KABARBURSA.COM - Bitcoin, si primadona dunia kripto, benar-benar memanjakan investor sepanjang tahun 2024. Bagaimana tidak? Harga bitcoin berhasil menembus angka psikologis USD100.000 dan terus melesat dan membawa harapan baru bagi para pemuja aset digital ini. Tapi, apa sebenarnya yang bikin bitcoin sekuat itu di tahunini?
Dilansir dari Investopedia di Jakarta, Rabu, 25 Desember 2024, ternyata semua ini berawal dari hiruk-pikuk ETF bitcoin spot yang resmi diperdagangkan pada Januari 2024. Bagi yang belum paham, ETF ini memungkinkan investor membeli bitcoin tanpa ribet, yakni langsung di bursa saham. Ini seperti membiarkan pintu gerbang investasi bitcoin terbuka lebar hingga bikin pasar langsung tumpah ruah oleh pembeli.
Belum selesai di situ, euforia halving (pengurangan suplai bitcoin baru) yang terjadi tahun ini juga bikin pasokan bitcoin jadi langka—otomatis bikin harga melambung. Ditambah lagi, ada harapan kebijakan ramah kripto setelah Donald Trump kembali terpilih sebagai Presiden AS, lengkap dengan beberapa nama “pro-kripto” yang ia tunjuk dalam kabinetnya.
Namun, bukan pasar namanya kalau tak ada kejutan. Proyeksi Federal Reserve atau The Fed untuk mulai memangkas suku bunga tahun depan sempat bikin pasar kripto goyah. Kalau The Fed mendadak pelit dalam menurunkan suku bunga, analis memperingatkan imbal hasil Treasury bisa tetap tinggi sehingga membuat investor berpotensi kabur ke aset yang lebih aman.
Meski begitu, optimisme terhadap bitcoin masih menggelegak—dengan catatan, volatilitas tetap akan jadi teman akrab para investor.
Ramalan Analis, Langit-langit Bitcoin Sampai di Mana?
Sebelum The Fed bikin kejutan, manajer aset digital Bitwise sudah optimistis harga bitcoin bisa melampaui USD200.000 (Rp3,2 miliar dengan kurs Rp 16.000) pada 2025. Bahkan, ada skenario lebih liar lagi, yakni mencapai angka USD500.000 (Rp8 miliar).
Tapi syaratnya, pemerintah AS harus mau mengadopsi ide gila Senator Cynthia Lummis, yaitu membeli 1 juta bitcoin untuk cadangan strategis nasional.
Donald Trump yang akan kembali memimpin Gedung Putih, kabarnya juga mendukung ide ini. Tapi pertanyaannya, buat apa sih cadangan Bitcoin itu? Berapa banyak Bitcoin yang akan dibeli pemerintah AS dan apa tujuannya? Semua ini masih teka-teki besar.
Dari sisi lain, analis di Standard Chartered juga optimistis. Mereka memprediksi aliran dana ke ETF bitcoin spot pada 2025 akan tetap tinggi, mirip seperti yang terjadi tahun ini. Menurut data Farside Investors, hingga kini, ETF bitcoin sudah mencatatkan dana masuk bersih lebih dari USD36 miliar (Rp576 triliun). Angka ini jelas mendukung kenaikan harga bitcoin.
Namun, analis dari VanEck lebih realistis. Mereka memprediksi harga bitcoin hanya akan mencapai puncak USD180.000 (Rp2,88 miliar) pada 2025, sebelum anjlok sekitar 30 persen alias menjadi USD126.000 (Rp2,016 miliar). Setelahnya, Bitcoin kemungkinan akan masuk fase konsolidasi, sebelum mencatatkan rekor baru menjelang akhir tahun.
Ke Mana Bitcoin Sekarang?
Saat ini, bitcoin diperdagangkan di sekitar USD95.000 dengan total kapitalisasi pasar kripto mencapai USD3,26 triliun. Para investor masih menunggu apakah ramalan-ramalan setinggi langit ini benar-benar akan terwujud.
Kalau ada satu pelajaran yang bisa dipetik dari perjalanan Bitcoin, itu adalah: optimisme itu penting, tapi jangan pernah lupa, ini adalah dunia kripto. Volatilitas adalah nama tengahnya!
Pasar Kripto Global Meningkat
Pasar kripto global sebelumnya menunjukkan tren positif pada Rabu, 25 Desember 2024 dengan total kapitalisasi pasar mencapai USD3,45 triliun (sekitar Rp55.200 triliun), naik 2,89 persen dalam 24 jam terakhir. Data yang diakses dari CoinMarketCap pukul 06.33 WIB menampilkan sentimen pasar yang didorong oleh optimisme investor menjelang akhir tahun.
Total kapitalisasi pasar kripto mencapai USD3,45 triliun (sekitar Rp55.200 triliun). Angka ini mencerminkan kenaikan 2,89 persen dalam 24 jam terakhir dan menandakan sentimen positif menjelang akhir tahun.
Dominasi Bitcoin tetap kokoh di 56,75 persen. Kemudian Indeks CMC100, yang melacak kinerja 100 kripto teratas, juga naik 3,46 persen. Sementara itu, indeks Fear & Greed—yang mengukur sentimen investor di pasar kripto—berada di angka 55, yang mengindikasikan posisi netral dengan kecenderungan optimisme.
Bitcoin Semakin Dominan
Bitcoin (BTC), pemimpin pasar kripto, mencatatkan harga USD98.646,23 (sekitar Rp1,58 miliar), naik 4,02 persen dalam sehari terakhir. Kapitalisasi pasarnya menyentuh angka USD1,96 triliun (sekitar Rp31.360 triliun), mendominasi pasar dengan 56,75 persen dari total kapitalisasi.
Ethereum dan Stablecoin Stabil
Di peringkat kedua, Ethereum (ETH) diperdagangkan di harga USD3.500,96 (sekitar Rp56 juta), naik 2,25 persen. Kapitalisasi pasarnya berada di angka USD421,76 miliar (sekitar Rp6.748 triliun). Sementara itu, stablecoin seperti USDT dan USDC tetap menjaga stabilitas harga masing-masing di USD0,9993 dan USD1,00, dengan pergerakan harga yang minim.
Altcoin Naik Daun
Beberapa altcoin juga menunjukkan kinerja solid. XRP naik 3,14 persen ke UDD2,33 (sekitar Rp37.280) dengan kapitalisasi pasar USD133,3 miliar (sekitar Rp2.132 triliun). BNB mencatat harga USD697,11 (sekitar Rp11,1 juta) dengan kenaikan 0,56 persen. Sementara itu, Solana (SOL) melonjak 3,61 persen ke USD197,57 (sekitar Rp3,16 juta).
Di sisi lain, Dogecoin (DOGE) yang terkenal sebagai “meme coin,” juga mencatat kenaikan signifikan sebesar 3,91 persen, diperdagangkan di harga USD0,337 (sekitar Rp5.392).
Pesaing Lain: ADA dan TRX
Di peringkat sembilan dan sepuluh, Cardano (ADA) dan TRON (TRX) menunjukkan kenaikan masing-masing sebesar 1,16 persen dan 1,52 persen, dengan harga masing-masing USD0,9377 (sekitar Rp15.003) dan USD0,2565 (sekitar Rp4.104).
Tren kenaikan ini menunjukkan adanya minat investor yang meningkat di akhir tahun, terutama pada aset-aset utama seperti Bitcoin dan Ethereum. Dengan dominasi pasar yang terus menguat, pasar kripto tampaknya memberikan sentimen positif menuju tahun baru, meskipun volatilitas tetap menjadi risiko utama.
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.