KABARBURSA.COM – Anggota Komisi VI DPR RI, Mufti Anam, mendesak penyelesaian proyek Refinery Development Master Plan (RDMP) Balikpapan yang sudah molor bertahun-tahun.
Mufti menyoroti ketergantungan impor bahan bakar minyak (BBM) Indonesia yang dinilai sangat tinggi dan membebani ketahanan energi nasional.
“Kita ini masih impor 60 persen BBM. Kalau RDMP Balikpapan selesai, ketergantungan bisa ditekan. Tapi proyek ini dari dulu katanya mau selesai, kenyataannya molor terus,” tegas Mufti di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Sabtu, 24 Mei 2025.
Menurut Mufti, proyek RDMP Balikpapan sejatinya sudah dijanjikan tuntas sejak enam tahun lalu. Namun hingga kini, realisasinya belum juga rampung. Ia menyebut informasi terakhir menyatakan proyek tersebut sudah mencapai 98 persen progres, namun tetap belum ada kepastian penyelesaian.
“Kalau sudah 98 persen, berarti tinggal 2 persen lagi dong? Nah saya ingin tanya langsung ke Pak Simon (Aloysius Mantiri, Direktur Utama PT Pertamina), kapan proyek ini betul-betul selesai?” tanya Mufti kepada Direktur Utama Pertamina.
Menjawab pertanyaan itu, Dirut Pertamina menyampaikan target penyelesaian proyek pada Desember 2025. Mendengar hal itu, Mufti langsung menegaskan bahwa dirinya dan rakyat Indonesia akan mengingat janji tersebut.
“Saya dan rakyat pegang komitmen Bapak. Kami tunggu Desember, harus selesai. Kami akan kawal,” ujarnya.
Lebih lanjut, Mufti mengungkap bahwa dalam rapat enam tahun lalu, janji serupa juga pernah disampaikan oleh pejabat sebelumnya, namun tak terealisasi. Ia pun mengingatkan agar proyek ini tidak kembali gagal akibat intervensi pihak-pihak tertentu yang diduga menghambat penyelesaiannya.
“Pak Simon, jangan takut sama mafia. Kami tahu ada yang main di sini. Tapi Bapak harus lebih kuat. Kalau ini selesai, kita bisa kurangi impor secara signifikan. Bahkan bisa ekspor,” tegas Mufti dengan nada tinggi.
Politikus PDI Perjuangan ini menyebut bahwa RDMP Balikpapan bukan hanya soal pembangunan fisik, tetapi juga menjadi ujian komitmen Pertamina dalam memperkuat kedaulatan energi nasional.
Menurutnya, jika proyek ini terus tertunda, maka cita-cita untuk mengurangi ketergantungan terhadap BBM impor akan semakin jauh dari kenyataan.
“Ini soal keberanian. RDMP ini kalau tuntas, kita tidak hanya lebih hemat impor, tapi bisa jadi pemain utama di kawasan. Jangan disabotase lagi,” tandasnya.
Mufti juga menyoroti minimnya transparansi terhadap perkembangan proyek-proyek strategis nasional di sektor energi. Ia meminta Pertamina secara berkala membuka progres RDMP ke publik agar masyarakat tahu ke mana arah investasi BUMN migas tersebut.
“Setiap rupiah yang dikeluarkan harus bisa dipertanggungjawabkan. Jangan sampai rakyat hanya dengar janji tanpa bukti,” ujarnya.
Sebagai penutup, Mufti kembali mengingatkan bahwa Desember 2025 adalah tenggat akhir yang tidak bisa ditawar. Ia mengajak seluruh pihak, baik di internal Pertamina maupun mitra kerja lainnya, untuk menyukseskan target tersebut demi kepentingan nasional.
“Jangan sampai Desember hanya jadi janji lagi. Kami akan cek satu per satu. Kalau ada mafia yang menghambat, kami akan bongkar,” tegas Mufti.
Cuan Investasinya Besar, ESDM Kawal Proyek RDMP Balikpapan
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengungkap bahwa RDMP Balikpapan terus menunjukkan kemajuan signifikan.
Adapun RDMP masuk ke dalam salah satu Proyek Strategis Nasional (PSN) yang bertujuan meningkatkan kapasitas dan kualitas pengolahan kilang minyak di Indonesia. Dalam kunjungannya, Menteri ESDM, Arifin Tasrif menegaskan, pemerintah akan terus mengawal kelancaran proyek tersebut.
Arifin menuturkan, sejumlah unit produksi telah berhasil diselesaikan, termasuk unit Crude Distillation Unit (CDU) IV. CDU IV kini telah beroperasi normal, penyelesaian unit ini menjadikan Kilang Balikpapan sebagai kilang dengan kapasitas produksi terbesar yang dimiliki Pertamina saat ini.
Arifin juga mengarahkan agar seluruh tim yang terlibat dalam proyek ini selalu melakukan evaluasi dan mendukung kerja tim agar proyek dapat berjalan dengan baik. Menurutnya, komunikasi harus tetap terjaga dengan baik, dan setiap risiko yang mungkin terjadi harus diantisipasi dengan langkah-langkah yang tepat.
“Kalau seandainya berlarut-larut, harus diantisipasi apa langkah selanjutnya yang harus dilakukan, tentu saja semuanya harus memberikan masukan,” kata Arifin dalam keterangannya.
Diketahui, proyek RDMP Balikpapan memiliki nilai investasi mencapai USD7,4 miliar. Dari total tersebut, USD4,3 miliar berasal dari ekuitas, sedangkan USD3,1 miliar diperoleh melalui pinjaman yang didukung oleh Export Credit Agency (ECA).
Kementerian ESDM menilai, nilai investasi dalam proyek RDMP menjadi cerminan besarnya skala proyek serta pentingnya peran proyek dalam mendukung ketahanan energi nasional. Adapun salah satu tujuan utama dari proyek RDMP ini adalah meningkatkan kapasitas pengolahan kilang dari 260 ribu barel per hari menjadi 360 ribu barel per hari.
Peningkatan kapasitas ini tidak hanya akan menambah produksi BBM nasional, tetapi juga meningkatkan kualitas produk yang dihasilkan. Dengan teknologi baru yang diterapkan, Kilang Balikpapan kini mampu memproduksi bahan bakar dengan standar Euro 5. (*)