KABARBURSA.COM - Bursa Komoditas Uzbekistan (Uzbek Commodity Exchange) mendandatangani Nota Kesepahaman dengan Indonesia Commodity & Derivatif Exchange (ICDX) atau Bursa Komoditi dan Derivatif Indonesia (BKDI).
Kedua pihak berkolaborasi dalam mengembangkan pasar derivatif di Uzbekistan.
Kerja sama ini bertujuan untuk memanfaatkan keahlian dan pengalaman ICDX dalam membangun dan mempromosikan lingkungan perdagangan derivatif yang kuat.
Direktur Utama ICDX Fajar Wibhiyadi mengatakan, kerja sama ini tentunya menjadi hal yang positif dalam upaya ICDX untuk mengembangkan pasar.
"Ini merupakan kesempatan baik bagi ICDX dan Uzbek Commodity Exchange untuk bisa melihat bahkan mungkin ke depan bisa saling mengembangkan produk-produk yang sesuai dengan kebutuhan pasar," kata Fajar dalam keterangannya, Selasa, 20 Agustus 2024.
"Harapan kami, dengan adanya Kerjasama ini, kedepan akan menjadi stimulus bagi ICDX untuk terus berkembang, baik itu dari sisi produk, volume transaksi, maupun layanan kepada pemangku kepentingan," sambungnya Fajar.
Beberapa poin penting yang ditandatangani dalam Nota Kesepaham antara ICDX dengan Uzbek Commodity Exchange ini meliputi Pengembangan pasar Derivatif, Pertukaran informasi, Pelatihan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia, Kerjasama teknis dan layanan konsultasi, Pengembangan Pasar, serta Kepatuhan terhadap Peraturan.
Sebagai catatan, ICDX pada tahun 2024 sampai dengan semester I mencatatkan transaksi sebanyak 5.724.852,55 lot, dengan komposisi 4.917.608,55 lot merupakan transaksi Sistem Perdagangan Alternatif, dan 807.244 Lot adalah transaksi Multilateral.
Secara Notional Value, sepanjang semester I 2024 tercatat sebesar Rp10.794 triliun, dengan komposisi Rp10.718 triliun di transaksi Sistem Perdagangan Alternatif, dan Rp76 triliun di Transaksi Multilateral.
IHSG Ditutup di Level 7.533, Tertinggi Sepanjang Sejarah
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup di level 7.533, Selasa, 20 Agustus 2024. Hal ini melanjutkan penguatan sejak Senin, 19 Agustus 2024, usai adanya reshuffle Kabinet Indonesia Maju yang dilakukan Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Sebelumnya, rekor penutupan IHSG tertinggi sepanjang masa atau all time high (ATH), baik penutupan maupun intraday, terjadi pada 19 Agustus 2024 di level 7.466.
Indeks saham menguat 67,15 poin atau plus 0,90 persen dari perdagangan sebelumnya.
CEO Yugen Bertumbuh Sekuritas, William Surya Wijaya mengatakan bahwa level itu merupakan yang tertinggi dalam sejarah.
“All time high,” kata William, Selasa, 20 Agustus 2024.
Mengutip RTI Infokom, investor melakukan transaksi sebesar Rp18,94 triliun dengan jumlah saham yang diperdagangkan sebanyak 21,7 miliar saham.
Pada penutupan kali ini, 362 saham menguat, 195 terkoreksi, dan 227 lainnya stagnan. Terpantau 10 dari 11 indeks sektoral menguat, dipimpin sektor cyclical yang naik 1,68 persen.
Sementara itu, bursa saham Asia bervariasi. Indeks Nikkei 225 (Jepang) naik 1,8 persen. Kondisi berbeda terhadap indeks Hang Seng Composite (Hongkong) yang mengalami penurunan sebesar 0,33 persen, dan indeks Kospi (Korea Selatan) menguat 0,83 persen.
Sedangkan bursa saham Eropa juga ditutup bervariasi.
Terpantau, indeks FTSE 100 di Inggris turun 0,48 persen, indeks CAC 40 di Prancis plus 0,32 persen, dan indeks DAX di Jerman naik 0,28 persen.
Sedangkan bursa Amerika Serikat (AS) seluruhnya berada di zona hijau. Indeks S&P 500 plus 1,39 persen, indeks NYSE tumbuh 0,68 persen, dan indeks NASDAQ Composite naik 1,32 persen.
Sementara itu, Pilarmas Investindo Sekuritas mengatakan prestasi IHSG hari ini seiring dengan penguatan bursa saham global, baik indeks saham Asia dan Amerika Serikat (AS).
Pilarmas menjelaskan, penguatan pasar ekuitas ini seiring sikap pelaku pasar yang sedang menanti konfirmasi dari Gubernur The Fed (Bank Sentral AS), Jerome Powell, pada simposium Jackson Hole bahwa The Fed akan memangkas suku bunga pada September.
“Di sisi lain pasar juga berspekulasi The Fed akan memberikan sinyal terkait pemangkasan suku bunga,” tulis Pilarmas dalam risetnya, Selasa, 20 Agustus 2024.
Hal ini, lanjut Pilarmas, dilatarbelakangi pernyataan Presiden Fed Minneapolis Neel Kashkari mengatakan, sudah tepat untuk mempertimbangkan pemangkasan suku bunga pada September karena meningkatnya risiko pasar tenaga kerja. Hal yang sama juga diisyaratkan oleh Presiden Fed San Francisco Mary Daly dan Presiden Fed Chicago Austan Goolsbee.
Selanjutnya, Pilarmas menyebut, Bank sentral China tidak mengubah suku bunga pinjaman, tentu ini sejalan dengan ekspektasi pasar. Dalam rilisnya Suku bunga acuan pinjaman 1 tahun (LPR) dipertahankan pada 3,45 persen, sementara suku bunga 5 tahun dipertahankan pada 3,95 persen.
Gubernur Bank Sentral China Pan Gongsheng mengatakan, berwenang akan menghindari tindakan drastis apa pun untuk ekonomi. Lebih lanjut, ia menyebutkan bahwa bank sentral akan mempercepat penerapan kebijakan keuangan yang ada, mempelajari langkah-langkah baru, dan mendukung langkah-langkah fiskal yang proaktif.
“Pasar menilai kebijakan moneter yang dilakukan sebagai upaya untuk penyeimbang lebih lanjut sebagai upaya mendorong ekonomi dalam negerinya,” kata Pilarmas. (*)