Logo
>

PTBA Cari Mitra China untuk Proyek DME

Meski Air Products mundur, PTBA tetap kebut proyek hilirisasi DME dan kini aktif jajaki mitra baru asal China demi jaga target strategis nasional.

Ditulis oleh Dian Finka
PTBA Cari Mitra China untuk Proyek DME
PTBA agresif cari mitra China untuk proyek hilirisasi DME usai ditinggal Air Products. Gambar dibuat oleh AI untuk KabarBursa.com.

KABARBURSA.COM — PT Bukit Asam Tbk (PTBA) tetap mengebut proyek hilirisasi batubara menjadi dimethyl ether (DME), meski kehilangan mitra utamanya, Air Products. Setelah raksasa energi asal Amerika Serikat itu mundur, PTBA langsung menjajaki kerja sama baru, termasuk dengan perusahaan-perusahaan asal China, demi memastikan proyek strategis hilirisasi DME ini tetap berjalan sesuai target.

Direktur Utama PTBA, Arsal Ismail, menegaskan  perusahaan tidak goyah menghadapi tantangan pasca mundurnya Air Products pada Februari 2023. Menurut Arsal, PTBA tetap berkomitmen penuh untuk melanjutkan proyek hilirisasi batu bara menjadi DME sebagai bagian dari agenda besar transisi energi nasional.

Sebagai catatan, DME merupakan bahan bakar alternatif yang bisa menggantikan LPG untuk kebutuhan rumah tangga maupun industri. DME dihasilkan dari gasifikasi batu bara dan dikenal punya emisi lebih rendah dibanding LPG sehingga sering digadang-gadang sebagai bagian dari solusi transisi energi menuju pemakaian energi yang lebih bersih.

“Kami tetap secara aktif melakukan penjajakan dengan sejumlah calon mitra potensial, baik dari dalam maupun luar negeri, termasuk perusahaan-perusahaan asal Tiongkok,” ujar Arsal dalam rapat bersama Komisi XII DPR RI di Kompleks Parlemen, Jakarta Pusat, Senin, 5 Mei 2025.

Hengkangnya Air Products memang menjadi pukulan tak kecil. Pada Februari 2023, perusahaan asal AS itu resmi menarik diri dari proyek hilirisasi DME di Indonesia, memilih fokus pada proyek energi terbarukan di dalam negeri yang disokong insentif dari Inflation Reduction Act.

Sebelum perubahan ini, skema proyek sudah tersusun rapi: PTBA bertugas sebagai pemasok batu bara, Pertamina sebagai offtaker, sementara Air Products berperan membangun dan mengoperasikan fasilitas produksi DME. Dengan keluarnya Air Products, seluruh peta kerja sama perlu dirumuskan ulang, termasuk mencari mitra baru yang mampu membawa teknologi, modal, dan kapabilitas setara.

Meski mitra utama hengkang, PTBA tak tinggal diam. Perusahaan pelat merah ini terus menyiapkan infrastruktur dasar untuk memastikan proyek tetap siap kapan saja dimulai. Hingga saat ini, pembebasan lahan sudah mencapai sekitar 198 hektare, setara 97 persen dari total kebutuhan 203 hektare.

Dari sisi kesiapan untuk proyek ini, sebenarnya PTBA sudah menyiapkan. Itu merupakan komitmen dari kesiapan kami dalam menjalankan proyek ini,” kata Arsal.

Selain pembebasan lahan, PTBA juga aktif berkoordinasi dengan Kementerian ESDM, Kementerian Perindustrian, dan lembaga-lembaga terkait lainnya. Tujuannya adalah memastikan dukungan kebijakan tetap mengalir dan skema pendanaan tetap dalam jalur yang layak.

Biaya Masih Jadi Tantangan

Satu tantangan lain yang tak kalah penting adalah soal keekonomian proyek. PTBA mengaku masih terus memutakhirkan data biaya dan mengumpulkan referensi pembiayaan dari calon mitra potensial. Namun sejauh ini, angka estimasi biaya dari mitra yang masuk masih terbilang lebih tinggi dibanding proyeksi keekonomian awal yang dirumuskan Kementerian ESDM pada tahun 2021.

“Kami masih terus melakukan evaluasi terhadap aspek teknis dan keekonomian proyek ini, termasuk formulasi harga jual DME yang kompetitif,” kata Arsal.

Sebelumnya, PTBA sempat berencana hanya menjadi pemasok batu bara untuk proyek DME dengan Air Products bertanggung jawab membangun dan mengoperasikan fasilitas produksi, serta Pertamina sebagai offtaker. Namun setelah Air Products hengkang pada 2023 karena ingin fokus ke proyek energi terbarukan di AS, PTBA mengambil pelajaran penting: perusahaan tak ingin lagi sekadar jadi pemasok bahan baku, melainkan ingin terlibat penuh bersama mitra strategis agar memahami proses teknis dan keekonomian proyek secara menyeluruh.

PTBA juga menyatakan tantangan mencari mitra baru tidaklah mudah. Jumlah pemain DME di tingkat global memang terbatas, tapi PTBA tetap melanjutkan penjajakan intensif dengan sejumlah calon mitra dari China yang disebut-sebut memiliki peluang kuat menjadi pengganti Air Products.

Tak hanya berhenti di proyek DME, PTBA sejatinya juga punya sederet agenda hilirisasi lain yang tengah dipersiapkan. Salah satunya adalah proyek hilirisasi grafit buatan (artificial graphite), yang akan menghasilkan anode sheet sebagai komponen utama baterai kendaraan listrik.

Proyek ini dikerjakan bersama anggota Holding BUMN MIND ID lainnya, seperti PT Timah Tbk dan Inalum, dalam upaya membangun ekosistem baterai nasional yang terintegrasi. Berdasarkan rencana perusahaan, studi kelayakan proyek grafit ini ditargetkan rampung tahun ini dengan harapan proses konstruksi bisa dimulai tahun depan dan komersialisasi berlangsung dalam tiga tahun ke depan.

Selain itu, PTBA juga menjalin kerja sama intensif dengan PT Perusahaan Gas Negara (PGN) untuk mengembangkan proyek gasifikasi batu bara menjadi Synthetic Natural Gas (SNG). Kerja sama ini dipayungi nota kesepahaman (MoU) yang diteken tahun lalu, dan kini sedang dalam tahap kajian mendalam. Bagi PTBA, pengembangan SNG bukan sekadar proyek tambahan, melainkan bagian dari strategi besar monetisasi cadangan batu bara yang melimpah dan mempercepat hilirisasi energi sesuai arahan pemerintah.

Meski peluangnya besar, semua proyek ini tetap bergantung pada kesiapan teknis, keekonomian, dan pemilihan mitra strategis yang tepat. Investor di pasar modal pun diingatkan untuk mencermati roadmap implementasi PTBA, mengingat besarnya nilai investasi yang digelontorkan, sekaligus potensi risiko jika target tak tercapai sesuai proyeksi.(*)

Disclaimer:
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.

Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

Gabung Sekarang

Jurnalis

Dian Finka

Bergabung di Kabar Bursa sejak 2024, sering menulis pemberitaan mengenai isu-isu ekonomi.