Logo
>

Rekor Saham Eropa Perpanjang Tren Bullish, Ada Apa?

Sentimen positif mencairnya ketegangan dagang AS–China mendorong indeks STOXX 600 kembali ke level rekor.

Ditulis oleh Syahrianto
Rekor Saham Eropa Perpanjang Tren Bullish, Ada Apa?
Ilustrasi: Mata uang Euro dengan latar belakang layar monitor yang menampilkan candlestick. (Foto: Pexels/Jakub Zerdzicki)

KABARBRUSA.COM – Bursa saham Eropa menorehkan rekor baru untuk ketiga kalinya secara beruntun pada penutupan perdagangan Senin, 27 Oktober 2025. 

Sentimen positif pasar dipicu oleh tanda-tanda mencairnya ketegangan dagang antara Amerika Serikat dan China, yang kembali memantik selera risiko global. 

Meski demikian, pelemahan di sektor kesehatan sedikit membatasi laju kenaikan indeks.

Indeks STOXX 600 pan-Eropa naik 0,2 persen, sementara sejumlah indeks utama kawasan lainnya bergerak datar hingga sedikit menguat.

Kabar dari Washington memberi tambahan energi ke pasar. Presiden AS Donald Trump mengatakan bahwa AS dan China kemungkinan besar akan “segera mencapai” kesepakatan dagang. 

Ia dijadwalkan bertemu dengan Presiden China akhir pekan ini untuk memutuskan kerangka perjanjian yang telah digodok selama akhir pekan.

Kesepakatan tersebut diyakini akan menahan kenaikan tarif impor baru dari AS serta melonggarkan kontrol ekspor mineral tanah jarang dari China.

“Ada perkembangan positif antara AS dan China yang tampaknya mengangkat sentimen pasar. Ini awal yang menjanjikan,” ujar Michael Field, Kepala Analis Ekuitas di Morningstar.

Sektor perbankan dan teknologi sama-sama naik 1,2 persen, menjadi penopang utama reli.

Sebaliknya, saham sektor kesehatan melemah 0,5 persen. Saham Novartis tergelincir 0,9 persen setelah perusahaan farmasi asal Swiss itu mengumumkan rencana mengakuisisi perusahaan bioteknologi asal AS, Avidity Biosciences, dengan nilai sekitar USD12 miliar secara tunai. 

Sementara itu, Roche turun 1,4 persen setelah lembaga keuangan Jefferies memangkas peringkat rekomendasinya.

Saham Porsche AG naik 3 persen setelah laporan keuangannya menunjukkan kerugian operasional yang disesuaikan lebih kecil dari perkiraan pasar pada Jumat lalu.

Di Denmark, saham Sydbank melesat 5,5 persen usai bank tersebut menyepakati rencana merger dengan Vestjysk Bank dan Arbejdernes Landsbank.

Sementara itu, di London, saham HSBC Holdings sempat melemah tetapi akhirnya ditutup stabil. Bank tersebut mengumumkan akan mencatatkan provisi sebesar USD1,1 miliar dalam laporan kuartal ketiga, setelah kalah sebagian dalam proses banding terkait kasus Ponzi Bernard Madoff.

Pasar Tunggu Arah Kebijakan Bank Sentral

Investor kini mengalihkan perhatian ke pertemuan penting bank-bank sentral dunia pekan ini untuk mencari petunjuk arah kebijakan suku bunga.

Federal Reserve diperkirakan akan memangkas suku bunga acuannya sebesar 25 basis poin pada Rabu mendatang. Ekspektasi tersebut menguat setelah rilis data inflasi AS yang lebih rendah dari perkiraan pada akhir pekan lalu.

Di sisi lain, Bank Sentral Eropa (ECB) diperkirakan akan menahan suku bunga di level saat ini.

“ECB saat ini berada di posisi yang relatif nyaman. Inflasi masih bergerak di sekitar target dua persen. Kondisi ekonomi memang belum sepenuhnya kuat, tetapi tekanan perlahan akan mereda tahun depan,” kata Felix Schmidt, Ekonom Senior di Berenberg Bank.

Schmidt menambahkan bahwa kenaikan inflasi di zona euro bisa saja membuat ECB mulai kembali menaikkan suku bunga pada pertengahan 2027 mendatang. (*)

Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

Gabung Sekarang

Jurnalis

Syahrianto

Jurnalis ekonomi yang telah berkarier sejak 2019 dan memperoleh sertifikasi Wartawan Muda dari Dewan Pers pada 2021. Sejak 2024, mulai memfokuskan diri sebagai jurnalis pasar modal.

Saat ini, bertanggung jawab atas rubrik "Market Hari Ini" di Kabarbursa.com, menyajikan laporan terkini, analisis berbasis data, serta insight tentang pergerakan pasar saham di Indonesia.

Dengan lebih dari satu tahun secara khusus meliput dan menganalisis isu-isu pasar modal, secara konsisten menghasilkan tulisan premium (premium content) yang menawarkan perspektif kedua (second opinion) strategis bagi investor.

Sebagai seorang jurnalis yang berkomitmen pada akurasi, transparansi, dan kualitas informasi, saya terus mengedepankan standar tinggi dalam jurnalisme ekonomi dan pasar modal.