KABARBURSA.COM – Pertamina Group kembali memperkuat kiprahnya dalam sektor energi nasional.
Melalui Subholding dan anak perusahaan, Pertamina sukses memborong 11 penghargaan Soebroto ke-8 Tahun 2025 yang digelar oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) di Jakarta, Jumat 24 Oktober 2025.
Penghargaan Soebroto menjadi bentuk apresiasi tertinggi dari Kementerian ESDM kepada badan usaha dan lembaga yang berkontribusi besar dalam memajukan sektor energi dan sumber daya mineral nasional.
Direktur Utama PT Pertamina (Persero), Simon Aloysius Mantiri, turut hadir dan memberikan apresiasi kepada seluruh jajaran Pertamina Group atas capaian membanggakan tersebut.
Sementara itu Vice President Corporate Communication Pertamina, Fadjar Djoko Santoso mengatakan bahwa penghargaan ini jadi cerminan komitmen perusahaan dalam memperkuat ketahanan energi nasional sekaligus mendukung transisi menuju energi bersih.
“Terima kasih atas apresiasi yang diberikan pemerintah melalui penghargaan Soebroto 2025. Penghargaan ini mencerminkan upaya konsisten Perwira Pertamina dalam inovasi menuju masa depan energi bersih,” ujarnya lewat keterangan resmi, Sabtu 25 Oktober 2025
Deretan Prestasi Pertamina Group di Soebroto 2025
Diketahui, Pertamina Group meraih penghargaan di berbagai kategori strategis, antara lain:
1. Bidang Inovasi K3LL Panas Bumi
PT Pertamina Geothermal Energy Tbk – Area Lumut Balai
2. Bidang Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat (PPM)
PT Pertamina Geothermal Energy Tbk – Area Lahendong
3. Bidang Pengelolaan Barang Milik Negara (BMN)
PT Pertamina Hulu Rokan
4. Bidang Efisiensi Energi
PT Pertamina EP Donggi Matindok Field
5. Bidang Keselamatan Migas dan Optimalisasi Gas Suar
PT Pertamina EP Cepu
PT Kilang Pertamina Internasional – RU III Plaju
PT Kilang Pertamina Internasional – RU VI Balongan
6. Bidang Penggunaan Produk Dalam Negeri di Usaha Hulu Migas (K3S)
PT Pertamina Hulu Mahakam
7. Bidang Badan Usaha Hilir Migas Terbaik
PT Pertamina Patra Niaga
PT Perusahaan Gas Negara Tbk
8. Bidang Pengembangan Kompetensi SDM Sektor ESDM
PT Pertamina Hulu Energi
Dukungan untuk Transisi Energi dan Net Zero 2060
Menteri ESDM Bahlil Lahadalia menyampaikan apresiasi kepada seluruh pelaku industri energi yang terus berinovasi dan berkontribusi memperkuat ketahanan energi nasional.
Melalui penghargaan ini, Pertamina mempertegas perannya sebagai perusahaan energi nasional yang sejalan dengan Asta Cita Pemerintah dalam mewujudkan kemandirian energi dan pembangunan berkelanjutan menuju Net Zero Emission (NZE) 2060.
Sebagai pemimpin transisi energi, Pertamina konsisten menjalankan berbagai program yang mendukung Sustainable Development Goals (SDGs), serta mengimplementasikan prinsip Environmental, Social & Governance (ESG) di seluruh lini bisnisnya.
“Pertamina berkomitmen terus berinovasi dan mendorong transformasi energi nasional agar lebih efisien, ramah lingkungan, dan berkelanjutan,” tutup Fadjar.
Pertamina Dorong Swasembada Energi dan Ekonomi Hijau Lewat Ekosistem Sustainable Aviation Fuel
PT Pertamina (Persero) mempertegas langkahnya dalam transisi energi nasional dengan mengembangkan Sustainable Aviation Fuel (SAF).
SAF yang dikembangkan Pertamina merupakan bahan bakar ramah lingkungan yang diperuntukkan untuk pesawat terbang.
Langkah ini sekaligus menandai ambisi Pertamina demi menjadikan Indonesia sebagai pusat pasokan bahan bakar penerbangan berkelanjutan di Asia Tenggara.
Komitmen tersebut disampaikan Direktur Transformasi dan Keberlanjutan Bisnis Pertamina, Agung Wicaksono dalam ajang 15th International Sustainability & Carbon Certification (ISCC) Regional Stakeholder Meeting Southeast Asia di Jakarta, Kamis 23 Oktober 2025.
“Peluang pengembangan SAF ini berawal dari visi Presiden kita, Presiden Prabowo Subianto, yang tertuang dalam ASTA CITA, delapan prinsip dasar pembangunan nasional,” ujar Agung lewat keterangan resmi, Jumat 24 Oktober 2025.
Dalam paparannya berjudul Advancing Indonesia’s Sustainability Commitment through Pertamina’s Sustainable Aviation Fuel Ecosystem, Agung menegaskan bahwa pengembangan SAF bukan sekadar proyek bisnis, melainkan kontribusi Pertamina terhadap visi nasional menuju ekonomi hijau dan swasembada energi.
Ia menjelaskan, arah kebijakan itu sejalan dengan Strategi Pertumbuhan Ganda Pertamina, yang menyeimbangkan bisnis energi konvensional seperti hulu migas, kilang, dan ritel bahan bakar dengan pengembangan bisnis rendah karbon di masa depan.
“Pada satu sisi, Pertamina tetap mengembangkan bisnis warisan seperti sektor hulu migas, kilang, dan ritel bahan bakar sebagai sumber bisnis utama. Sedangkan pada sisi lain, kami membangun bisnis rendah karbon untuk memastikan keberlanjutan energi di masa depan,” jelas Agung.
Ekosistem SAF: Dari Jelantah Jadi Energi Penerbangan
Pertamina kini memusatkan perhatian pada pembangunan ekosistem biofuel terintegrasi, mencakup produksi SAF, pengembangan energi panas bumi (geothermal), serta penerapan teknologi Carbon Capture and Storage (CCS) untuk mendukung target nasional Net Zero Emission (NZE).
Indonesia disebut memiliki potensi besar dalam pengembangan SAF karena ketersediaan bahan baku melimpah, khususnya dari minyak jelantah (Used Cooking Oil/UCO). Pertamina telah membangun rantai ekosistem lengkap mulai dari pengumpulan UCO hingga pengolahan dan pemanfaatannya sebagai bahan bakar pesawat.
Dalam ekosistem ini, Subholding Kilang Pertamina International (KPI) berperan mengolah minyak jelantah menjadi SAF melalui fasilitas co-processing. Pertamina Patra Niaga menangani distribusi bahan bakar, sementara Pelita Air Service, maskapai milik Pertamina, menjadi pengguna langsung SAF dalam operasional penerbangan.
“Dengan demikian, kami memiliki rantai ekosistem lengkap. Mulai dari pengumpulan minyak jelantah hingga produksi SAF, lalu penggunaannya dalam penerbangan. Suplai UCO berpotensi meningkat seiring dengan meningkatnya permintaan dari kawasan, Eropa, dan Amerika Serikat,” papar Agung.
Kilang Cilacap dan Plaju Jadi Basis Produksi SAF
Pertamina juga memperluas kapasitas produksi SAF di dua lokasi strategis, yaitu Kilang Cilacap dan Kilang Plaju. Kilang Cilacap saat ini mampu memproduksi sekitar 238 ribu kiloliter SAF per tahun dengan teknologi co-processing yang memanfaatkan 2,4% bahan baku UCO. Produksi ini akan terus meningkat seiring penambahan fasilitas baru.
Langkah ini memperkuat posisi Pertamina sebagai pemain utama dalam energi berkelanjutan kawasan. SAF disebut mampu mengurangi hingga 84 persen emisi karbon dari aktivitas penerbangan internasional.
Dengan kemampuan tersebut, SAF menjadi inovasi kunci dalam upaya dekarbonisasi sektor transportasi udara.
“Keberhasilan pengembangan SAF merupakan bukti nyata bahwa ekonomi sirkular dapat berjalan di Indonesia dan Asia Tenggara,” tegas Agung.
“Dampaknya, SAF dapat mengurangi hingga 84 persen emisi karbon dari penerbangan internasional. Kami berharap dapat terus bekerja sama untuk mengembangkan SAF bagi Indonesia dan dunia,” tutup Agung menambahkan. (info-bks/*)