KABARBURSA.COM - Harga emas dan Bitcoin mulai melemah setelah sebelumnya mengalami reli yang didorong oleh ekspektasi penurunan suku bunga acuan oleh Federal Reserve (The Fed). Penurunan ini terjadi karena pelaku pasar sedang menunggu data inflasi AS yang akan menjadi indikator penting bagi keputusan suku bunga selanjutnya.
Pada hari Rabu, 28 Agustus 2024, harga emas di pasar spot melemah 0,43 persen menjadi USD2.513,88 per troy ounce, sementara harga emas berjangka Comex turun 0,12 persen menjadi USD2.549,90 per troy ounce. Penurunan harga ini terjadi setelah Presiden Fed Bank of San Francisco, Mary Daly, menyuarakan pandangan bahwa The Fed sudah siap untuk mulai menurunkan suku bunga.
Namun, data inflasi AS yang akan segera dirilis diperkirakan menunjukkan inflasi inti turun menjadi 2,1 persen, sedikit di atas target The Fed sebesar 2 persen. Meskipun ada penurunan harga, emas telah meningkat lebih dari 25 persen sepanjang tahun ini, terutama karena ekspektasi penurunan suku bunga dan pembelian oleh bank sentral, serta permintaan aset safe haven di tengah konflik global.
Sementara itu, harga minyak mentah menunjukkan tren yang berbeda. Setelah melemah sekitar 2 persen pada perdagangan sebelumnya, harga minyak Brent dan West Texas Intermediate (WTI) masing-masing naik 0,14 persen dan 0,17 persen, menjadi USD79,6 dan USD75,66 per barel.
Kenaikan ini terjadi meskipun ada kekhawatiran mengenai pertumbuhan ekonomi yang lebih lambat di AS dan China, yang dapat mengurangi permintaan energi. Penurunan harga minyak sebelumnya dianggap masih dalam batas wajar setelah kenaikan harga yang cukup signifikan sebesar USD6 per barel dalam tiga hari terakhir.
Peningkatan kepercayaan konsumen di AS pada bulan Agustus, meskipun disertai dengan peningkatan tingkat pengangguran, telah meningkatkan ekspektasi bahwa The Fed akan menurunkan suku bunga bulan depan. Penurunan suku bunga dapat mendorong pertumbuhan ekonomi dan, pada gilirannya, meningkatkan permintaan minyak.
Sempat Pecah Rekor
Harga emas kembali mencatatkan kenaikan signifikan pada hari Senin 26 Agustus 2024, dipicu oleh pernyataan dovish dari Ketua Federal Reserve, Jerome Powell. Pernyataan tersebut meningkatkan ekspektasi pasar akan adanya pemangkasan suku bunga acuan pada bulan September mendatang.
Berdasarkan data dari Trading Economics, harga emas tercatat berada di level USD 2.522 per ons troi pada pukul 18.40 WIB. Dalam waktu satu hari, harga emas mengalami kenaikan sebesar 0,52 persen, sementara dalam sepekan, harganya meningkat 0,53 persen.
Darren Al Taqy Megantoro dari Research and Development ICDX menjelaskan bahwa rilis data ekonomi AS akhir pekan lalu telah mengurangi minat pasar terhadap dolar AS.
Data terbaru menunjukkan angka klaim pengangguran AS meningkat dari 227.000 pada minggu sebelumnya menjadi 232.000 pada minggu ini. Menurut Powell, ini adalah waktu yang tepat untuk menyesuaikan kebijakan ekonomi karena berkurangnya risiko inflasi dan meningkatnya risiko pengangguran di AS.
“Data ini menunjukkan adanya penurunan pada kondisi pasar tenaga kerja serta potensi perlambatan ekonomi. Hal ini memaksa The Fed untuk mengambil sikap dovish, dengan kemungkinan penurunan suku bunga yang dapat melemahkan nilai dolar AS,” jelas Darren dalam risetnya pada Senin 26 Agustus 2024.
Selain dampak dari pernyataan Powell, harga emas juga mendapat dukungan dari ketegangan yang meningkat di Timur Tengah.
Lukman Leong, pengamat komoditas dan mata uang, menambahkan bahwa berita mengenai pembukaan kembali kuota impor emas oleh China pada 16 Agustus 2024 turut menjadi pendorong kuat bagi kenaikan harga emas.
Lukman memproyeksikan bahwa tren penguatan harga emas akan berlanjut hingga akhir tahun. Ia memperkirakan bahwa The Fed akan memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin pada September dan 75 basis poin pada November hingga Desember 2024.
Dengan proyeksi ini, Lukman memperkirakan harga emas akan mencapai level USD 2.700 pada akhir tahun dan kemungkinan akan menembus USD 3.000 pada tahun depan.
Ia menyarankan agar investor mempertimbangkan untuk membeli emas pada harga saat ini dan memantau peluang untuk membeli kembali jika harga mengalami koreksi ke level USD 2.480 dan USD 2.430. “Investor tidak bisa hanya bergantung pada koreksi yang belum tentu terjadi,” tambah Lukman, dikutip Selasa 27 Agustus 2024.
Sutopo Widodo, Presiden Komisaris HFX International Berjangka, menambahkan bahwa permintaan terhadap logam mulia sebagai safe haven tetap tinggi di tengah kekhawatiran mengenai potensi serangan Iran terhadap Israel sebagai balasan atas pembunuhan pemimpin militan Hamas di Teheran.
“Pemulihan harga XAU/USD di sesi Eropa sangat mengesankan, dengan emas mencapai puncaknya di atas level USD 2.500. Komentar dovish dari Jerome Powell semakin memperkuat posisi emas,” ujar Sutopo.(*)