KABARBURSA.COM - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, pemerintah Indonesia yang mampu menjaga hubungan baik dengan negara lain menjadi salah satu alasan angguhnya perekonomian Tanah Air.
Salah satu negara yang terus dijalin hubungannya, ujar Airlangga, adalah hubungan bilateral antara Indonesia dengan Republik Rakyat China yang terjalin dalam kemitraan strategis yang komprehensif.
"Didukung oleh pesatnya transformasi digital secara global, Indonesia dan China telah memperkuat jalur pembangunan ekonomi kedua negara," kata dia, dalam keterangan resmi, dikutip Jumat, 20 September 2024.
Selain proyek-proyek investasi besar, institusi-institusi China juga telah lama mendukung upaya untuk memperkuat strategi pengembangan sumber daya manusia di Indonesia, khususnya dalam mengembangkan keterampilan yang sesuai dengan kebutuhan perekonomian baru yakni ekonomi hijau dan digital.
"China telah menjadi mitra Indonesia dalam perdagangan dan investasi. Total perdagangan bilateral antara China dan Indonesia pada tahun 2023 tercatat sebesar USD127,8 miliar (tidak termasuk Hong Kong)," ungkap Airlangga.
Dalam hal mekanisme kerja sama regional, ASEAN dan China tengah berada pada puncak hubungan perdagangan tertinggi.
Berdasarkan statistik ASEAN, pada tahun 2023, volume perdagangan antara ASEAN dan China mencapai rekor baru sebesar USD702 miliar dan menjadikan China sebagai mitra dagang terbesar ASEAN selama 15 tahun berturut-turut.
Menko Perekonomian mengatakan bahwa potensi pertumbuhan kolaborasi antara Indonesia dan China masih berpeluang besar. Peluang-peluang baru muncul di sektor teknologi, energi ramah lingkungan, ekonomi digital, dan inovasi.
Selain Kereta Cepat Whoosh yang turut mendorong pertumbuhan ekonomi dengan meningkatkan konektivitas, kerja sama kedua negara dalam membangun Kawasan Ekonomi Khusus juga patut diperhitungkan.
Airlangga memaparkan, Tsinghua Southeast Asia Center yang berlokasi di Kawasan Ekonomi Khusus Kura-Kura di Bali telah mulai beroperasi penuh sejak diresmikan pada 16 November 2022. Pada akhir bulan ini, The Tsinghua Southeast Asia Center bersama dengan Dewan Nasional KEK, KEK Kura-Kura Bali, dan Lembaga Insinyur Indonesia (PII), akan menyelenggarakan acara berbagi pengetahuan dan jaringan di sektor artificial intelegence dan semikonduktor.
Acara tersebut akan memfasilitasi dan memupuk kolaborasi erat para cendekiawan dan pelaku industri dari Indonesia dan China.
"Kemitraan antara Indonesia dan China saling melengkapi dan saling menguntungkan. Saya yakin bahwa Pemerintahan Indonesia yang akan datang akan mampu meneruskan pencapaian-pencapaian yang telah dicapai sehingga semakin memperkuat dan merevitalisasi perekonomian masing-masing negara," kata Airlangga.
Lebih lanjut Airlangga mengatakan bahwa Indonesia sama seperti China yakni terbuka terhadap kemitraan dengan semua negara global dan mendukung multilateralisme.
Dengan mempererat kerja sama, kedua negara dapat membangun kemitraan yang bermanfaat tidak hanya bagi masing-masing negara tetapi juga memberikan kontribusi terhadap ekonomi global.
"Pada kesempatan yang baik ini, izinkan saya atas nama Pemerintah dan rakyat Indonesia menyampaikan ucapan selamat yang sebesar-besarnya kepada Pemerintah dan rakyat China atas peringatan 75 tahun berdirinya Republik Rakyat China," pungkas Menko Perekonomian.
Perdagangan Indonesia-China
Pada kuartal I 2024, ekspor Indonesia ke China mengalami penurunan sebesar 21,20 persen dibandingkan dengan kuartal IV 2023. Meskipun demikian, pada Maret 2024, ekspor Indonesia ke China mencapai USD4,75 miliar, naik dari USD4,06 miliar pada Februari 2024. Namun, angka tersebut masih lebih rendah dibandingkan dengan ekspor pada Maret 2023 yang mencapai USD5,67 miliar.
Pada Juni 2024, China tetap menjadi negara asal impor nonmigas terbesar bagi Indonesia, dengan nilai impor mencapai USD7,40 miliar atau sekitar 48,75 persen dari total impor nonmigas Indonesia. Hal ini menunjukkan ketergantungan Indonesia yang cukup besar terhadap produk-produk dari China.
China juga masih menjadi tujuan utama ekspor Indonesia, dengan porsi yang signifikan, mencapai 23,71 persen dari total ekspor pada Juni 2024. Ini mencerminkan peran penting China dalam hubungan dagang Indonesia, baik sebagai mitra ekspor maupun impor.
Pertumbuhan ekonomi China pada kuartal II 2024 hanya tercatat sebesar 4,7 persen secara tahunan, mengalami penurunan dibandingkan kuartal I 2024 yang tumbuh 5,3 persen. Perlambatan ini dapat berdampak pada permintaan terhadap produk ekspor Indonesia, mengingat kuatnya hubungan dagang antara kedua negara.
Produk ekspor utama Indonesia ke China terdiri dari gas bumi, batu bara, minyak kelapa sawit, dan bubur kayu. Di sisi lain, produk impor Indonesia dari China meliputi produk elektronik, bawang putih, mesin, besi, dan baja. Hubungan dagang ini menunjukkan bagaimana kedua negara saling melengkapi dalam kebutuhan masing-masing. (*)