pada tahun 2023, Bulog mampu menyerap sekitar 1 juta ton dari produksi dalam negeri. “Sebagian besar beras kami peroleh dari produksi lokal, sekitar 1 juta ton,” ujarnya.
Tak puas, Sudin bertanya kembali. "Lalu, bagaimana dengan impor? Tahun lalu berapa?" Kata Arief, pada 2023, Bulog mengimpor sekitar 2 juta ton beras, sementara tahun ini melonjak menjadi 3,6 juta ton.
Mendengar itu, Sudin mempertanyakan rendahnya penyerapan beras lokal di tahun 2024, yang hanya mencapai 833.000 ton. "Sedangkan impor beras sampai 3,6 juta ton. Ini jumlah yang sangat besar," tegas Sudin.
Arief mengungkapkan bahwa Bulog telah ditugaskan untuk menambah penyerapan dalam negeri sebesar 600.000 ton lagi, tapi Sudin meragukan. "Apakah itu sudah dilakukan?" tanya Sudin.
Arief mengakui bahwa proses penyerapan masih berlangsung, dan produksi beras nasional diperkirakan meningkat pada bulan Agustus hingga Oktober 2024. "Kami memperkirakan produksi pada Agustus hingga Oktober berada di atas kebutuhan konsumsi, mencapai sekitar 2,5 hingga 2,6 juta ton," jelas Arief.
Lanjutnya, bahwa pengadaan beras dari dalam negeri tetap menjadi prioritas. Namun, jika pasokan lokal tidak mencukupi, maka akan dilakukan impor.
"Prioritas pertama tentu pengadaan dari dalam negeri, tetapi jika penyerapan dalam negeri terlalu mahal dan mendorong harga naik, kami terpaksa impor," pungkasnya. (*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.