KABARBURSA.COM - Bank Indonesia (BI) mencatat semakin banyak masyarakat beralih dari menggunakan kartu menjadi teknologi Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS).
Perubahan ini terutama didorong oleh kemudahan dan kenyamanan yang dirasakan masyarakat, yang kebanyakan adalah generasi muda.
QRIS memungkinkan pengguna untuk melakukan transaksi dengan cepat hanya dengan memindai kode QR, tanpa perlu membawa kartu fisik.
Kebiasaan bertransaksi tanpa kartu (cardless) para generasi muda terlihat dari data transaksi yang dilaporkan oleh BI.
Pada kuartal II-2024, transaksi menggunakan QRIS mengalami lonjakan sebesar 226,54 persen dibandingkan tahun sebelumnya, dengan jumlah pengguna mencapai 50,50 juta dan jumlah pedagang mencapai 32,71 juta.
Bahkan, pertumbuhannya pada kuartal II ini masih lebih tinggi dibandingkan dengan kuartal sebelumnya, yang mencatatkan kenaikan sebesar 175,44 persen dibandingkan kuartal I-2024 (year on year/yoy).
Lonjakan yang terjadi pada transaksi QRIS bertolak belakangan dengan transaksi kartu ATM atau debit yang justru mengalami penurunan yang signifikan.
Pada kuartal I-2024, tercatat kontraksi sebesar 3,8 persen (yoy) untuk transaksi kartu ATM/debit, yang kemudian kembali menurun pada kuartal II-2024 dengan penurunan lebih dalam mencapai -8,42 persen (yoy).
“Perubahan pelaku transaksi ritel yang cenderung berubah ke uang elektronik (UE) dan QRIS masih akan terus meningkat. Inovasi instrumen transaksi dari cash menjadi cashless yang dimulai dari kartu kredit/debit telah dipercepat dengan UE dan QRIS,” kata Pengamat perbankan dan praktisi sistem pembayaran, Arianto Muditomo, Senin, 22 Juli 2024.
Meskipun begitu, Arianto melihat, pengguna akan memilih metode pembayaran sesuai dengan nominal transaksi (terutama untuk pembelian), untuk tetap menggunakan uang tunai dalam situasi tertentu.
“Contohnya, uang tunai tetap digunakan untuk pembayaran di tempat-tempat yang tidak menerima transaksi non tunai, seperti parkir off-street, kotak amal, iuran lingkungan, dan lain sebagainya.
“Sedangkan UE chip based akan digunakan untuk transaksi yang membutuhkan waktu cepat seperti bayar tol, parkir, mode transportasi. Dan, QRIS akan digunakan di outlet ritel dan kuliner,” tuturnya.
Kemudian, kartu debet akan digunakan untuk ambil uang tunai di mesin ATM dan pembelanjaaan nilai besar. Serta kartu kredit akan digunakan untuk transaksi non rutin dengan nilai besar.
“Dengan segmentasi ini, maka secara alamiah jumlah transaksi UE atau QRIS akan cenderung menggerus transaksi-transaksi yang sebelumnya dilakukan dengan kartu debit,” tutur dia.
Sedangkan, dampak langsung bagi perbankan secara langsung adalah berkurangnya biaya produksi dan penggantian kartu (sisi issuer). Sedangkan, pada sisi acquirer maka ekspansi mitra merchant menjadi lebih cepat (karena tidak semua harus disediakan mesin EDC).
Dampak tidak langsungnya adalah dana pihak ketiga (DPK) akan cenderung meningkat karena orang cenderung tidak membawa tunai dalam jumlah besar, dan dana hanya akan berkurang saat dilakukan pembelanjaan/pembayaran.
QRIS Bisa Digunakan di Negara Lain
Sistem pembayaran QR Code Indonesian Standard (QRIS) akan segera dapat digunakan untuk transaksi pembayaran di Korea Selatan (Korsel).
Implementasi ini merupakan bagian dari upaya peningkatan integrasi dan kemudahan transaksi lintas negara antara Indonesia dan Korea Selatan.
Dengan QRIS, pengguna di Indonesia akan dapat melakukan pembayaran dengan mudah di berbagai merchant di Korea Selatan tanpa perlu menukar mata uang atau menggunakan metode pembayaran lain yang mungkin tidak familiar.
Hal ini diharapkan dapat meningkatkan efisiensi dan kenyamanan bagi wisatawan dan pelaku bisnis dari kedua negara.
Selain itu, langkah ini juga menunjukkan kemajuan dalam kolaborasi ekonomi dan teknologi antara Indonesia dan Korea Selatan, mendukung pertumbuhan ekonomi digital di kedua negara.
Kerja sama dalam bidang keuangan ini diinisisasi oleh Bank Indonesia (BI) dengan Bank of Korea (BoK).
Kerja sama itu ditandai dengan penandatanganan nota kesepahaman antara Gubernur BI Perry Warjiyo dengan Gubernur BoK Ree Chang-yong terkait pembayaran berbasis QR code, Senin, 15 Juli 2024 kemarin.
Perry menjelaskan, kerja sama pembayaran berbasis QR code dimaksud bertujuan untuk mengakselerasi kerja sama terkait interkoneksi dan interoperabilitas pembayaran lintas negara dengan menggunakan QR code, yakni QRIS dan QR Code pembayaran Korea Selatan yang akan ditentukan oleh BoK.
“Kerja sama ini akan membangun kerangka yang memfasilitasi pembayaran berbasis QR code antar kedua negara, termasuk operator sistem pembayaran atau penyedia jasa pembayaran,” kata Perry.
Melalui kerja sama ini, kedua negara sepakat mengimplementasikan konektivitas pembayaran berbasis QR code. Inisiasi kerja sama ini akan ditindaklanjuti dengan pengembangan interkoneksi dilanjutkan dengan tahap uji coba sebelum implementasi dilakukan secara penuh.
Menurut Perry, implementasi kerja sama ini akan mendukung transaksi antar masyarakat di kedua negara tersebut dalam rangka mendorong ekonomi dan keuangan digital di Indonesia dan Korea Selatan mengingat antara lain tingginya jumlah turis antar kedua negara.
“Kerja sama pembayaran berbasis QR code antara BI dan BoK akan memperkuat hubungan ekonomi antara Indonesia dan Korea Selatan,” ujarnya.
“Selain itu, konektivitas pembayaran lintas negara juga perlu disinergikan dengan skema mata uang lokal dalam transaksi bilateral untuk mendukung stabilitas makroekonomi dan meningkatkan efisiensi,” sambung Perry.
Lebih lanjut Perry menyebutkan, kerja sama itu diharapkan dapat mendukung terwujudnya sistem pembayaran lintas negara antara Indonesia dan Korea Selatan yang lebih efisien, cepat, inklusif dan transparan.
“Ke depan, Bank Indonesia terus memperkuat dan memperluas kerja sama internasional dengan bank sentral dan otoritas terkait lainnya di internasional dalam mendorong konektivitas pembayaran lintas batas,” ucapnya. (*)