KABARBURSA.COM - Pemerintah Indonesia menegaskan bahwa isu pangan menjadi salah satu fokus utama dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Afrika Selatan tahun 2025.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengungkapkan bahwa pembahasan tersebut muncul dalam sesi yang dihadiri Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka, dan bukan hanya dilihat sebagai persoalan ekonomi, melainkan kebutuhan mendasar sekaligus investasi strategis.
Airlangga menjelaskan bahwa Indonesia menekankan pentingnya ketahanan pangan sebagai fondasi pembangunan global. Dalam pertemuan tersebut, ia menggambarkan kondisi serius terkait kelaparan dunia yang masih dialami ratusan juta orang.
Menurutnya, laporan terbaru menunjukkan masih ada sekitar 720 juta penduduk dunia yang menghadapi kelaparan. Salah satu bentuk kontribusi kebijakan pangan nasional yang dianggap relevan ialah program makan bergizi gratis.
Ia menilai program tersebut dapat menciptakan dampak ekonomi secara luas.
"Program makan bergizi gratis bisa menjadi contoh nyata yang turut mendorong pemanfaatan produk lokal, pemberdayaan petani, peternak, serta perluasan kegiatan ekonomi yang supply chain-nya bisa mencapai ke seluruh pelosok Indonesia,” ujar Airlangga dalam konferensi pers hasil KTT G20 Afrika Selatan, Minggu 23 November 2025.
Selain isu pangan, Airlangga menyebut Wapres Gibran juga membawa sejumlah agenda lain dalam forum G20. Isu yang dibahas meliputi penanganan risiko bencana, perubahan iklim, transisi energi, ekonomi inklusif, sistem pangan, serta upaya pendanaan pembangunan global.
Di sisi lain, Gibran turut mendorong agar G20 memperkuat dialog mengenai kecerdasan artifisial (AI) seiring berkembangnya teknologi keuangan.
“Upaya-upaya ini dapat dilakukan dengan berbagai cara penghapusan utang, mekanisme pembiayaan yang inovatif, pembiayaan campuran, dan transisi hijau,” kata Airlangga.
Pada kesempatan yang sama, Wakil Menteri Keuangan Thomas Djiwandono menyampaikan bahwa negara berkembang, termasuk Indonesia, menekankan pentingnya akses pembiayaan internasional yang lebih adil.
Airlangga menambahkan bahwa Gibran juga mencontohkan penerapan solusi digital berbiaya rendah yang telah diterapkan Indonesia sebagai model sistem keuangan inklusif.
Salah satu contohnya adalah sistem pembayaran berbasis QRIS, yang kini tidak hanya digunakan di dalam negeri, tetapi telah diadopsi oleh beberapa negara ASEAN, bahkan sudah diimplementasikan di Jepang dan Korea.(*)